Ku terhanyut dalam pusaran rindu
Menyatu membelenggu,
Hingga mengakar ke akar qalbu
dalam pusaran rindu kutemukan banyak luka,
Dari yang tergores hingga yang dalam menganga
rindu bertemu dengan sang al-musthofa,
Menatap teduh manik matanya,
Hingga tenggelam ke dasar telaga kautsar di arsy-nya
rindu yang sering membuatku terluka,
Kala ku terjerembab dalam danau alpa,
Demi meruntuhkan segala keakuan hina
namun ia masih menantiku
Dengan tatap teduhnya yang bercahaya,
Tersenyum penuh makna,
Menghantarkan getaran-getaran indah
Hingga ku berhasil bangkit
Dan menapak semula
tiada rindu yang tak kenal derita,
Tiada cinta yang tak kenal duka,
Tiada bahagia tanpa kenal nestapa
semua harus tegar kulangkahi dan termakna,
Hingga langit demi langit terlayari penuh cahaya
ku terhanyut dalam pusaran rindu,
Menyatu membelenggu,
Hingga mengakar ke akar qalbu
rindu ingin segera berjumpa dengannya,
Berdiri dan terhanyut dalam keindahan purnamanya,
Dan cahaya bintang yang sesungguhnya tiada pernah padam
dalam padang makna ku menapak tanpa jejak,
Dalam lembah sunyi ku mendengar lengking seruling,
tinggi... Hingga sangsay itu menggetarkan setiap dawai qalbu,
menghantarkan senyum sidratul muntaha,
Hingga setiap pengembara hanyut dalam lautan kesejukan
Dan getar asmara-nya
tiada rindu yang tak kenal derita,
Tiada cinta yang tak kenal duka,
Tiada bahagia tanpa kenal nestapa
semua harus tegar kulangkahi dan termakna,
Hingga langit demi langit terlayari penuh cahaya
Cintamu untukku, ya Rasul, cintamu untuk kami, ya Habibi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar