tag:blogger.com,1999:blog-47001370610929363022024-03-06T02:00:51.497+07:00Embun_HATISitus ini di buat pada Hari Rabu Tanggal 4 Januari 2011 di Wonocolo 2/7 Surabaya dekat IAIN Sunan AMPEL untuk mewadahi hasil kreasi teman-teman di room Embun HATI Facebook.El Ghibran http://www.blogger.com/profile/16052675761095552507noreply@blogger.comBlogger218125tag:blogger.com,1999:blog-4700137061092936302.post-55885801921526261172012-03-13T14:19:00.001+07:002012-08-20T09:32:53.389+07:00[♥] .•*•. [♥] (`'•.¸ Ku Pinang Kembali Islam Sebagai Agamaku ¸.•'´) [♥] .•*•. [♥]<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOMZX3nRTjWFVZRgx5a8meqj2LDzn5OX7p1T7DMqy8XQh8UNXzNHpSrwOjE1-qgerJWPERNN12oXJoU1Sip-6-cjdLN8NcqlNbIVsT0uFMYmiF_pdqVREDselurfTGU4ZLgEnxlq_nFA/s1600/geulis-ih.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="187" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOMZX3nRTjWFVZRgx5a8meqj2LDzn5OX7p1T7DMqy8XQh8UNXzNHpSrwOjE1-qgerJWPERNN12oXJoU1Sip-6-cjdLN8NcqlNbIVsT0uFMYmiF_pdqVREDselurfTGU4ZLgEnxlq_nFA/s200/geulis-ih.jpg" width="200" /></a></div>
<div class="fbPhotosPhotoCaption" id="fbPhotoSnowliftCaption" tabindex="0">
<span class="hasCaption"><br /></span>
<br />
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_4f5ef47ca62496d75768218">
<span class="hasCaption"><br /></span>
<span class="hasCaption"><br /></span>
<span class="hasCaption">Alunan House musik menghentak cepat, Visual lampupun berubah menyesuaikan musik yang dimainkan,</span><br />
<span class="hasCaption">membuat orang-orang yang semula hanya duduk Sambil ngobrol akhirnya bangkit Dan turun untuk melantai.</span><br />
<span class="hasCaption"><span class="text_exposed_show"> <br /> Alya Terhenyak dari obrolan dg teman-temannya.<br /> jam menunjukkan Tepat pada angka 9 malam.<br /> Harusnya Aku sudah tiba dirumah majikanku "ucap Alya".<br /> Sambil terhuyung-huyung Alya segera bangkit Sambil menahan pening.<br /> Entah berapa gelas bir yang masuk kedalam perutnya tadi.Yang ku tahu habis tuang - habis tuang,begitu seterusnya.</span></span><br />
<a name='more'></a><span class="hasCaption"><span class="text_exposed_show"><br /> <br /> "O cao sinna,Kao Tim Cung Wo" (Aku Cabut dulu,sudah jam 9) cetus Alya pada temannya..<br /> "Bentar lagi napa Al.Turun dulu yuuuuuk! Tuuh banyaak Pakistan cakep-Cakep lagi," Kata prapti salah satu teman akrabnya.<br /> Sambil menunjuk cowok-cowok Pakistan yang sedang asyik berjoged.<br /> <br /> "Untuk malam ini semua untukmu. Tapi tidak Minggu depan,"<br /> Sambil berdiri Dan kedipan Mata dengan gaya menyindir teman-temannya" Teriak Alya.<br /> <br /> "nggak nyesaal ????<br /> Oh ya Minggu yg lalu kamu Di cari Arnob." <br /> Kata prapti Masih mencoba menahan kepergian Alya.<br /> <br /> "salam aja sama Dia.oke.."<br /> jawab Alya.<br /> <br />
Begitu keluar dari discotik,segera Alya berlari menuju pasicam (Halte
bis). Berharap semoga bis yg akan membawanya pulang segera datang. Namun
Hingga menit - menit berlalu,Namun Bis tak jua nampak.<br /> padahal waktu tinggal beberapa menit saja untuk Sampai Di Rumah majikannya.<br /> Tanpa pikir panjang segera Di hentikannya Taksi yg melintas.<br /> <br />
Dilambaikanlah tangannya tepat Di dpan taksi dg jarak -+ 5meteran yg
melintas. Meski telat paling tidak jangan terlalu lama " Alya menggumam
dalam hati "<br /> <br /> Setiba pas Di bawah lantai rumahnya segera Di raihnya kunci Rumah majikannya Dan segera mulai mencet tombol masuk pintu flat..<br /> S<br /> dg berjalan gontai serta cemas Alya menekan tombol lift yg ada Di depan pintu<br /> Di tekannya tombol 20 dimana lantai tempat ia bekerja...<br /> <br /> Setiba Di dpan pintu rumahnya.<br />
Dengan hati-hati dimasukkannya anak kunci Dan mulai memutar pelan-pelan
Dengan harapan orang yg Di dalam Rumah tidak mendengar kedatangannya.<br /> Ketika pintu terbuka. Di liatnnya pintu terbuka Dan Masih gelap gulita.Lampu diruang tamu mati.<br /> <br /> Plooooooonk ! rasanya,berarti majikanku yam jha (makan Diluar) Dan Belom kembali pikir Alya dalam hati.<br /> <br /> Namuun, tiba- tiba byaaaaaaaar !!! Lampu menyala menyilaukan pandangan Alya.<br /> Alya terhenyak Kaget Sambil menahan Matanya yang merasa silau.<br /> Majikan laki-lakinya sedang duduk Di sofa Dan sengaja menunggu kepulangan Alya.... <br /> <br /> Sinsang O fanlei la.. (tuan saya pulang)<br /> Dan majikan perempuan Alya keluar dari dalam kamar Dengan membawa lembaran kertas beserta beberapa lembar Dolar..<br /> <br /> Plaaak,,, !Di letakkannya lembaran itu Di atas meja..<br /> <br /> Dhai-Dhai [ nyonya ] O fanlei la.. sapa Alya pelan menutup rasa kagetnya ,kepada majikannya.<br /> <br /> "Hmmmmb," Alya Jo tei sinna (duduk dulu) Sambil menunjuk sofa yg Masih kosong Di sebelahnya.. "ucap majikan perempuan Alya "<br /> <br /> "Silahkan tanda tangani Dan hitung uangnya.Barang-barangmu sudah ku antar ke agensi kamu." lanjut majikan perempuan Alya.<br /> <br /> Dengan Masih bingung Di baca nya lembaran kertas itu.<br /> <br /> Apa!Aku Di Interminit (PHK)???? Tanpa pemberitahuan terlebih dhulu ucap Alya Masih tidak percaya dg apa yg terjadi.<br /> <br /> Saat berniat Hendak bertanya,Alya segera tersadar dengan kelakuan Dia Selama ini.<br />
Pulang libur sering telat,perusahaan bank sering menghubungi nomer
Rumah majikannya bila telat membayar tagihannya,belum lagi pekerjaan
Rumah yang sering terbengkalai.<br /> <br /> Tanpa banyak tanya Di raihnya lembaran-lembaran Dolar Di atas meja Di hadapannya.<br /> <br /> Nggak apa-apa Di Interminit,toh madih banyak majikan yang Mau memperkerjakanku, pikir Alya kala itu.<br /> <br /> Malam itu akhirnya Alya tidur Di kantor Agensi,karna semua barangnya ada disana.<br /> Dan tak lupa menitip pesan pada asinten agensi untuk mencarikannya majikan lagi.<br /> <br /> <br /> ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~<wbr></wbr></span></span></div>
</div>
</div>
<span class="word_break"></span>~~~~~~~~~~~~~~~~<br />
<br />
<br />
Hari hari Selama Di boarding House,berlangsung begitu cepat.Namun Belom ada tanda -tanda majikan yang akan memperkerjakan Alya.<br />
<br />
Seperti juga hari ini, Calon majikan yg baru saja Ia temui, tidak Mau menandatangani kontrak kerja dg Alya.<br />
Mereka semua menolak menandatangani kontrak kerja dg berbagai alasan,
yg katanya Rambutnya Di catlah, masakan tidak enak lah Dan tak bisa
kerja serta banyak lagi alasan yang lain..<br />
<br />
Hari ini ke-10 Tepat Setelah Alya Di Interminit berarti 4 hari lagi ,Dia harus meninggalkan hongkong,bila tidak ingin overstay.<br />
<br />
Di bukanya dompet Alya,Di liatnya tinggal $ 234 lagi.<br />
diraihnya Hp dari dalam tasnya<br />
Ia coba menghubungi teman-teman akrab serta cowok kencannya untuk
meminta bantuan ,tetapi tak ada jawaban bahkan terkesan sengaja
menghindar...<br />
<br />
<br />
Siang itu selepas bertemu Calon majikan
baru,Alya berjalan menyusuri trotoar jalanan Hongkong. Negara super
modern yang banyak menjadi tujuan perempuan Indonesia, Untuk mencari
Lembaran Lembaran Dolar demi memperbaiki perekonomian keluarganya. Namun
terkadang banyak diantara Mereka yang lupa akan tujuan Semula ke negeri
ini. Seperti Halnya Alya Meski telah Hampir 4 th bekerja,Namun hanya
hitungan tahunnya yang banyak,sementara uang sama sekali tidak ada dalam
tabungannya.<br />
<br />
Alya menghentikan langkahnya tatkala mendengar suara adzan dari dalam bangunan.<br />
<br />
Suara adzan terdengar begitu merdu sekali,Sehingga mampu menarik
Langkah Alya untuk mencari Dan memasuki sumber suara tersebut berasal...<br />
Saat tiba Di dalam bangunan gedung tempat dimana adzan Di
kumandangkan,Terlihat wajah wajah teduh yang tertutup hijab putih.
Mereka tengah bersiap untuk melakukan sholat dhuhur.<br />
<br />
"Shoolat ????<br />
Udah berapa lama Aku tidak melakukan itu. 4 th semenjak Aku bekerja Di
negeri ini atau mungkin Lebih.Terlebih dua tahun belakangan ini ,tidak
pernah lagi ku ucapkan basmalah maupun keimanan yang tertutup Aku
peroleh dari ke 2 orang tuaku,,<br />
Aku rela melakukan itu demi sebuah persahabatan "<br />
Alya mulai merenungi kesalahannya Selama ini<br />
<br />
Saat Sholat Dhuhur berlangsung Alya duduk Di barisan
belakang,memandangi setiap gerakan Mereka.Sampai Sholat berakhirpun Alya
tetap tidak bergeser dari tempat Semula.<br />
<br />
Setelah Sholat,
jamaah Di minta merapat kedepan, tak terkecuali Alya. Ternyata ada
tausyiah seorang ustadz dari Jakarta,yang kebetulan ada Di honkong.<br />
Entah apa isi Ceramahnya Sehingga semua jamaah begitu serius mendengarkannya...<br />
Sementara Alya sibuk memikirkan berbgai kejadian yg menimpanya belakangan ini. <br />
Namun tatkala ustadz tsbt melafadz kan Surat An- Nahl ayat 106 yang artinya<br />
" Barang siapa yang kafir kepada Allah Setelah Ia beriman (dia
mendapat kemurkaan Allah Setelah). kecuali orang yang Di paksa kafir
Padahal hatinya tetap tenang tenang dalam beriman (dia tidak
berdosa),akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran ,
maka kemurkaan Allah menimpanya Dan baginya adzab yang besar ." (Qs An
Nahl [16] : 106 )<br />
Seketika itu alya mulai bermuhasabah.. <br />
"apakah saat ini Allah benar benar telah murka kepadaku,karena aku telah
berpaling dari-Nya.Inikah adzabNya Hingga beragam masalah menimpaku.."
gumam Alya dalam hatinya <br />
<br />
Saat tausiah telah selesai,alya tidak
beranjak dari tempat duduknya.dia sedang memutar waktu kemasa dua tahun
lalu.berawal dari plertemanan yang sangat akrab dg prapti Dan
teman-temannya.Kemudian Mereka tidak henti henti mencekoki dg pemahaman
yang salah tentang agama yang Di anut sejak Masih dalam kandungan . Dan
memperlihatkan kemudahan Mereka dalam beragama yang tidak perlu Sholat
puasa, Dan boleh makan daging babi. Hingga Alya akhirnya goyah Dan
memutuskan mengikuti agama yang temannya anut.<br />
<br />
Pada awalnya
Alya memang begitu senang Dan menikmati agama temannya, karena rasa
kasih Dan teman nya semakin baik Dan Alya mendapatkan berbagi bingkisan
dari Mereka. Namun lama kelamaan masalah mulai datang dari larinya teman
yang menggunakan pasportnya untuk meminjam uang Di bank. Sehingga Alya
terpaksa yang harus melunasinya. dimana uangnya tidak pernah Ia rasakan
pahit manisnya.<br />
Barusaja usai melunasi hutang Di bank sepuluh hari yg lalu Ia Di interminit .<br />
Ketika meminta bantuan teman-teman yang mengajak Ia pindah agama Mereka malah menghindar bahkan sengaja menjauh.<br />
Dan sekarang visa akan sagera habis Namun pekerjaan Belom juga Ia dapatkan.<br />
<br />
Tanpa dapat Di bendung airmata meleleh dipipinya mengingat semua Langkah yg telah Di laluinya.<br />
Alya teringat ibu bapaknya Di kampung ,bagaimana Perasaan mereka malah
jika mengetahui anaknya telah murtad. padti malu banget. Tetes
airmatanya semakin deras,bahkan isakan tangispun semkin keras
terdengar.semakin lama semakin keras. Hingga membuat dadanya sesak.<br />
Beberapa perempuan berbicara kepadanya kemudian memberinya minum dan
memijit kaki Alya .ALya ingin menjawab Tapi tak mampu ,bibirnya
kelu,pandangannya pun hanya tertuju pada Lampu yang menggantung Di atas
masjid.<br />
<br />
"istighfar mbak istighfar sebut nama Allah", Kata salah seorang yg berda didekatnya terus menerus.<br />
<br />
Masih pantaskah Aku menyebut nama Allah sementara begitu banyak dosa
yang telah kuperbuat.Malah Aku telab berpaling dari Nya? ucap Alya
kepada Mereka<br />
terdengar ayat kursi beberapa Kali dibacakan Di telinga Alya.<br />
yang akhirnya bisa membuat Alya menangis tersedu sedu.<br />
salah satu dari perempuan perempuan itu memeluk Alya dg erat.<br />
sabar istighfar semua masalah ada jalan keluarnya.. " <br />
bisik wanita itu<br />
<br />
Setelah tenang alya mulai bercerita tentang perjalana hidupnya.Dan
anehnya wanita itu tidak marah tpi malah tersenyum,Sambil merangkul Alya
lagi.<br />
<br />
"Alhamdulillah,kamu masih diingatkan di dunia ini," kata wanita itu melanjutkan.<br />
"Cobaan itu mengingatkan kamu,coba kalau kmu tidak di ingatkan dan mati saat tidak beriman." lanjut wanita itu.<br />
<br />
"Apakah tobat saya akan diterima??" tanya Alya kepada mereka<br />
<br />
"Selama ajal belum datang pintu Nya selalu terbuka untuk siapa saja. "jawab wanita itu<br />
<br />
Mendengar kata itu Alya bersyukur "berarti masih ada waktu untuk memperbaiki diri" Ucap alya dalam hati.<br />
<br />
Atas usul temen-temen yg baru di kenalnya di masjid akhirnya Alya mala
hari ini pindah tidur di shelter .Meski disana tempat Tenaga karena yang
mempunyai masalah.namun dari segi phisik maupun phisikologis lebih
terjamin. Karena shelter ada yang membimbing dalam hal Rohani,sehingga
lebih terarah.<br />
<br />
Setelah merenung semalaman.Akhirnya kini Alya
mantab memutuskan untuk meminang kembali Islam sebagai agamanya.
Disaksikana sekitar ratusan jamaah pengajian suatu organisasi,alya
kembali mengucapkan dua kalimat shahadat didepan seorang ustadz yang
diaamini oleh seluruh jamaah..<br />
<br />
"Asyhaduan-laa ilaaha
illallaah,waasyhadu anna muhammadarrasulullaah." Begitu ucap Alya sambil
sesenggukan menahan isak tangis.Tanpa terasa airmata membanjiri matanya
dan meleleh kepipinya.Namun yang terasa adalah kebahagiaan bukan
kesedihan.<br />
<br />
Simpati datang dari jamaah yang hadir,terbukti
mereka dg sukarela menyerahkan barang yang mereka bawa untuk diberikan
kepada Alya.<br />
Mulai dari buku yasin,al-qur an,jilbab dan bahkan uang.<br />
<br />
semua terharu,membuat Airmata alya semakin deras.<br />
<br />
Ternyata kemudahan itu benar - benar di tunjukan Allah terhadap umatNya.<br />
Bukan hanya barang yang diberikan namun juga pekerjaan yaitu Alya
mendapatkan pekerjaan untuk menjual jilbab yang labanya di berikan
untuknya<br />
"subhanallah Allah sungguh maha Besar " ucap Alya <br />
<br />
Meski Alya belom juga mendapatkan majikan namun perasaanya jauh lebih
tenang dan berharap semoga majikann kelak akan memberikan haknya untuk
tetep beribadah sesuai keyakinannya.<br />
<br />
Diantara milyaran ribu manusia di muka bumi ini ...<br />
inilah kami ya Allah... <br />
Hambamu yang dhoif berlumuran dosa merangkam menujuMu...<br />
dengan hati yang sengsara hancur mengharap curahan rahmad,ampunan dan perlindunganMu.<br />
Selamatkanlah hidup kami didunia yang sementara ini lindungilah kami pada hari tiada ampunan selain perlindunganMu.. <br />
hingga kami sampai di negeri abadi dalam kasih sayang,<br />
Maghfiroh dan keridhoanMu.<br />
<br />
Aamiin.<br />
<br />
==========================<wbr></wbr><br />
<br /><span class="word_break"></span>=================================<br />
<br />
Diangkat dari sebuah kisah nyata seorang sahabat<br />
Mudah-mudahan dapat diambil hikmahnya<br />
Semoga bermanfaat.<br />
<br />
Aamiin...<br />
<br />
~fn~<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span class="fcg"></span>
</div>
Admin EmHAhttp://www.blogger.com/profile/05429968825067058352noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4700137061092936302.post-39520423137128643132012-03-12T16:35:00.000+07:002012-08-20T09:58:40.926+07:00LENTERA DUA HATI<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg29Q20eJzCUpLUh21MASPEpmvVR6-evgVxL9YbgzxOIYxLn-rKYpoHEExWLhUMOopjjvmHIPiGFkbLb8fbgtbLJz_HuQP54WegbTHlvVFX3b59lsC4HEntfKSRF_6m0B74fO0yRxwLmQ/s1600/64296_362314830470195_100000750445496_1223660_1750580648_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg29Q20eJzCUpLUh21MASPEpmvVR6-evgVxL9YbgzxOIYxLn-rKYpoHEExWLhUMOopjjvmHIPiGFkbLb8fbgtbLJz_HuQP54WegbTHlvVFX3b59lsC4HEntfKSRF_6m0B74fO0yRxwLmQ/s200/64296_362314830470195_100000750445496_1223660_1750580648_n.jpg" width="182" /></a></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Daun itu akhirnya luruh setelah angin
tak henti-hentinya menggoyangkan dahan tempatnya bernaung. Syaira menatapnya
dengan miris, “ Begitukah aku saat ini? Seperti daun itu yang akhirnya melayang
jatuh ketanah”. Syaira menghembuskan nafas dan melihat sekeliling. Sudah lebih
dari dua jam dia ditempat ini, tempat yang menjadi favoritnya. Sebuah taman
disudut kota, tempat dia tinggal sekarang.</span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: "Arial","sans-serif";"> Taman itu ditumbuhi bunga beraneka
warna, juga rindang dengan pepohonan yang menyejukkan. “Akhirnya aku
disini….sendiri, sepi dan mencoba menata kepingan hati yang hancur. Entah bisa
utuh kembali atau makin terpuruk dan semakin jatuh. Ibarat cermin retak yang
walaupun dicoba direkatkan, tetap saja ada garisnya”. Gumamnya dihati sambil menatap
langit. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Syaira menutup buku yang dari tadi
satu barispun belum dia baca. Pikirannya melayang mengingat kenangan pahit yang
coba dia hilangkan tapi, tak bisa. Sampai saat ini dia tak habis pikir mengapa
semua ini terjadi dalam hidupnya. Apa ini takdir dan jalan hidup yang
digariskan Sang Maha Kuasa? Huff…lagi-lagi Syaira menghela nafas</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“ Sepertinya ini sudah kali kesepuluh
aku melihat kau menghela nafas”, Sebuah suara menyelinap keruang dengarnya dan
menyentak lamunannya. Syaira menoleh ke samping kanan. Sepasang kaki terbungkus
sepatu olahraga berdiri tak jauh dari duduknya. Terlihat wajah yang berkeringat
dengan sorot mata yang jenaka dibalik kacamata bingkai pink, sangat kontras
dengan warna baju yang kuning benderang. Kerudung putihnya sedikit basah.
Syaira melirik sebal dengan usikan si penganggu itu. Dia beranjak pergi
meninggalkan tempat itu. Tapi dia merasa ada seseorang yang mengikuti
langkahnya. Syaira berbalik kebelakang dan lagi lagi wajah yang sedang
tersenyum dengan kaca mata pink yang sangat kontras itu. “Kenapa kau
mengikutiku?’ “ Aku hanya ingin berkenalan denganmu, bolehkan? Lagian aku dari
tadi lihat wajahmu yang cemberut aja, kamu lagi ada masalah ya?. “ Apa
urusanmu? Tukas Syaira dengan ketus.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“ Jangan marah dong. Aku hanya ingin berkenalan
denganmu, syukur syukur kamu mau berteman denganku. kamu tinggal di jalan
Anggrek kan? Dirumahnya Tante Lies kan? Aku Afifa. Panggil aja ifa aku tinggal
di jalan Melur, seberang jalan anggrek”. Ujar cewek itu sambil mengulurkan
tangan mengajak Syaira berkenalan. Dengan setengah hati Syaira membalas jabatan
tangan Afifa dan menyebutkan namanya. Afifa dengan serta merta mengajaknya
berjalan. Sepanjang perjalanan, bibir Afifa tidak berhenti berceloteh, ada saja
yang dibicarakan terutama hal-hal yang lucu. Dan mau tidak mau Syaira pun ikut
tersenyum dengan tingkah Afifa. Syaira merasa teman barunya ini adalah orang
yang menyenangkan. Tidak terasa sampailah mereka di persimpangan jalan antara
jalan Anggrek dan jalan Melur. Setelah berjanji untuk bertemu lagi, akhirnya
Syaira dan Afifa berpisah dan pulang ke rumah masing-masing. Perasaan Syaira
yang tadi gundah mulai berkurang berganti dengan keceriaan. Apalagi dia
sekarang sudah mempunyai teman baru. Syaira memang baru tinggal sebulan di
tempat Tante Lies, adik mama yang paling kecil. Syaira sengaja datang ke kota
ini karena ingin melupakan kejadian yang menyakitkan dalam hidupnya. Om dan
Tantenya berusaha menghibur Syaira yang sedang terluka. Walaupun dirumah tante Lies
ada Haikal, anak tante yang berusia 2 tahun. Tapi tetap saja Syaira merasa
sendiri dan belum bisa melupakan luka hatinya. Setiap hari kegiatannya hanya
pergi ke taman kecil yang tak jauh dari rumah Tante Lies, sampai akhirnya
Syaira bertemu dengan Afifa. Mengingat Afifa membuat Syaira tersenyum.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“ Duh, kak Syaira senyum-senyum
sendiri, lihat tuh dek, kakakmu. Kenapa ya?” suara Tante lies mengejutkan
Syaira. Syaira tersipu menyadari dia sudah sampai di depan rumah tante. Syaira
melihat Om Arman dan Tante Lies sedang duduk santai di teras rumah menikmati
suasana sore sembari minum teh. Haikal yang sedang bermain mobil-mobilan
berlari menyambut Syaira. Syaira langsung memeluk dan mencium bocah kecil itu.
Sambil menggendong haikal, dia menghampiri tante dan om. “ Sepertinya kamu
sedang gembira ya Sya?” tanya om Arman. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“enggak kok om” Syaira menjawab sambil
berusaha menenangkan Haikal yang ingin turun dari gendongannya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“ lah terus kenapa kamu senyum-senyum
dari tadi, tante perhatikan sejak kamu di ujung jalan sampai ke gerbang,
tingkah kamu lucu deh” ujar tante lies. “ Oh itu karena syaira teringat
kejadian di taman, tadi sewaktu Syaira di taman. Syaira berkenalan dengan
seorang cewek, namanya Afifa, katanya dia anak jalan Melur, tante kenal?” oh
Afifa, siapa sih yang tidak kenal Afifa, itu lho bi, anaknya kak Lia” ujar
Tante Lies sembari menjelaskan kepada suaminya. “oh Ifa yang pake kacamata itu
ya? Anaknya lucu dan bawel kan? Tapi orangnya baik kok, dulu dia sering kesini
ya mi?” ujar Om Arman. “iya bi, Cuma sekarang dia sibuk, kata bundanya, ifa
lagi ke luar kota, kalo engga, dia ampir tiap hari kesini maen ama haikal,
maklum ifa anak bungsu, abangnya kerja di kota lain. Otomatis dia tinggal
berdua ama bundanya” tante lies menjelaskan. Emang papanya kemana tan? Tanya
Syaira. Papanya ifa udah lama meninggal” “oh”
syaira manggut-mangut. “Tante
senang lho kalo kamu bisa berteman dengan ifa, entar kamu jalan-jalan
aja ama ifa, biar pikiran kamu lebih fresh gak di rumah terus..iya bi ya?” “Iya
umiku” kata om arman dengan manja kepada istrinya. Syaira jadi tertawa lihat
tingkah polah omnya, sementara Haikal terlihat tidak rela abinya bertingkah
seperti itu kepada uminya. Haikal langsung memeluk Tante lies. Syaira
berinisiatif segera menghindar dari teras sebelum menyaksikan adegan Haikal
ngambek dan menangis. “Syaira mau mandi dulu ah,” katanya sambil berjalan masuk
kedalam.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";"> --------------------------------------------------------------</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Mentari pagi menyapa hari yang sudah
ramai dengan kicau burung. Syaira membuka jendela kamarnya. Angin segar menyerbu
memasuki kamar. Dia membentangkan kedua tangannya seakan ingin menyambut angin
yang menerpa wajahnya. Sebenarnya kota kecil tempat om dan tantenya ini sangat
indah. Pemandangannya masih asri. Tidak ada asap knalpot yang mengganggu
pernafasan. Jalan raya pun tidak seramai di kota metropolitan. Siapapun yang
merasa suntuk dan sumpek dengan kebisingan kota, pasti betah tinggal disini.
Tapi karena Syaira masih terluka, jadi dia tidak begitu memperhatikan keindahan
lingkungan barunya ini. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Syaira baru selesai mandi ketika
terdengar suara Tante Lies menjawab salam dan membuka pintu depan. Setelah
selesai berpakaian dan memakai jilbab, ia keluar dan mendapati Tante sedang
duduk dengan Afifa.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“ Tuh syaira” ujar Tante lies yang
menyadari kehadirannya. “oh hai Syaira, baru mandi ya? Aku kangen haikal,
makanya pagi-pagi kemari. Tapi kata tante,
haikal blom bangun. Lagian aku
juga pengen ngobrol ama kamu” celoteh afifa dengan riang. Syaira hanya
tersenyum dan duduk di samping Tante Lies. Tante Lies beranjak ke dapur untuk
melanjutkan memasak. “ ntar kamu makan disini kan fa?” Tanya Tante. “Iya dong
tan, jatah makanku disini belom berkurang kan?” sahut Afifa. Tante lies hanya
tertawa kecil. Tinggallah Syaira dan Afifa. Syaira menyadari betapa akrabnya
Afifa dengan keluarga tante. Tapi itu bisa di maklumi mengingat Afifa orangnya
sangat supel. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“Ntar sore kamu ke taman kan? Barengan
ya? Tanya Afifa. “ boleh,” jawab Syaira. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“ Ayo Syaira, Afifa makan dulu”
terdengar suara Tante Lies memanggil mereka untuk makan. Kedua gadis itupun
beranjak ke ruang makan dan melanjutkan obrolan ringan setelah makan sembari
mencuci piring.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Sore itu langit berwarna biru. Semilir
angin menerbangkan daun daun kering yang terinjak sepatu Syaira. Syaira
membetulkan letak kerudungnya yang sedikit melorot. Dia mengedarkan pandangan
sekeliling taman. Tampak beberapa orang sedang melakukan olahraga voli,
sepasang orang tua berjalan santai di bebatuan taman, sementara ibu-ibu muda
membawakan kereta bayi “ Mana dia? Blom kliatan juga” gumamnya dalam hati
sembari duduk. “ doorrr” sebuah suara mengagetkannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“Astaghfirullah..Astaghfirullah”
Syaira mengusap dada. Afifah tertawa melihat tingkah Syaira yang terkejut.
Syaira langsung memukul lengan Afifah yang jahil kepadanya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";"> “ Kamu sih kebanyakan ngelamun, jadinya kaget
kan?”. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“ Siapa yang ngelamun, aku tadi
perhatikan sekitar sini, siapa tau kamu udah nyampe nggak taunya..ughhh”.
Syaira masih sebel melihat Afifa yang masih nyengir. Afifa duduk sambil
meletakkan tas dan peralatan yang dia bawa. “ Kamu bawa apa tuh?” Tanya Syaira.
Afifa mengeluarkan peralatan yang dia bawa yang ternyata adalah kanvas dan
bingkai. Dia juga mengeluarkan kuas, cat dan pinsil. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“ oh kamu mau ngelukis ya? Kok nggak
bilang kalo kamu pinter ngelukis?” </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“ kamu nggak pernah nanya” jawab Afifa
cuek sambil mulai mencampur warna di dalam palet. Syaira tersenyum malu
mengingat betapa tidak pedulinya dia dengan kehidupan afifa. Dia tidak pernah bertanya kepada Afifa dan
kegiatannya. Afifa mulai mengurat kanvas dengan pinsil dan mulai melukis,
Karena tidak ingin menganggu, Syaira mengeluarkan buku yang dibawanya dan mulai
membaca. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“ Pulang yuk, udah mau maghrib” Ajak
afifa yang sepertinya sudah mulai membereskan peralatan lukisnya. Syaira
melihat hasil lukisan afifa, dia melukis anak kecil yang sedang bermain bola
dengan latar kolam bunga yang ada di tengah taman itu. Tapi masih belum
sempurna. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“ Aku akan menyelesaikan di rumah aja.
Entar kamu datang kerumahku untuk melihat hasil akhirnya ya sekalian aku ingin
menunjukan padamu lukisanku yang lain”.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">” Baiklah” ujar Syaira. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Dan mereka pun segera pulang
meninggalkan taman yang sudah mulai sepi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";"> --------------------------------------------------------</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Malamnya ketika Syaira sedang
mendengarkan suara lembut Maher Zain dengan Thank you Allahnya, Hpnya berbunyi.
Mama nelpon. “Assalamualaikum, Apa kabarmu nak?” Wa’alaikumsalam Baik ma,
Alhamdulillah” jawab Syaira. Mendengar suara mama, membuatnya kangen senyum
mama, kangen hangatnya pelukan mama. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“ Mama kangen sya, tapi mama tak ingin
kamu pulang kalau kamu belum bisa melupakan kejadian itu. Mama hanya ingin kamu
menjadi sosok perempuan yang lebih tegar dan bijaksana” ujar Mama. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“Iya ma, Syaira senang disini, om dan
tante sangat baik. Syaira juga sering bermain dengan haikal. Syaira juga punya
teman baru disini ma, namanya Afifa orangnya seru dan lucu”.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";"> “Tapi jangan sampai seperti kejadian yang
kemarin ya, kamu punya teman yang akhirnya..” tukas mama.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">” Engga ma, afifa orangnya baik kok
ma, lagian ga semua orang itu sama kan ma?”.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">” Iya sayang, mama paham itu, mama
hanya takut kamu di manfaatkan lagi oleh orang lain”. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“InsyaAllah ma, sya sudah belajar dari
pengalaman dan semoga tak akan terulang kedua kali,”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";"> “Syukurlah sya, mama senang mendengar kamu
sudah bisa lebih bijak sekarang. Semoga luka hatimu cepat sembuh dan kamu bisa
kembali ke rumah, sayang lho masakan mama ga ada yang habisin”.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";"> ” Kan ada papa”. “Duh sya, kamu kan tau
sendiri papa nggak boleh makan banyak-banyak, ntar penyakitnya kambuh lagi. Ya
sudah, salam buat om dan tante ya, kalo papa punya waktu, mama akan ajak papa
tuk liat kamu disana”, “beneran ya ma? Cihuiiii”. Syaira berteriak gembira. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Setelah mengucapkan salam perpisahan,
syaira menutup telpon. Telpon dari mama membuat dia senang sekaligus menyisakan
pedih. Betapa dia telah membuat sedih dan malu keluarganya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Adalah Maudy, sahabatnya yang menjadi
alasan dia menenangkan diri disini. Maudy yang selalu setia. Kemana-mana mereka
selalu berdua, suka dan duka selalu bersama. Bahkan memilih kuliah pun selalu
bersama. Dan karena selalu bersama hingga akhirnya sekarang berpisah hanya
karena seorang Andre. Andre adalah kekasih Syaira. Namun memilih Maudy untuk
menjadi istrinya. Ternyata selama ini mereka diam-diam berhubungan di belakang
Syaira. Betapa sakit dan hancurnya hati dan perasaan Syaira mengetahui hal itu.
Ditambah lagi mereka sudah menetapkan tanggal pernikahan. Syaira tidak kuat.
Syaira tidak sanggup melihat sahabat dan kekasih duduk berdampingan di
pelaminan. Dan akhirnya dia memutuskan untuk menenangkan hati dan pikiran di
rumah tante lies. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Kejadian itu sudah enam bulan yang
lalu, namun masih membekas diingatannya ketika Maudy dan Andre mengantarkan
surat undangan pernikahan mereka. Walaupun mereka sudah mengucapkan kata maaf,
tapi tetap saja Syaira belum bisa menerima perlakuan mereka kepadanya. Rasa
sakit hati itu masih terasa sampai sekarang. Syaira hanya mencoba menata
hatinya yang hancur. Masih terbayang betapa malunya Papa dan Mama dengan
perlakuan Andre dan Maudy kepada mereka. Tapi Papa dan Mama tetap berusaha
tegar dan bijaksana. Beruntung dia punya orang tua yang sangat pengertian,
kalau tidak dia tidak bisa membayangkan bagaimana dia bisa menjalani semua ini.
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";"> -------------------------------------------------------</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Hari- hari Syaira semakin terasa
menyenangkan sejak kehadiran Afifa. Dia juga sudah sering ke rumah Afifa. Dan
bunda Alia baik dan ramah. Karena Syaira tidak punya kegiatan. Dia sering
menghabiskan waktu di rumah Afifa. Walau Afifa tidak ada, Syaira menemani bunda
Alia di rumahnya yang asri. Syaira juga sudah melihat koleksi lukisan Afifa.
Namun Syaira heran mengapa setiap lukisan Afifa selalu tidak kelihatan wajah
orang yang dilukisnya. Yang terlihat,hanya punggung dari obyek dalam
lukisannya. Apapun bentuk dan kegiatan yang ada dalam lukisan itu. Seperti
lukisan yang di taman itu, tentang anak-anak yang sedang bermain, tetap tidak
terlihat raut wajah obyek yang dilukis. Pernah Syaira menanyakan tentang hal
itu, tapi Afifa tak pernah mau menjawabnya. Dia hanya tersenyum bila Syaira
menanyakannya lagi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“Assalamaualaikum” terdengar suara
riang afifa membahana sampai kedapur. “halooooo, anybody home?????”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">”Wa’alaikumsalam masuk fa, aku lagi
didapur ni,” jawab Syaira. “Emang tante lies kemana?”. ”lagi kepasar… Tunggu di
kamar aja fa, aku entar lagi selesai kok”.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";"> “Oke deh” ujar Afifa sambil berlalu kekamar
Syaira. Syaira pun kembali membereskan kegiatannya mencuci piring. Setelah
selesai, dia pun ke kamar menemui Afifa.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";"> “Ifa apa yang kau lakukan?” Suara Syaira
mengagetkan Afifa yang sedang membaca buku harian Syaira. Syaira lalu merebut
buku itu dari tangan afifa. Afifa terpaku dengan reaksi Syaira. Dengan tergagap
Afifa mencoba berkata ”maafkan aku sya a..aku tidak bermaksud membaca diarimu.
Tadi kulihat buku itu terletak di meja. Aku hanya ingin memindahkannya dan…….” </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“Dan kamu ingin membacanya kan? Kamu
ingin tahu isinya…apa yang kutulis dan segala yang kucurahkan, iya kan?”. Syaira
memotong ucapan Afifa. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“Sya, bukan gitu. Aku hanya…….”. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“Keluar” tukas Syaira. Afifa terhenyak
ketika melihat betapa dinginnya sorot mata Syaira. “Sya, maaf……”. Syaira
berpaling dan tidak menghiraukan Afifa. Afifa terlihat menyesal. Dia tidak
menyangka Syaira begitu marah. Afifa pun pergi meninggalkan Syaira. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Sepeninggal Afifa, Syaira terduduk di
tepi tempat tidur, nafasnya memburu menahan emosi yang masih terasa di dada. Dia
paling tidak suka barang pribadinya di lihat dan di otak atik oleh orang lain,
dan tindakan Afifa sudah kelewat batas. Baginya hal itu sama saja dengan Afifa
tidak mempercayainya. Dan dia tidak suka itu. Sejak kejadian dengan Maudy,
kepercayaanya kepada orang lain berkurang. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";"> -----------------------------------------------</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Hujan mengguyur bumi setelah sekian
lama kemarau. Dari balik jendela kamar Syaira menyaksikan titik-titik air hujan
membasahi taman bunga Tante lies. “Sepertinya bunga berpesta pora dengan adanya
hujan”. Syaira masih bermain-main dengan pikirannya. Tanpa sadar tangannya
menulis sesuatu di kaca jendela. Guratan tangan syaira membentuk kata yang sangat
dia kenal “Afifa”. Syaira tersadar ternyata dia masih memikirkan sahabatnya
itu. Syaira tidak pernah bertemu dengan Afifa lagi semenjak kejadian itu. Dia
pun sudah jarang pergi ke taman. Ada rasa rindu ingin mendengar tawa dan ceria
gadis berkacamata itu. Tapi egonya mengalahkan semua rasa itu. Syaira masih
belum bisa menerima perbuatan Afifa kepadanya. Dan Afifa juga tidak pernah
menghubunginya. Bosan juga rasanya tidak ada yang menemani. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Sekarang Syaira hanya lebih sering
bermain dengan Haikal dan sesekali membantu Tante Lies merawat kebun bunganya.
Tante Lies juga pernah menanyakan kepada Syaira mengapa Afifa tidak pernah
datang. Syaira menjawab bahwa Afifa sedang sibuk. Syaira merasa bersalah telah
berbohong kepada Tante Lies, tapi dia tidak mau Tante Lies mengetahui
perselisihannya denga Afifa.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Ketika hujan sudah reda, Syaira pergi
ke toko bunga. Dia bermaksud untuk membeli bunga Anggrek untuk Tante lies, biar
taman bunga tante semakin indah dan cantik. Syaira sedang bertanya kepada
penjual bunga ketika ada yang menepuk bahunya. Dia menoleh dan didepannya
berdiri seorang perempuan paruh baya memakai gamis warna hijau dan jilbab
kuning pucat yang serasi. “ eh Bunda Lia apa kabar?” Seru Syaira sembari
mencium tangan Bunda Lia. “ Alhamdulillah baik, kamu sedang apa disini?”, “Ini
bun, lagi liat bunga. Kali aja ada yang bagus dan bisa dibeli untuk nambah
koleksi bunga tante” jawab syaira. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“Wah, pasti Tantemu sangat senang
menerimanya”. Kata Bunda Alia. Syaira tersenyum.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“Setelah ini kamu mau kemana Sya?”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“Langsung pulang, emang kenapa bunda”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“Temenin bunda yuk, bunda mau ke
apotik”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“Boleh, ntar ya, Sya bayar dulu”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Setelah Syaira selesai membayar bunga
yang dibelinya. Bunda Lia mengajak syaira ke apotik untuk mengambil obat
pesanannya. “Selamat pagi bunda. Mau ambil obat pesanan bunda ya. Ini dia” Kata
penjaga apotik sambil menyerahkan sebuah kota berukuran sedang. “Bagaimana
kabar Afifa bunda? Apakah obatnya masih rajin diminum?” Tanya penjaga itu lagi.
“Hari ini habis, syukurlah stoknya udah nyampe” , makasih ya” Jawab Bunda Lia
dan dia mengajak syaira meninggalkan apotik.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Syaira terkejut ketika mendengar
percakapan antara Bunda dan penjaga apotik tadi. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Apa??? Afifa sakit?, kok dia tidak
pernah tahu. “Bunda, emang selama ini Afifa sakit apa?” Tanyanya kepada bunda
Lia. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Bunda Lia menghentikan langkah dan
menatap mata Syaira. Bunda mengajak Syaira ke taman dan mereka memilih duduk di
bangku taman. Lama mereka terdiam. Ketika Syaira hendak bertanya kembali, Bunda
menghela nafas dan berkata ”Sebenarnya Ifa tidak menginginkan cerita tentang
penyakitnya di ketahui semua orang. Tapi karena kau adalah temannya sekarang,
bunda ingin kamu juga harus tau ini.”. Syaira melihat kearah Bunda Lia. Bunda
melanjutkan ceritanya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">”Dulu, lima tahun yang lalu, Afifa
mengalami kecelakaan yang parah. Akibat kecelakaan itu, mata kirinya rusak dan
dia buta. Dia hanya bisa memanfaatkan mata kanannya untuk bisa melihat. Tapi
dasar Ifa, dia tetap ceria dan seperti tidak pernah merasa keberatan dengan
kondisinya yang hanya bisa melihat dengan satu mata saja. Malah yang lebih
sering nangis itu bunda, bunda selalu mengeluh kepada Naufal, abangnya tentang Ifa.
Tapi Naufal selalu berusaha menyemangati bunda dan dia juga selalu
memperhatikan kesehatan adiknya itu”. Bunda terdiam dan menghela nafas.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“Seminggu yang lalu, kami ke tempat
Naufal untuk cek mata Ifa. Kamu tau apa kata dokter sya, dokter bilang Afifa
akan mengalami kebutaan total karena mata kanannya akan mulai tidak berfungsi
lagi”. Bunda Lia sesenggukan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Syaira terkejut mendengar cerita
bunda. Syaira memeluk bunda dan dia juga ikut menangis. Dia bisa membayangkan
betapa menderitanya Afifa. Sambil menangis, bunda berusaha berbicara, ”Kalaupun
dilakukan operasi pengangkatan mata. Hal itu juga tidak akan membantu. Karena
nyawa taruhannya. Dan afifa juga tidak mau. Ifa bilang lebih baik dia buta
selamanya daripada harus kehilangan kesempatan hidup..oh ifa, kasian sekali
dirimu nak”. Bunda kembali menangis. Syaira memberikan saputangannya dan
mengusap air mata di pipi bunda Alia. Dia bisa merasakan kesedihan bunda. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Setelah bunda bisa tenang kembali, dia
meninggalkan Syaira yang memilih untuk tetap duduk di taman itu. Syaira
merenungi keegoisannya selama ini kepada Afifa. Dia merasa bersalah. Dia ingin
meminta maaf kepada sahabat terkasihnya itu. Syaira bergegas pulang untuk
mengantar bunga yang baru di belinya dan menyerahkan kepada Tante lies. Tanpa
menunggu reaksi Tante Lies, dia langsung pergi menuju rumah Afifa. Syaira
mengucap salam, dia melangkah ke kamar Afifa. Disana ada bunda yang sedang
memberikan obat kepada Afifa. Afifa melihat Syaira yang datang, “Ayo masuk sya,”
Katanya riang seolah-olah selama ini mereka tidak bermusuhan. Syaira dengan
canggung mendekati afifa yang terbaring di tempat tidur. Dia melihat sahabatnya
itu minum obat yang di berikan bunda. Bunda Alia beranjak pergi setelah Afifa
meminum obatnya. “gimana kabarmu sya? Tanya Afifa. Syaira hanya terdiam melihat Afifa, “ heii,
hallo..” Afifa mengguncang tangan Syaira. Syaira tersentak. “ Kok kamu
ngeliatin aku seperti itu?” Afifa kembali bertanya. Syaira langsung memeluk Afifa
sambil menangis. Afifa jadi bingung
dengan kelakuan Syaira. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“Hei sya, kamu kenapa?”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“Maafkan aku ya fa, selama ini aku
sudah salah sama kamu. Aku udah nuduh kamu tanpa mau dengar penjelasan kamu..”.
Syaira mengeluarkan uneg-unegnya. Afifa melepaskan pelukan syaira. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“Aku udah maafin kamu kok, aku tau
kamu tuh orangnya sensitif dan sangat peka. Aku juga udah tau cerita tentang
kamu dari tante lies jauh sebelum kejadian itu. Aku ngerti kok kenapa kamu
bersikap seperti itu,“ Syaira mengusap airmatanya</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">”Udah stop..jangan nangis lagi..jelek
tau..ntar bang Naufal nggak mau lagi liat kamu yang cengeng dan mewek kayak
gini”. ledek Afifa. “Apaan sih” Syaira tersipu malu mendengar ledekan Afifa. “Ha
ha”. Afifa tertawa senang melihat reaksi Syaira. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Naufal, abang Afifa yang kerja di kota
lain sekali waktu pernah pulang dan bertemu dengan Syaira. Afifa selalu
mengolok Syaira dan berusaha menjodohkan abangnya dengan sahabatnya itu. Naufal
sepertinya tidak terganggu dengan aksi adiknya itu. Syaira juga tahu, Naufal
sering mencuri pandang kepadanya bila mereka sedang duduk ngobrol bersama Bunda
dan afifa. Syaira merasa Naufal ada perhatian kepadanya. Tapi dia belum
memikirkan hal itu dulu, dia tidak mau kejadian yang dulu terulang lagi bila
dia memulai suatu hubungan. Sekarang dia mengharapakan agar Allah memberikan
yang terbaik untuknya. Syaira lalu menatap Afifa yang masih nyengir
memandangnya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“fa, kamu kok nggak pernah cerita
tentang penyakitmu? Jangan salahkah bunda kalo aku tau cerita ini dari bunda”.
Syaira kembali berbicara ketika melihat Afifa akan membuka mulut untuk
berbicara.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“ Kalau kamu tau sya, apakah kamu akan
mengasihaniku?” Tanya Afifa</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“Aku tak perlu mengasihanimu, kulihat
kamu cukup tegar dengan ini semua” Jawab Syaira.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Afifa membetulkan letak kacamatanya.
Sambil menatap Syaira, dia berkata. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“Dulu ketika pertama kali aku
mendengar vonis dokter, aku tak terima. Tak bisa bayangin jadi buta. Aku sedih,
aku marah dan merasa ini semua tidak adil. Aku lari dari rumah sakit padahal
aku masih dalam perawatan, lukaku juga belum sembuh. Aku berlari dan menghindar
dari bunda dan bang Naufal. Aku tau mereka panik karena tidak menemukanku. Aku
tak peduli. Aku terus berlari hingga akhirnya aku sampai di suatu tempat”.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Afifa terdiam, dia bangun dan
melangkah kearah jendela, Syaira masih tetap duduk memperhatikan tingkah Afifa.
Sambil memandang keluar Afifa melanjutakan ceritanya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“Disitu aku melihat pemandangan yang
mengubah pemikiranku. Aku lihat seorang anak kecil berusia sekitar 8 tahun.
Langkahnya pelan dan tertatih dibantu tongkat yang berfungsi sebagai penuntun
jalannya. Ternyata dia tidak bisa melihat. Dia tetap bahagia, dia tetap ceria
bercanda dengan teman-temanya. Aku baru tahu belakangan kalau semenjak lahir
dia sudah buta. Kata orang-orang yang mengenalnya, dia tak pernah mengeluh. Dia
hanya tersenyum bila ada yang mengejeknya”. Afifa kembali terdiam, terlihat ada
senyum dibibirnya seakan membayangkan pertemuannya dengan gadis kecil itu. Dia
kembali duduk di dekat Syaira.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“Pernah kutanyakan padanya tentang
bagaimana perasaanya ketika ada yang mengejeknya. Dia menjawab bahwa ayah dan
ibunya slalu mengajarkan padanya untuk tidak pernah sakit hati dan membalas
perbuatan orang lain. Katanya biar Allah yang membalasnya. Dengan polos dia
juga berkata kalau dia lebih baik tidak bisa melihat sehingga dia tak perlu
melihat wajah orang yang menghinanya. Duh sya, kau tahu apa yang kurasakan.
Sementara aku, Aku malah tidak mau menerima takdirku”. Mata Afifa berkaca-kaca.
Syaira mengusap punggung Afifa.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“Sya, sekarang aku tak pernah
menyalahkan siapapun dengan kejadian yang ku alami ini, juga aku tidak ingin
menyalahkan Tuhan. Karena semua sudah terjadi. Aku juga tidak ingin
menyesalinya. Bagiku diberi kesempatan hidup saja itu merupakan karunia yang
tak ternilai harganya. Aku hanya ingin melakukan sesuatu yang berguna, walau
aku harus kehilangan penglihatan selamanya.” Ada nada optimis di balik
kata-kata Afifa.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“Begitu juga dengan kamu sya, kalau emang
gak mau ngerasain sakit, jangan jatuh cinta. Jangan bayangkan cinta itu
keindahan semata. Jangan maunya resapi wangi bunga mawar tapi durinya tak
dihiraukan. Jangan juga berkhayal kisah cinta itu seperti Cinderella atau Putri
Salju yang menemukan pangeran impian dan hidup bahagia selamanya. Ada juga
kisah cinta yang tragis seperti Romeo dan Juliet atau Khais dan Laila. Bila
saat ini cintamu pupus. Yakinlah suatu hari akan hadir cinta baru yang lebih
baik. Segalanya tak akan terwujud bila tiada campur tangan dari Allah. Nikmati
rasa sakit ini sebagai pengalaman yang paling berharga. percayalah”. Ujar Afifa
dengan bijak.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Syaira tergugu mendengar ucapan Afifa.
“ Aku beruntung ya sya, punya bunda dan abang yang begitu menyayangiku, dan aku
juga beruntung punya sahabat baru sepertimu”. Syaira memeluk Afifa. Sambil
mengelus ujung jilbab Syaira, sahabat baiknya itu melanjutkan perkataanya. “Coba
kamu bayangkan sya, banyak orang-orang di luar sana yang juga tidak sempurna tapi
tetap semangat, banyak orang yang tidak beruntung dalam hidupnya, anak kecil
yang kehilangan orang tua tapi dia tetap tegar”. Afifa melepaskan pelukannya. “ Sya, aku ingin
tetap tegar,”. Syaira tersenyum dan menggengam erat tangan Afifa. “ Kamu pasti bisa fa, aku yakin kamu pasti
bisa”. Afifa dan Syaira tersenyum. “ tapi kamu jangan mewek lagi ya sya” goda
afifa..” Ifaaa..kamu ini…”. Syaira berteriak gemas. Gelak tawa Afifa membahana
melihat sahabatnya itu kembali cemberut.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";"> -------------------------------------------</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Sore itu langit indah sekali, Awan
putih berarak dilatar bias matahari yang masih menyisakan warna emasnya. Syaira
dan Afifa menyusuri jalan setapak di taman itu. Suasana taman masih sama
seperti biasa kalau tidak hujan. Tetap
ramai dan banyak orang berolahraga. Ada anak- anak sedang bermain bola di
rumput taman. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Syaira menuntun Afifa untuk duduk di
bangku taman tempat pertama kali mereka bertemu. Penglihatan afifa mulai kabur.
Menurut Dokter yang menanganinya, waktu untuk melihat bagi Afifa hanya tinggal
dua bulan lagi. Setelah itu dia akan buta total. Syaira salut dengan Afifa. Dia
tetap bisa menerima semua yang terjadi padanya. Kemarin, Afifa menghadiahi
sebuah lukisan perempuan berkerudung yang ternyata itu adalah Syaira. Berbeda
dengan lukisan-lukisannya terdahulu, Syaira dilukis dengan menampakkan muka
keseluruhan. Afifa menjelaskan kenapa dia selalu melukis orang yang terlihat
hanya punggungnya saja. Karena dia sudah merasa dia tidak akan bisa melihat
lagi, dan dia tidak ingin melukis mata di obyek lukisannya. jadi dia selalu
melukis dengan gaya seperti itu. Tapi untuk Syaira, Afifa bersedia melukisnya
dengan menampilkan sosok Syaira yang anggun dan cantik. Lagi-lagi Syaira banyak
belajar dari seorang Afifa. Afifa yang telah membuka mata hatinya yang selama
ini selalu merasa orang yang paling sial dan merana di dunia ini. Dari afifa,
dia belajar tentang keikhlasan dan kesabaran.. Syaira merasa menjadi makhluk
paling kecil di balik kebesaran hati Afifa. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Afifa pernah berkata padanya kalau dia
ingin seperti matahari yang selalu memberikan sinar kehangatan bagi orang-orang
yang memerlukan. Dia ingin seperti hujan yang memberikan kesejukan dalam tiap
tetesnya dan dia juga ingin seperti pelangi yang memberikan warna keindahan
setelah hujan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Syaira bertekad akan selalu
mendampingi Afifa. Walau pun dia tahu, Afifa tidak pernah meminta bantuan
kepadanya. Tapi dia ingin menjalani hari-hari selanjutnya bersama sahabat
terkasihnya itu. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“Kita pulang sya?” suara Afifa lembut
di gendang telinganya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“Ayolah, sudah mulai sepi
keliatannya,”. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“Besok kita kesini lagi ya?” Pinta
Afifa. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">“Sip, kita akan kesini saban sore
kalau…,</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">”Tidak hujan”. Sambung Afifa sambil
tertawa. Syaira mencubit hidung Afifa dengan gemas. “Sya, sakit tauu”. Afifa
sebel dengan perlakuan syaira. Syaira hanya tersenyum dan dia menarik lembut
lengan Afifa dan membantunya berdiri. Mereka bergandengan tangan menyusuri
jalan. Syaira yakin, hari-harinya akan berarti di masa datang. Masa lalunya
akan dijadikan pengalaman yang tak akan terlupakan. Masa lalu takkan pernah
dijadikan penyesalan karena dari situlah introspeksi dimulai. Walau penyesalan
selalu datang belakangan. Betapa Allah begitu sayang dengan menghadirkan masa lalu
yang semoga dijadikan pelajaran dan berharap tidak akan terulang lagi. Ambil
hikmahnya dan terus melangkah karena jalan ini masih panjang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Dia bersyukur punya pengalaman seperti
itu. Karena membuat dia menjadi dewasa dan belajar lebih bijak. Belajar untuk
bisa tegar dan belajar punya hati yang penuh lentera seperti Afifa. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";"> SELESAI</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<br />
Mee</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Admin EmHAhttp://www.blogger.com/profile/05429968825067058352noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4700137061092936302.post-445015513823046292012-03-12T12:16:00.003+07:002012-08-20T10:06:12.897+07:00♥♥˚◦☆•. (`'•.¸♥Siapa Aku?♥ ¸.•'´) .• ☆◦˚.♥♥<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<blockquote class="tr_bq">
<br />
<span class="hasCaption">
</span></blockquote>
<span class="hasCaption"></span><br />
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_4f5d85a4c09555e95332764">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrlCyy2wq1BccRojN2RhKBDNL_mByGgh3tuzYULU1eMM6JVFKh0wKUUMOEQhRRkmfUCudH5HBskCH88xb7ncXp1rSQ_LQc0s2gutMng8oOSVZ05NYhZM5yYTFY177vwClEfHIDS5-zhg/s1600/embun+hati.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="182" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrlCyy2wq1BccRojN2RhKBDNL_mByGgh3tuzYULU1eMM6JVFKh0wKUUMOEQhRRkmfUCudH5HBskCH88xb7ncXp1rSQ_LQc0s2gutMng8oOSVZ05NYhZM5yYTFY177vwClEfHIDS5-zhg/s200/embun+hati.jpg" width="200" /></a></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_4f5d85a4c09555e95332764">
<br />
<br />
Jika saat ini kita masih sering bertanya<br />
"Siapa kamu?"<br />
<span class="text_exposed_show"> Maka cobalah untuk merubah pertanyaan itu menjadi<br /> "Siapa aku?"<br /> <br /> Jika kita masih sering bertanya<br /> "Apa yang kamu miliki?"<br /> Maka cobalah untuk mengubahnya menjadi<br /> "Apa yang aku miliki?"</span><br />
<a name='more'></a><span class="text_exposed_show"><br /> <br /> Jika kita masih sering bertanya<br /> "Apa yang bisa kamu lakukan?"<br /> Maka ubahlah menjadi<br /> "Apa yang bisa aku lakukan?"<br /> <br /> Jika kita masih sering berfikir<br /> "Kamu tidak bisa melakukan apa-apa"<br /> Maka ubahlah menjadi<br /> "Aku tidak bisa melakukan apa-apa".<br /> <br /> Dengan introspeksi kepada diri kita sendiri<br /> dan mulai mengubah pandangan kita untuk merendahkan oranglain,<br /> Hal itu justru yang mampu membuat kita menyadari<br /> bahwa tidak ada manusia yang sempurna seperti yang kita harapkan.<br /> <br /> Mengurangi melihat keburukan dan kelemahan oranglain,<br /> dan lebih memikirkan kelemahan dan ketidaksempurnaan kita sendiri itu lebih baik dan bermanfaat bagi kita sendiri.<br /> <br /> Setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan, <br /> tak terkecuali kita sendiri.<br /> Maka cobalah untuk lebih bertanya "Siapa aku?"<br /> daripada bertanya "Siapa kamu?"<br /> <br /> ♥ pelangi ♥</span><br />
<br />
<br />
<br />
<span class="text_exposed_show">. </span></div>
<br />
<div class="fbPhotoTagList" id="fbPhotoSnowliftTagList">
<span class="fcg"> </span></div>
</div>
Admin EmHAhttp://www.blogger.com/profile/05429968825067058352noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4700137061092936302.post-64949896127528509712012-03-12T10:24:00.004+07:002012-08-20T10:07:12.053+07:00♥♥˚◦☆•. (`'•.¸♥Kisah Seekor Anak Kucing♥ ¸.•'´) .• ☆◦˚.♥♥<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span class="hasCaption"></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMIEKr74-B8jVLL8kNklyduQfmdqZvfBMjQ4Evp_bDkU_cxF5yTSaQ9VjUQmwwAdp0osqMDb_2Digv0yXSeJwipf0PGfx5Igyu32C9n-OUlM-6QOnhY4evmfZaNnBouG53oGQ3wuQ-qw/s1600/Kitten.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="151" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMIEKr74-B8jVLL8kNklyduQfmdqZvfBMjQ4Evp_bDkU_cxF5yTSaQ9VjUQmwwAdp0osqMDb_2Digv0yXSeJwipf0PGfx5Igyu32C9n-OUlM-6QOnhY4evmfZaNnBouG53oGQ3wuQ-qw/s200/Kitten.jpg" width="200" /></a></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_4f5d6c1fabefa4285181222">
<br />
<br />
Ada seekor anak kucing yang muncul di halaman belakang rumahku.<br />
<span class="text_exposed_show"> Dahulu pertama kali aku melihatnya, ia terlihat ceria bermain bersama anak-anak kucing lainnya, dan menyusu kepada ibunya.<br /> <br /> Ia bermain dengan riang gembira,<br /> kadang mereka saling berkejaran, atau memainkan ekor mereka.<br /> Hingga pada suatu hari, sang ibu meninggalkannya sendiri.<br /> Ibu nya membawa serta anak-anak kucing lainnya,</span><br />
<a name='more'></a><span class="text_exposed_show"><br /> sementara ia ditinggalkan begitu saja di halaman belakang rumahku.<br /> <br /> Ia sering mengeong tanpa henti, <br /> seperti mencari-cari keberadaan ibu dan anak kucing lainnya.<br /> Ia pasti lapar dan ingin menyusu kepada ibunya.<br /> Namun ia tak pernah meninggalkan tempat di halaman belakang rumahku,<br /> berharap sang ibu kembali untuk menjemputnya.<br /> <br /> Namun lama ia menunggu, sang ibu tak jua datang kembali untuk menjemputnya.<br /> <br />
Suatu hari, seorang tetanggaku membuang sisa makanan di halaman
belakang rumah, anak kucing kecil itu berlari untuk mendapatkan makanan
sisa,<br /> berharap ada sedikit ikan yang bisa ia makan.<br /> Namun saat itu, ada seekor kucing jantan lain yang juga ikut berebut makanan.<br /> Kucing jantan yang tidak menyukai kehadiran anak kucing itu pun marah dan melukai tubuh anak kucing itu.<br /> <br /> Sungguh malang,<br /> anak kucing itu kini tubuhnya penuh dengan luka.<br /> Saat aku melihatnya, bekas luka ditubuhnya masih merah karena darah.<br /> Sementara kakinya ikut terluka,<br /> hingga akhirnya ia hanya bisa berjalan dengan menggunakan 3 kaki dengan terpincang-pincang.<br /> <br /> Anak kucing itu sering melihatku dengan tatapan sedih.<br /> Matanya selalu menangis, mungkin merasakan sakit yang luar biasa ditubuhnya<br /> untuk seekor anak kucing sepertinya.<br /> Ia sering menungguku di pintu belakang rumah,<br /> berharap aku membawakan sedikit makanan untuknya.<br /> Ia selalu kalah berebut makanan dengan hewan lain,<br /> jadi setiap aku memberinya makan, aku menungguinya hingga makanan itu habis,<br /> untuk memastikan jika ia bisa makan dengan baik.<br /> Yang paling membuatku terharu adalah ketika melihat ia makan.<br /> Ia makan sedikit demi sedikit, sambil sesekali menatapku sambil mengeong,<br /> seolah mengucapkan terimakasih padaku.<br /> <br /> Pernah suatu ketika aku dan seluruh keluarga tidak pulang kerumah hingga malam,<br /> ketika aku pulang, aku melihat anak kucing itu masih duduk di depan pintu belakang rumah, menungguku kembali pulang.<br /> <br /> Aku tahu, perutnya pasti sangat lapar karena ia tak mungkin mendapatkan makanan dari tempat lain, karena tubuhnya yang sakit.<br /> Aku menatapnya dengan iba, merasa sangat kasihan padanya.<br /> Aku pun berjanji akan selalu merawatnya dan memberinya makan agar ia tumbuh sehat dan besar.<br /> <br /> Karena ia hanya seekor anak kucing,<br /> anak kucing kecil yang terluka, <br /> anak kucing kecil yang hidup sebatang kara,<br /> anak kucing kecil yang sangat baik.<br /> Tak pernah ia berani masuk ke dalam rumah, apalagi mencuri ikan kami.<br /> Ia hanya duduk di depan pintu, menunggu kami memberinya makan.<br /> <br /> Kadang aku berfikir, bagaimana jika aku menjadi anak kucing itu.<br /> Tak bisa ku bayangkan bagaimana sakitnya hidup sepertinya.<br /> <br /> Ia memang hanya seekor anak kucing kecil.<br /> Namun ia juga makhluq Allah yang harus kita sayangi.<br /> Darinya aku banyak belajar tentang sebuah rasa SYUKUR.<br /> Bersyukur karena kita bisa hidup lebih layak dari mereka.<br /> ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~<wbr></wbr></span></div>
<span class="word_break"></span>~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~<br />
<br />
Kudus, 12-03-2012<br />
<br />
♥ pelangi ♥
<br />
<div class="fbPhotoTagList" id="fbPhotoSnowliftTagList">
<span class="fcg"><br /></span></div>
</div>
Admin EmHAhttp://www.blogger.com/profile/05429968825067058352noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4700137061092936302.post-2874409288590205762012-03-10T13:27:00.001+07:002012-08-20T10:11:20.709+07:00♥♥˚◦☆•. (`'•.¸♥Bidadari Untuk Siapa?♥ ¸.•'´) .• ☆◦˚.♥♥ (BAGIAN 5,6 dan 7)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipCKuikmH4DGHMqB-vUufWG35ggaqKTObgkbLP7fay1OzGsqOheysFQ7MOORe4RXrkdKLzh6Pib2Qd4u6CNJPydibttWbVrnjLn87Qe8vqu4PoYT9InYnGPSyf4jpWYI6dApV7NYRTBg/s1600/w.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="172" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipCKuikmH4DGHMqB-vUufWG35ggaqKTObgkbLP7fay1OzGsqOheysFQ7MOORe4RXrkdKLzh6Pib2Qd4u6CNJPydibttWbVrnjLn87Qe8vqu4PoYT9InYnGPSyf4jpWYI6dApV7NYRTBg/s200/w.jpg" width="200" /></a></div>
<br />
<br />
<span class="hasCaption"><span class="text_exposed_show">♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ <br /> <br /> Tiada suatu kesusahan pun<br /> melainkan pasti ada akhirnya<br /> dan tiada satu keadaan pahit pun<br /> yg dialami oleh seseorang,<br /> melainkan akan datang sesudahnya<br /> keadaan lainnya yg manis<br /> <br /> ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ </span></span><br />
<a name='more'></a><span class="hasCaption"><span class="text_exposed_show"><br /> <br /> <br /> Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari.<br /> Huuriyah memandang mentari yg baru terbit terhalang awan mendung. Matanya berkaca-kaca,<br /> dalam hati ia bertanya kapan lagi ia bisa menatap mentari ini.<br /> <br /> Beberapa hari belakangan keadaannya semakin parah,<br /> namun ia masih tetap menyembunyikan sakitnya dari keluarga maupun Nailah sahabatnya.<br /> <br /> Semua obat ia sembunyikan di bawah ranjang kamarnya,<br /> dan ia selalu mengunci kamarnya jika ia keluar.<br /> Yang berubah dari dirinya hanya wajahnya yang selalu pucat dan tubuhnya menjadi kurus.<br /> <br /> Pernah ia ditanya keluarganya mengapa ia terlihat kurus,<br /> ia hanya berkata kalau dia sedang berdiet.<br /> <br />
3 hari lagi Nailah menikah, persiapan telah dimulai dari seminggu yang
lalu. Sementara adiknya, Nisa akan menikah 2 minggu kemudian.<br /> <br /> Huuriyah bahagia melihat orang-orang yg dia sayangi bahagia,<br /> dan ia pun akan selalu merasa bahagia, meski ia tak tahu apakah ada akhir yg membahagiakan untuknya.<br /> Hari ini toko nya libur, ia diminta menemani Nailah melihat baju pengantinnya yg sudah jadi.<br /> <br /> jam 9 pagi Nailah telah sampai dirumah Huuriyah.<br /> <br /> Mereka pun segera berangkat menuju tempat penjahit langganan Nailah.<br /> <br /> **************************<wbr></wbr></span></span></div>
<br />
<span class="word_break"></span>*******************<br />
<br />
Wajah Nailah berbung-bunga ketika mencoba baju pengantinnya.<br />
<br />
Gaun kebaya berwarna biru muda bermotif bunga, juga jilbab yang serasi di tubuhnya.<br />
<br />
Ia sedari tadi tak henti tersenyum dan bertanya pada Huuriyah bagaimana
penampilannya, Huuriyah sampai lelah menjawab pertanyaan Nailah yg
diulang-ulang.<br />
<br />
"Jadi gak sabar nunggu 3 hari lagi" ucap Nailah sambil tak henti memandangi cermin besar didepannya<br />
<br />
Huuriyah tertawa sendiri melihat tingkah Nailah.<br />
<br />
Betapa beruntung nya Nailah mendapatkan imam yang benar-benar ia cintai dan juga mencintainya, ucap Huuriyah dalam hati.<br />
<br />
Seusai dari tempat penjahit mereka mampir makan bakso kesukaan mereka.<br />
<br />
Mereka berdua makan sambil bercanda-bercanda mengingat-ingat hal-hal lucu yang pernah mereka lakukan.<br />
<br />
Hingga Huuriyah tidak sadar jika hidungnya kembali mengeluarkan darah.<br />
<br />
Nailah terkejut, ia menunjuk hidung Huuriyah dan berkata bahwa
hidungnya mimisan. Huuriyah kaget setengah mati, takut Nailah tahu
tentang sakit nya.<br />
<br />
Huuriyah buru-buru mengelapnya dengan tissue,<br />
<br />
"Ini sih bukan darah, tapi saos bakso. Ternyata makanku kayak anak kecil belepotan, hehe" Huuriyah mencoba mengelak.<br />
<br />
Nailah sebenarnya tidak percaya, jelas-jelas ia tahu kalau itu adalah darah, namun ia tahu sifat Huuriyah,<br />
<br />
Ia pasti tidak mau mengatakan yg sebenarnya, Jadi ia pura-pura percaya,
namun dalam hati Nailah membatin bahwa ia harus mencari tahu yg
sebenarnya.<br />
<br />
Seusai makan bakso mereka lalu pulang, Nailah
mengantar Huuriyah sampai rumah, Nailah terus saja memperhatikan
Huuriyah, mencoba mencari tahu, karena iya yakin Huuriyah menyembunyikan
sesuatu.<br />
<br />
Ia sekilas melihat Huuriyah masuk ke dalam rumah, lama ia perhatikan ia baru sadar kalau wajah Huuriyah tidak seceria dulu,<br />
<br />
wajahnya pucat dan menyimpan banyak kepedihan, tubuhnya juga lebih kurus dari beberapa waktu yang lalu.<br />
<br />
Nailah merasa sedih melihat sahabat nya itu,<br />
<br />
"Kamu sebenarnya kenapa? ada apa?" Nailah bergumam sendiri.<br />
<br />
Ia pun menyalakan motornya dan kembali pulang.<br />
<br />
**************************<wbr></wbr><br />
<br /><span class="word_break"></span>*****************<br />
<br />
Huuriyah melamun didalam kamarnya, keluarganya sedang tidak ada dirumah karena ada kepentingan masing-masing.<br />
<br />
Huuriyah membuka jendela kamarnya, menghirup angin malam yang berbisik lirih menyapa sepinya.<br />
<br />
"Tiada gunanya menampari pipi dan merobek-robek kerah baju sebagai
ungkapan kecewa karena keberuntungan yang terlepas dari tangan, atau
karena beban berat yg harus ditanggung. <br />
Tiada gunanya bagi
seseorang menghanyutkan pikiran dan semua perasaannya kepada kejadian yg
telah ditelan oleh masa yang pada akhirnya akan menambah panas
kepedihannya dan makin menyengat kalbunya.<br />
<br />
Seandainya aku punya
kemampuan menembus lorong waktu masa lalu untuk menahan
kejadian-kejadian yg menentukan dan aku dapat mengubah hal-hal yg tidak
aku sukai,<br />
tentulah kembali ke masa lalu merupakan suatu keharusan,<br />
namun hal itu adalah mustahil,.<br />
Tiada jalan bagiku kecuali mencurahkan usaha keras untuk membangun kembali hari-hari dan malam-malam yg kujalani sekarang.<br />
<br />
Jika bencana datang menimpa diriku,<br />
maka sesungguhnya aku setegar batu karang dalam menghadapi badai bencana itu."<br />
<br />
Tulisan itu tersusun rapi dalam diary yang sedang ia peluk.<br />
Satu-satunya teman mencurahkan isi hati dan kepedihan.<br />
<br />
--------------------------<wbr></wbr><br />
<br /><span class="word_break"></span>--------------------------<wbr></wbr><br />
<span class="word_break"></span>---------------------<br /><br />
Hari pernikahan Nailah tiba,<br />
Jam 9 pagi akad nikah akan dilangsungkan.<br />
Nailah sudah berdandan cantik dengan baju pengantinnya.<br />
Reza, calon suaminya sudah duduk di depan meja akad,<br />
sementara Nailah ada di ruangan berbeda, baru keluar ketika ijab qabul telah terucap.<br />
<br />
Nailah cemas, Huuriyah belum juga tiba, ia sudah menelponnya berkali-kali namun tak ada tanggapan.<br />
Padahal ia ingin Huuriyah menemaninya untuk mengurangi ke gugupannya.<br />
<br />
Ijab Qabul pun selesai diucapkan, Nailah keluar ditemani ibunya,<br />
acara seserahan mas kawin pun dilakukan, diiringi senyum bahagia kedua mempelai.<br />
<br />
Nailah masih belum tenang, Huuriyah belum juga tiba, <br />
keluarga Huuriyah juga belum ada yg hadir.<br />
Tak beberapa lama ia mendapat telpon dari Nisa, adik Huuriyah.<br />
<br />
"Masuk rumah sakit?" Nailah kaget bercampur sedih mendengar berita dari Nisa.<br />
Nisa bilang, tadi Huuriyah tengah bersiap untuk menghadiri acara
pernikahan Nailah, namun ketika akan berangkat kepalanya sakit dan ia
jatuh pingsan.<br />
Keluarga pun membatalkan pergi ke rumah Nailah dan membawa Huuriyah ke rumah sakit.<br />
<br />
Huuriyah masih belum sadar, keluarganya tak henti berdoa untuk
kesembuhannya, keluarganya baru tahu bahwa selama ini Huuriyah sakit,
dan ia tidak pernah menceritakannya sedikitpun.<br />
<br />
Ibunya tak
henti menangis, merasakan beban kesakitan yang dipikul putrinya seorang
diri, hanya karena ia tak ingin membuat keluarganya cemas.<br />
<br />
Nailah menangis terisak mendengar cerita Nisa, <br />
hampir saja ia ikut jatuh pingsan.<br />
Ia sedang bahagia, tapi ternyata sahabat tercintanya sedang mengalami musibah.<br />
Reza menenangkan hatinya, dan berjanji nanti sore akan menjenguk Huuriyah dirumah sakit.<br />
__________________________<wbr></wbr><br />
<br /><span class="word_break"></span>__________________________<br />
<br />
<span class="hasCaption"><span class="text_exposed_show"> </span></span><span class="hasCaption"><span class="text_exposed_show"><br /> "Semua kerjadian itu sekalipun menampakkan penderitaan padamu<br /> ia pulalah yg akan merasakan kepadamu kenikmatannya"<br /> ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~<wbr></wbr></span></span><br />
<br /><span class="word_break"></span>~<br />
<br />
<br />
Nailah dan suaminya berangkat menjenguk Huuriyah dirumah sakit.<br />
Keluarga Huuriyah masih berkumpul disana.<br />
<br />
Sesampainya di kamar ruangan Huuriyah, <br />
Nailah pun mengucap salam dan langsung duduk disamping Huuriyah yang belum sadar.<br />
<br />
"Riyah...ini aku Nailah.." ucap Nailah berbisik ditelinga huuriyah,<br />
Nailah memegang tangan Huuriyah, berharap ia dapat segera sadar.<br />
Nailah terus saja berbicara pada Huuriyah,<br />
ia yakin Huuriyah bisa mendengar suaranya.<br />
<br />
"Riyah,, bangun.. kamu harus bangun.." mata Nailah berkaca-kaca.<br />
Ia terus saja bercerita tentang acara pernikahannya, kebahagiaan yg ingin ia bagi dengan Huuriyah sahabatnya.<br />
<br />
Tak berapa lama, jari tangan Huuriyah bergerak dan terlihat matanya menangis.<br />
Nailah kaget bercampur gembira melihatnya.<br />
Keluarganya langsung memanggil dokter dan segera memeriksanya.<br />
<br />
Huuriyah membuka mata dan tersenyum melihat orang-orang yang ia cintai ada didekatnya.<br />
Semua bahagia melihat Huuriyah sudah sadar, <br />
meskipun keadaannya masih sangat lemah.<br />
Nailah memeluk Huuriyah, seperti menumpahkan kerinduan yg lama tidak bertemu.<br />
<br />
**************************<wbr></wbr><br />
<br /><span class="word_break"></span>**************************<wbr></wbr><br />
<span class="word_break"></span>****<br /><br />
Beberapa hari setelah itu, Huuriyah terlihat lebih sehat meskipun masih
duduk diatas kursi roda. Ia ingin sekali pulang, namun dokter belum
mengijinkan.<br />
Nailah datang menjenguk Huuriyah sendiri, sambil membawa kue kesukaan Huuriyah.<br />
<br />
"Aku ingin jalan-jalan keluar" ucap Huuriyah menghiba<br />
"ya sudah ayo kita ke taman" Nailah mendorong kursi rodanya sampai ke taman.<br />
<br />
Mereka bercerita banyak hal, bercanda seperti biasanya,<br />
Huuriyah bahkan terlihat begitu ceria, tak nampak wajah pucatnya seperti dulu.<br />
<br />
"Kau tahu, aku sempat sangat kecewa ketika aku tahu aku sakit.<br />
Aku merasa bukan orang yang beruntung.<br />
Aku pun tak mampu mengatakannya, meski pada orangtuaku sendiri.<br />
Aku menangis tanpa arti,<br />
Namun aku sadar, ini adalah jalan hidup yg mesti ku lalui.<br />
Dan kamu bagaikan mata air di gurun pasir untukku.<br />
<br />
Aku sempat tak percaya pada takdir-Nya.<br />
Aku ingin bahagia, menikah, punya anak, <br />
hidup sampai tua dengan keluarga yg bahagia.<br />
<br />
Aku pun ingin merasakan itu.<br />
Aku merasa tak pernah ada yg mencintaiku,<br />
Namun ternyata Tuhan cukup adil,<br />
Mungkin Ia tak memberiku Cinta,<br />
namun Ia memberi ganti dirimu yang selalu ada untukku.<br />
<br />
Bukankah setiap orang punya jodohnya masing-masing?<br />
Namun mungkin jodoh itu tak datang padaku saat ini,<br />
Aku tak merasa sepi, bukankah aku punya keluarga yg bahagia?<br />
Aku juga punya sahabat yg baik sepertimu.<br />
<br />
Meskipun tak ada yg mencintaiku, <br />
setidaknya aku bisa mencintai.<br />
Mencintai keluargaku, dan kamu"<br />
Ucap Huuriyah dengan airmata yg berjatuhan di pipinya<br />
<br />
Nailah ikut menangis, ia mengusap airmata Huuriyah,<br />
"Kamu pasti bisa mendapatkan cinta,<br />
mungkin diluar sana ada seseorang yg mencintaimu dg tulus,<br />
namun kamu tak mengetahuinya.<br />
Kamu akan sembuh, dan akan ada orang yg datang membawa cinta kepadamu,"<br />
Nailah memeluk Huuriyah dari samping.<br />
<br />
"Seminggu lagi Nisa menikah, aku ingin pulang saja, <br />
aku tidak mau menambah beban mereka jika terlalu lama disini.<br />
Aku rindu rumah," ucap Huuriyah<br />
<br />
"Nanti biar kita bicarakan dengan dokter, <br />
sekarang kita masuk ya? langitnya udah mendung." ajak Nailah<br />
<br />
**************************<wbr></wbr><br />
<br /><span class="word_break"></span>**************************<wbr></wbr><br />
<span class="word_break"></span>**<br /><br />
Huuriyah tak henti merengek agar diperbolehkan pulang,<br />
akhirnya dokter pun mengijinkannya pulang.<br />
<br />
Huuriyah sampai dirumah dengan hati senang,<br />
ia rindu tanaman mawarnya yg berbunga, berjejer rapi di halaman rumahnya.<br />
Tersiram air hujan yang menyuburkan tiap helai daunnya,<br />
Ia rindu kamarnya, buku diary nya, dan juga suasana rumahnya.<br />
<br />
Mereka berkumpul duduk bersama diruang tengah, menonton tivi dan bercanda.<br />
"Kak, Nisa gak keberatan kok kalau pernikahan Nisa diundur, <br />
sampai kakak benar-benar sehat." ucap Nisa <br />
<br />
"Jangan Nisa, kakak ingin melihat kamu menikah, <br />
karena kakak sudah tidak sempat melihat Nailah menikah, <br />
kakak ingin melihat kamu bahagia" jawab Huuriyah<br />
<br />
"Tapi Nisa gak enak sama kakak, Kakak lagi sakit tapi Nisa malah mau nikah"<br />
lanjutnya<br />
<br />
"kalau kamu batalkan, kamu malah membuat kakak jadi tambah sakit.<br />
kebahagiaanmu adalah kebahagiaan kakak.<br />
Kalau kamu mau melihat kakak bahagia, kamu hanya perlu bahagia"<br />
Huuriyah mencoba meyakinkan Nisa,<br />
ia tak ingin hanya karena dia pernikahan Nisa jadi batal.<br />
<br />
"Iya kak, Nisa ngerti. yang penting kakak sehat agar bisa melihat Nisa menikah"<br />
ucapnya diiringi senyum<br />
--------------------------<wbr></wbr><br />
<br /><span class="word_break"></span>--------------------------<wbr></wbr><br />
<span class="word_break"></span>--------------------------<wbr></wbr><span class="word_break"></span>------<br /><br />
Huuriyah masuk ke dalam kamarnya,<br />
Ia tahu, ia harus sehat, agar bisa melihat Nisa menikah.<br />
Ia mencoba sabar atas segala yg ia derita,<br />
meski sakit diatas sakit,<br />
Merasa tak punya cinta yang ada disampingnya,<br />
Namun keluarga dan sahabat bagaikan Oase ditengah sahara.<br />
Menyejukka hatinya, penyemangat jiwanya.<br />
<br />
~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~<br />
<br />
*Imanpun tak menggaransi kita selalu berlimpah & tertawa.<br />
Ia hanya jaminkan lembut elusanNya dalam apapun dera nan menimpa.<br />
<br />
Maka SABAR & SYUKUR adalah wahana yang akan membawa hamba,<br />
menselancari kehidupan nan berrasa dua itu dengan iman dalam dada.<br />
<br />
Tersebab SABAR & SYUKUR itulah,<br />
Nabi nyatakan betapa menakjubkan hidup & ihwal orang beriman.<br />
Semua urusannya adalah kebaikan.<br />
<br />
Sebab atas musibah dia bersabar, & SABAR itu membuatnya meraih pahala tanpa hingga,<br />
dicintaiNya, & dibersamai Allah di segala luka.<br />
<br />
Sebab dalam nikmat dia bersyukur,<br />
& SYUKUR itu membuat sang nikmat melekat,<br />
kian berganda berlipat, menenggelamkannya dalam rahmat.<br />
<br />
Tapi hakikat SABAR & SYUKUR sebenarnya 1 saja;<br />
ungkapan iman menyambut penuh ridha akan segala kurniaNya, apa jua bentuknya.<br />
<br />
Maka SABAR adalah sebentuk SYUKUR dalam menyambut kurnia nikmatNya<br />
yang berbentuk lara, duka, nestapa, & musibah yang niscaya.<br />
<br />
Maka SYUKUR adalah sebentuk SABAR dalam menyambut kurnia musibahNya<br />
yang berbentuk kesenangan, kelapangan, suka-ria nan nikmat.<br />
<br />
Maka tak ada kata henti untuk SABAR & SYUKUR,<br />
sebab ia 2 tali yang hubungkan kita denganNya;<br />
hingga hidup terasa surga sebelum surga<br />
<br />
~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~<br />
<br />
Huuriyah memejamkan matanya,<br />
Esok ia ingin bangun dengan perasaan bahagia dan senyuman hangat.<br />
Mentari telah rindu keceriaannya,<br />
Ia pun tidur dengan senyuman bahagia dibibirnya.<br />
<br />
<span class="hasCaption"><span class="text_exposed_show">-----------------------------------------------------------------------------</span></span><br />
<br />
<br />
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_4f5af35c5821f7800419588">
<span class="text_exposed_show">~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~<br /> <br /> Aku memandang getir sebuah takdir yang tersulam.<br /> 'Bodoh...'<br /> Suara itu terdengar di telingaku,<br /> Suara dari hati kecilku mengatakan jika aku terlalu bodoh<br /> karena menyalahkan takdir.<br /> <br /> Untuk apa aku mengharapkan kebahagiaan yg sempurna?<br /> Bukankah selama ini hidupku sudah lebih dari sempurna?<br /> Ujian adalah tanda kasih sayang-Nya,<br /> untuk apa aku bersedih atas apa yang menimpa.<br /> <br /> Aku punya segalanya,<br /> bahkan bukankah tidak semua orang punya keluarga?<br /> Bukankah setiap orang pasti bahagia<br /> Namun tak semua yang kita inginkan akan terwujud didunia ini.<br /> Jika semua yg aku inginkan tercapai, darimana aku belajar sabar?<br /> <br /> Tuhan...<br /> Andai ibadahku selama ini tak cukup mampu Kau terima,<br /> kemana lagi aku harus meminta pertolongan?<br /> <br /> Ampuni aku..<br /> <br /> Hamba-Mu yang kerdil lagi hina..<br /> <br /> ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~<br /> <br /> Nailah membaca tulisan dari buku Diary Huuriyah,<br /> tak sengaja Nailah membacanya ketika Huuriyah sedang ke kamar mandi.<br /> Mata nya berkaca-kaca.<br /> <br /> "Udah lama?" tanya Huuriyah yg sudah berdiri di depan pintu kamarnya.<br /> <br /> "Ohh,, baru aja kok. kamu udah siap?"<br /> tanya Nailah dengan sedikit gugup sambil tangannya menyembunyikan Diary Huuriyah dibelakang punggungnya.<br /> <br /> "Udah, ayo kita ke depan" ajak Huuriyah<br /> <br /> "iya, kamu duluan aja, aku mau benerin jilbab dulu"<br /> <br /> Nailah lalu meletakkan buku itu ke tempat awalnya.<br /> dan berharap semoga Huuriyah tidak tahu jika ia membaca diary nya.<br /> <br /> Hari ini adalah pernikahan Nisa,<br /> semua keperluan telah siap. Kebahagiaan terpancar dari wajah Huuriyah.<br /> Huuriyah dan Nailah duduk disamping Nisa,<br /> menunggu ijab qabul selesai dibacakan Azhar, calon suaminya.<br /> Reza terlihat duduk di ruangan tempat ijab Qabul diucapkan.<br /> <br /> Nailah dan Huuriyah menuntun Nisa keluar setelah ijab qabul diucapkan. Dilanjutkan acara seserahan dan foto keluarga.<br /> Acaranya memang tak terlalu mewah, hanya keluarga, sahabat, dan tetangga yg diundang. <br /> Nisa tak mau acara yg terlalu mewah,<br /> namun acaranya cukup ramai dan berjalan dengan lancar.<br /> Sesi foto keluarga pun di lanjutkan.<br /> Huuriyah, Nailah, dan keluarganya berfoto bersama,<br /> kali ini buka dengan gaya formal, namun dengan gaya lucu-lucuan sehingga mengundang gelak tawa.<br /> <br /> Mereka ingin merekam momen-momen bahagia dengan penuh senyum dan tawa.<br /> <br /> **************************<wbr></wbr></span></div>
<span class="word_break"></span>***************<br />
<br />
Huuriyah mampu bertahan dari rasa sakit yang menyerangnya,<br />
setiap penyakitnya kumat ia berpura-pura tidak terjadi apa-apa agar keluarganya tidak mencemaskannya.<br />
Hari itu, seminggu setelah pernikahan Nisa Huuriyah muntah darah begitu banyak.<br />
Ia semakin kehilangan banyak darah.<br />
ia pun dibawa kembali kerumah sakit.<br />
Semua orang bersedih dan menangis melihat keadaannya.<br />
Dokter bilang keadaannya sudah sangat kritis,<br />
hanya doa dan keajaiban yang bisa menyelamatkannya.<br />
<br />
Tiba-tiba matanya terbuka,<br />
ia melihat sekeliling, ada Ayah, ibu, Nisa dan suaminya,<br />
juga Nailah dan suaminya berkumpul disana.<br />
Huuriyah menyungging senyum,<br />
<br />
"hei, kenapa kamu menangis?" ucapnya ketika melihat Nailah menangis disampingnya<br />
Nailah hanya diam saja sambil tak henti menangis.<br />
<br />
Kali ini Huuriyah yang menyeka airmatanya.<br />
Nailah menggenggam tangan Huuriyah dengan erat.<br />
<br />
"Kamu juga, masak pengantin baru malah nangis, harusnya bahagia" ucap Huuriyah kepada Nisa.<br />
<br />
"Kakak istirahat ya biar cepet sembuh" ucap Nisa.<br />
<br />
Sementara Nailah masih tak henti menangis disampingnya.<br />
<br />
"Maaf..<br />
Maafkan aku jika selama ini banyak melakukan kesalahan.<br />
Ayah, ibu, Riyah minta maaf ya?<br />
Nisa, kamu harus jadi isteri yang baik, yang nurut sama suami,<br />
kakak ingin kamu wanita yang baik, sholehah.<br />
<br />
Nailah, hei... jangan nangis...<br />
<br />
Ini kalung persahabatan kita,<br />
Kalung mu telah terisi dengan foto suamimu,<br />
sementara kalungku masih kosong,<br />
berikan ini pada Nisa,<br />
agar dia bisa mengisi foto dia dan suaminya"<br />
<br />
Ucap Huuriyah sembari melepas kalungnya.<br />
<br />
Nailah semakin sedih mendengar ucapan Huuriyah.<br />
<br />
"Sudahlah, kamu istirahat saja dulu biar cepat sembuh"<br />
ucap Nailah sembari menerima kalung Huuriyah.<br />
<br />
"Aku tidak mau tidur, aku mau melihat wajah kalian sampai puas"<br />
Ucap Huuriyah sambil tersenyum<br />
<br />
Ayah dan Ibu Huuriyah hanya mengangguk, tak kuasa melihat penderitaan putrinya.<br />
Sesekali airmata mereka turut mengalir di pipi.<br />
<br />
"Aku ingin mendengar Nisa membaca Al-Qur'an, sudah lama aku tidak mendengarnya membaca Al-Qur'an" pinta Huuriyah<br />
<br />
"Iya kak," Nisa lalu mengambil Al-Qur'an yang tergeletak di atas meja,<br />
"Kakak ingin dibacakan Surat Al-Mulk" lanjut Huuriyah<br />
<br />
Nisa lalu membuka Surat Al-Mulk, dan membacanya.<br />
Saat pertama suaranya masih jelas dan keras, lama kelamaan suara Nisa terpatah-patah karena bercampur dengan tangisnya.<br />
<br />
Huuriyah memejamkan matanya, meresapi suara lantunan ayat demi ayat yang dilantunkan adiknya.<br />
Dalam hati ia ikut membaca, dengan mata yang tetap terpejam.<br />
<br />
Nisa telah menyelesaikan bacaannya sampai ayat terakhir, <br />
ia pun menutup Al-Qur'an nya dan melihat kakaknya.<br />
<br />
"Kak, Nisa udah selesai," ucap Nisa<br />
<br />
"Riyah,," Ayah, ibu, Nailah bergantian memanggil Huuriyah yang tidak bergerak sama sekali.<br />
Nailah mengguncang-guncang bahu Huuriyah, namun tak ada respon.<br />
Nisa berlari keluar memanggil dokter.<br />
Semua orang panik, menangis dan takut bercampur menjadi satu.<br />
<br />
Dokter pun masuk ruangan dan memeriksa Huuriyah,<br />
"Maaf ibu, bapak, putri ibu sudah tidak ada" ucap dokter.<br />
<br />
Bagaikan di hantam batu besar, semua orang yang ada disana menangis terisak seakan tak rela jika Huuriyah telah tiada.<br />
Ibu nya jatuh pingsan, sementara Nailah duduk dipinggir bed menutup wajahnya dengan kedua tangan.<br />
<br />
**************************<wbr></wbr><br />
<br /><span class="word_break"></span>**************************<br />
<br />
Aku ada disini<br />
Ditempat biasa kau menatap langit nan biru<br />
Atau terkadang ketika ia disapa hujan,pun aku masih ada disini.. ♥ <br />
<br />
Aku ada disini<br />
Dimana ketika camar terbang mencari kawannya<br />
Aku ikut mencarimu, teman setia.. ♥ <br />
<br />
Aku ada disini<br />
Diantara rimbunan mawar yang wangi,<br />
aku ada dicelahnya.<br />
Meski aku hanya rumput teki yang tak berharga,<br />
Namun aku selalu mencoba berdiri, tak ingin siapapun mematahkanku.. ♥<br />
<br />
Aku masih disini<br />
Bersama debur ombak yang memecah karang,<br />
aku adalah karang itu, <br />
tak pernah henti dihantam sang ombak,<br />
namun aku tetap bertahan, meski akhirnya aku hancur berkeping.. ♥<br />
<br />
Aku masih disini<br />
Menanti selarik senyuman<br />
Maka tersenyumlah untukku<br />
Agar hatiku tenang melapang.. ♥<br />
<br />
~~~~~~~~~~~ ♥ ♥ ~~~~~~~~~~~<br />
<br />
Nailah membaca surat terakhir dari Huuriyah yang ia temukan didalam buku diary Huuriyah.<br />
Tak terasa 3 tahun telah berlalu, ia masih mengenang Huuriyah sebagai sahabat terbaiknya.<br />
<br />
"Huuriyah.. jangan cepat-cepat larinya" ucap Nailah pada Huuriyah<br />
<br />
"iya ummiii..." suara teriakan kecil itu membuat Nailah menyungging senyum<br />
<br />
Nailah telah memiliki seorang anak perempuan, <br />
ia memberi nama Huuriyah padanya. agar sosok sahabatnya itu tetap terkenang didalam hatinya.<br />
Yang takkan pernah ia lupakan, karena kini nama itu selalu bersamanya, <br />
disisinya, dan akan selalu ia jaga.<br />
<br />
"Ummi,, Huuriyah itu artinya apa?" tanya Huuriyah kecil<br />
"Huuriyah itu artinya Bidadari sayang, anak ummi kan cantik seperti bidadari"<br />
jawab Nailah sambil mencium pipi Huuriyah<br />
<br />
"Bidadari itu apa?" tanya nya dengan wajah ingin tahu<br />
"Bidadari itu cantik, baik hati, sholihah, dan tinggalnya didalam surga" jawab Nailah <br />
<br />
"Berarti nanti aku bisa jadi bidadari ya ummi?" <br />
<br />
"Iya sayang, kalau kamu pinter, sholelah, dan baik hati nanti anak ummi
bisa jadi bidadari" Nailah menatap bidadari kecilnya dengan wajah
sayang<br />
<br />
Huuriyah kecil tersenyum, meski belum mengerti secara
nyata, namun ia telah berharap agar bisa menjadi anak yg baik, secantik
Bidadari.<br />
<br />
=================== TAMAT ======================<br />
<br />
♥ pelangi ♥
<br />
<div class="fbPhotoTagList" id="fbPhotoSnowliftTagList">
<span class="fcg"><br /></span></div>
<br /></div>
Admin EmHAhttp://www.blogger.com/profile/05429968825067058352noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4700137061092936302.post-29829968243030019242012-03-10T13:13:00.001+07:002012-08-20T10:16:31.102+07:00♥♥˚◦☆•. (`'•.¸♥Bidadari Untuk Siapa?♥ ¸.•'´) .• ☆◦˚.♥♥ (BAGIAN 3 dan 4)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZVAyqf7GV5u-QWaOmplH7owoQsKm2-RxKLHMguHUxvCDcjpNza-YgNfRL7RT1cK_lZMjVNtncxtFwYL3AXcf78ioNSPGn4AgvbOzxamrwpIVjJxUgOMDEdIlHqLGdebYCd-rTuiaWaA/s1600/bidadari+untuk+siapa+5.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZVAyqf7GV5u-QWaOmplH7owoQsKm2-RxKLHMguHUxvCDcjpNza-YgNfRL7RT1cK_lZMjVNtncxtFwYL3AXcf78ioNSPGn4AgvbOzxamrwpIVjJxUgOMDEdIlHqLGdebYCd-rTuiaWaA/s200/bidadari+untuk+siapa+5.jpg" width="200" /></a></div>
<span class="hasCaption"><br /> <br /> <br /><span class="text_exposed_show">
"Kalau begitu saya pamit dulu pak, bu, Nisa.." ucap Azhar memohon
pamit, ketika sudah sama-sama membicarakan jalan keluar yang terbaik.<br /> Ia pun mengucap salam dan pulang.<br /> <br /> "Lalu bagaimana yah?" tanya Nisa kepada ayahnya</span></span><br />
<a name='more'></a><span class="hasCaption"><span class="text_exposed_show"><br /> <br />
"Ya sudah, nanti kita bicarakan dulu dengan kakakmu. Lagipula tidak
baik kalau cuma tunangan dan menunda nikah sambil menunggu kakakmu
menikah dulu. Antara lamaran dan pernikahan tidak boleh terlalu lama"
ucap ayahnya.<br /> <br /> "kakak mu mana? ayah kok tidak lihat dari tadi" tanya ayah<br /> <br /> "Mungkin sudah tidur yah, kecapek'an" jawab ibunya.<br /> <br /> "Riyah....." panggil ayah<br /> <br /> Huuriyah mencari tissue untuk menghapus bekas darah yang mengucur dari hidungnya.<br /> <br /> "Iya yah..." jawabnya agak gugup.<br /> <br /> Huuriyah bergegas keluar dengan wajah biasa,<br /> <br /> "Ada apa yah?" tanya nya<br /> <br /> Kemudian ayahnya menceritakan tentang lamaran Azhar untuk Nisa, dan menanyakan pendapat Huuriyah.<br /> <br /> "Riyah gak pa pa kok yah, kalau Nisa mau menikah dulu, <br />
lagipula mereka sudah sama-sama cocok, kan tidak baik kalau kelamaan
nunggu Riyah nikah dulu, jadi lebih baik di segerakan saja" jawab
Huuriyah.<br /> <br /> Ayah nya mengerti, Nisa pun terlihat sangat senang dan ia berterima kasih pada kakaknya.<br /> <br /> **************************<wbr></wbr></span></span><br />
<span class="word_break"></span>******************<br /><br />
Kuncup mawar mulai merekah, pertanda musim hujan tengah datang menyapa.<br />
Mawar-mawar yang kering di musim kemarau kini bermekaran tesentuh rintik hujan.<br />
<br />
Huuriyah berangkat ke toko buku setelah sempat berpamitan pada keluarganya.<br />
<br />
Sesampainya disana ia melihat Nailah tengah sibuk menata buku yang berantakan di rak.<br />
<br />
"Tumben telat, biasanya selalu pagi" ucap Nailah<br />
<br />
Huuriyah hanya tersenyum pada Nailah.<br />
Ia meletakkan tas di loker, kamudian membantu Nailah membereskan buku.<br />
<br />
"Baraak" buku yang dipegang Huuriyah jatuh,<br />
kepalanya pusing dan seperti hilang keseimbangan.<br />
<br />
"kamu kenapa?" tanya Nailah<br />
<br />
"Tidak apa-apa... cuma agak pusing" jawabnya<br />
<br />
"Ya udah kamu duduk saja, ini juga udah selesai aku beresin sama temen-temen" ucap Nailah.<br />
<br />
Huuriyah lalu duduk di meja kasir, kepalanya masih pusing, tubuhnya lemas sekali dan merasa pegal-pegal.<br />
<br />
Waktu berjalan,<br />
Jam pulang kerja pun tiba.<br />
hari ini ia lembur sampai jam 9 malam.<br />
<br />
Sampai dirumah ia merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur.<br />
Badan nya benar-benar tidak seperti biasanya.<br />
<br />
**************************<wbr></wbr><br />
<span class="word_break"></span>******************<br /><br />
Hari ini hari libur,<br />
Reza akan datang untuk melamar Nailah.<br />
Semua hal sudah dipersiapkan.<br />
<br />
Huuriyah membantu Nailah membuat kue-kue untuk di suguhkan kepada keluarga Reza.<br />
<br />
"Wah, sebentar lagi ganti Nisa yang mau nyusul Nailah, <br />
kamu kapan nih Riyah??" ibu Nailah menggoda Huuriyah yang sedang menata kue.<br />
<br />
"Riyah belum tahu budhe, belum ada yang mau"<br />
Huuriyah menjawab sambil tertawa kecil.<br />
<br />
"Masak sih gak ada yang mau? kamu sih terlalu pendiam dan tertutup, beda sama Nailah yang periang dan cerewet" <br />
ucap ibu Nailah.<br />
<br />
"ah ibu, Nailah kan gak cerewet..." Nailah yang mendengarnya langsung cemberut dan menggelitik ibunya.<br />
<br />
Huuriyah tertawa melihat kelucuan ibu dan anak itu.<br />
Hingga tiba-tiba hidungnya kembali berdarah.<br />
Huuriyah kaget dan langsung menutup hidungnya.<br />
Ketika dilihatnya Nailah dan ibu nya masih saling bercanda, ia buru-buru lari ke toilet.<br />
<br />
"mau kemana?" tanya Nailah ketika melihat Huuriyah berlari<br />
<br />
"Ke kamar mandi sebentar" jawabnya tanpa menoleh<br />
<br />
Di kamar mandi ia membersihkan darah dari hidungnya.<br />
Ia mulai merasa kalau ada yang tidak beres dengan tubuhnya.<br />
Ia pun memutuskan untuk ke dokter sendiri setelah ini.<br />
<br />
"Nailah, maaf aku tidak bisa ikut melihat acara lamaranmu malam ini, aku ada urusan penting" ucap Huuriyah <br />
<br />
"Acara apa? Ini kan hari libur?" nailah bingung<br />
<br />
"a...aku mau kerumah nenek,kamu kan tahu nenek ku sedang sakit, aku
diminta menemaninya, maaf ya Nailah," jawab Huuriyah mencoba meyakinkan
Nailah.<br />
<br />
Nailah pun mengiyakannya, meskipun dalam hati ia agak kecewa.<br />
<br />
Huuriyah pun pamit, dan menuju rumah sakit untuk memeriksakan diri.<br />
<br />
**************************<wbr></wbr><br />
<span class="word_break"></span>********************<br /><br />
"Dari hasil pemeriksaan, anda menderita Leukemia myeloid akut (AML), itu sebabnya anda selalu mimisan, pucat dan lelah"<br />
ucap dokter<br />
<br />
Huuriyah seperti tersengat listrik, ia bingung harus berkata apa.<br />
Bahkan ia hanya bisa diam dan menangis.<br />
<br />
Dokter pun memberi resep obat setelah menjelaskan tentang penyakitnya itu.<br />
<br />
Huuriyah lalu pulang kerumah dengan wajah lesu.<br />
Ia memasukkan motornya kedalam rumah.<br />
<br />
Dirumah ia melihat keluarganya sedang asyik bercanda, ayah, ibu dan adiknya sedang tertawa riang.<br />
Huuriyah memasang wajah ceria dan ikut tertawa bersama mereka. Ia sama
sekali tak ingin keluarganya tahu tentang sakit yang ia derita.<br />
<br />
Pukul 8 malam, Huuriyah masuk ke kamarnya dan mengunci pintu kamar.<br />
Ia membuka dan membaca lagi surat hasil diagnosa dari dokter.<br />
<br />
Hingga tiba-tiba hp nya berdering.<br />
Telepon dari Nailah.<br />
<br />
"Riyah... aku sangat bahagia hari ini, acaranya baru saja selesai.<br />
Kami sudah sepekat tentang tanggal pernikahan. Sebulan lagi tepatnya. Kalau saja kamu tahu betapa gemetarnya tanganku tadi,<br />
ah coba saja tadi kamu ada disana pasti kamu lihat aku sangat gugup
sekali" Nailah bercerita panjang lebar tentang acara lamaran nya tadi.
Ia terus saja bercerita, dan mengungkapkan kebahagiaannya.<br />
<br />
Sementara Huuriyah hanya diam saja dan menangis mendengar suara Nailah.
Ia menutupi HP nya dengan tangan kanannya, agar Nailah tak tahu jika ia
sedang menangis.<br />
<br />
Air matanya kembali mengalir<br />
Melancar diatas angin, terbang jauh jauh<br />
Air mata dingin tetap mengalir, jatuh terus menerus....<br />
<br />
<span class="hasCaption"><span class="text_exposed_show"> ******************************************************************</span></span><br />
<br />
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_4f5af04fd080a6075190383">
Rintik hujan berjatuhan<br />
<span class="text_exposed_show"> Semburat jingga mengerucut samar<br /> Hening...<br /> Rumput ilalang menyapa pagi<br /> Memercik embun enyahkan mimpi...<br /> <br /> Semalam ketika menerima telefon dari Nailah ia hanya bisa menangis, namun Nailah tidak menyadarinya.<br /> <br /> Huuriyah tetap bersikap biasa, dengan ekspresi biasa,<br /> memberi selamat pada Nailah, sahabat tercintanya.<br /> Nailah pun tak menaruh rasa curiga dan belum tahu keadaan Huuriyah yang sebenarnya.<br /> <br /> Jam 07 pagi,<br /> <br /> Nailah datang kerumah Huuriyah.<br /> <br /> "Assalamu'alaikum cinta..." ucapnya memberi salam ketika melihat Huuriyah sedang membantu ibunya meyiapkan sarapan.<br /> <br /> "Wa'alaikumsalam, tumben pagi-pagi udah sampai sini,"<br /> jawab Huuriyah dengan senang.<br /> <br /> "Motorku masuk bengkel,jadi aku mau nebeng ke toko buku." jawab Nailah<br /> <br /> "Ohh.. ya udah kalau gitu ayo ikut sarapan dulu" ajak ibu Huuriyah<br /> <br /> "Aku udah sarapan tadi, aku ikut ngeteh aja deh" jawab Nailah.<br /> <br /> Nailah duduk bersama Huuriyah dan Ibu nya di meja makan.<br /> Nisa dan ayahnya sedang ada dirumah neneknya.<br /> <br /> "Gimana acara lamaran kemarin Nailah? lancar kan?" tanya ibu Huuriyah.<br /> <br /> "Alhamdulillah lancar,InsyaAllah acara pernikahan sebulan lagi" jawab Nailah.<br /> <br /> "Nisa juga mau menikah, mungkin 2 bulanan lagi." ucap Ibu Huuriyah<br /> <br /> "Bener itu? Kok Riyah belum cerita sama aku?" Nailah terlihat kaget mendengarnya.<br /> <br /> "Aku lupa.. maaf ya..." ucap Huuriyah<br /> <br /> "Lalu kamu sendiri kapan?" Nailah menyindir Huuriyah.<br /> <br /> Ibu Huuriyah terlihat senyum mendengar ucapan Nailah itu.<br /> <br /> "Udah ah ayo kita berangkat, nanti telat". Huuriyah mencoba mengelak.<br /> <br /> **************************<wbr></wbr></span></div>
<span class="word_break"></span>********************<br />
<br />
Rintik hujan belum juga berhenti.<br />
Huuriyah duduk di meja kasir dengan mata sayu, tatapan mata nya kosong. Seperti banyak masalah yang muncul di fikirannya.<br />
<br />
"Aku ini kurang bersyukur" ia mengucap dalam hati.<br />
<br />
Nailah semenjak tadi mengamati Huuriyah, ia merasakan ada yang berbeda pada sahabatnya itu.<br />
Tapi Nailah hanya merasa mungkin Huuriyah sedang banyak fikiran.<br />
<br />
"Kamu kenapa?" tanya Nailah yang tiba-tiba menghampiri Huuriyah<br />
<br />
"ee.. gak pa pa, memangnya ada apa?" Huuriyah balik bertanya<br />
<br />
"Ya aku cuma merasa kamu lagi banyak fikiran, ada apa? kamu bisa kok cerita sama aku" ucap Nailah.<br />
<br />
"Gak apa-apa, bener deh" Huuriyah tersenyum pada Nailah agar Nailah percaya dengan ucapannya.<br />
<br />
--------------------------<wbr></wbr><br />
<span class="word_break"></span>--------------------------<wbr></wbr><span class="word_break"></span>-----------------------<br /><br />
Jam pulang kerja tiba,<br />
<br />
Huuriyah dan Nailah bergegas pulang karena sepertinya hujan akan turun.<br />
Huuriyah berboncengan dengan Nailah, Huuriyah yang mengendarai motornya.<br />
<br />
Ditengah perjalanan gerimis mulai menyapa, semakin lama semakin deras,<br />
Huuriyah tidak membawa jas hujan saat itu,<br />
<br />
"Hujannya deras, apa kita mau berteduh dulu?" ucap Nailah<br />
<br />
"Mau berteduh dimana? gak ada tempat berteduh" ucap Huuriyah<br />
<br />
saat itu Huuriyah tidak lewat jalan raya, namun memotong jalan agar cepat sampai rumah dan tidak terlalu jauh.<br />
<br />
Tidak ada tempat berteduh, mereka pun memutuskan untuk meneruskan perjalanan meskipun hujan turun lumayan deras.<br />
<br />
Huuriyah baru menyadari kalau sedari tadi hidungnya kembali mimisan, hingga mengotori jilbab putihnya.<br />
<br />
"Apa yang harus ku lakukan?" Huuriyah membatin dalam hati. Antara bingung dan takut jika Nailah sampai tahu.<br />
<br />
Kepala nya mulai pusing, hingga kadang motornya oleng.<br />
<br />
"Riyah, hati-hati.. Sini biar aku saja yang gantiin kamu nyetir." ucap Nailah<br />
<br />
Huuriyah pun menghentikan motornya, ia meyingkap jilbabnya yang telah kotor oleh darah,<br />
dan menutup wajahnya dengan helm agar Nailah tidak tahu.<br />
<br />
Nailah pun menggantikannya menyetir hingga sampai dirumah Nailah, mengantar Nailah pulang dulu.<br />
<br />
"Aku langsung pulang ya?" ucap Huuriyah<br />
Ia berusaha menutupi jilbabnya dengan tas nya.<br />
<br />
"Aku ambilkan jas hujan dulu" ucap Nailah,<br />
Nailah langsung masuk rumah dan mengambil jas hujan.<br />
<br />
Huuriyah sudah tidak kuat, ia pun langsung pulang.<br />
Sesaat kemudian Nailah keluar sambil membawa jas hujan, namun ia dapati Huuriyah sudah tak ada disana.<br />
<br />
**************************<wbr></wbr><br />
<span class="word_break"></span>********************<br /><br />
Sesampainya dirumah Huuriyah cepat-cepat masuk ke dalam kamar dan mengunci kamarnya. <br />
Ia memandang ke cermin dan menangis melihat begitu banyak darah yang membekas di jilbabnya.<br />
<br />
Ia pun membersihkan diri, minum obat dan langsung beranjak tidur. Namun matanya tak bisa terpejam, <br />
ia pun berucap lirih "Berapa lama lagi waktuku?"<br />
<br />
Airmatanya kembali jatuh.<br />
<br />
♥ ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ♥<br />
<br />
Bila kau memandang segalanya dari tuhanmu<br />
Yang maha menciptakan segalanya<br />
Yang menimpakan ujian kepadamu<br />
Yang menjadikan sakit hatimu<br />
Yang membuat terhalangnya keinginanmu<br />
<br />
Serta yang menyusahkan hidupmu<br />
<br />
Pasti akan terasa damailah hatimu<br />
Karena adakah Allah mentakdirkan segalanya<br />
Untuk sesuatu yang sia-sia<br />
<br />
Bukannya Allah tidak tahu<br />
Derita hidupmu dan retaknya hatimu<br />
<br />
Tapi itulah yang Dia tahu<br />
Yang terbaik untukmu<br />
<br />
Karena hati yang seperti itulah<br />
Akan lebih lunak dan mudah<br />
Tuk akrab dan dekat dengan-Nya<br />
<br />
--------------------------<wbr></wbr><br />
<span class="word_break"></span>--------------------------<wbr></wbr><span class="word_break"></span>--------------------<br /><br />
(Bersambung)<br />
<br />
♥ pelangi ♥
<br />
<br /></div>
Admin EmHAhttp://www.blogger.com/profile/05429968825067058352noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4700137061092936302.post-27790309723690773382012-03-10T12:35:00.000+07:002012-03-10T12:35:15.960+07:00♥♥˚◦☆•. (`'•.¸♥Bidadari Untuk Siapa?♥ ¸.•'´) .• ☆◦˚.♥♥ (BAGIAN 1 dan 2)<span class="hasCaption"></span><br />
<span class="hasCaption"></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikX1WWnbjVcBltoka8zJgndJJSVmQUfc6zW5DTNcec7YsU9mIO8CWxZ35rcCu0ruAcnWgdNqyYt1d9wRFYAluZycdt_icrwijCkyGAIL6Yci89H8TJV5GE6RtcZBqu1qXKSP1YYKJfLQ/s1600/bidadari+untuk+siapa+2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikX1WWnbjVcBltoka8zJgndJJSVmQUfc6zW5DTNcec7YsU9mIO8CWxZ35rcCu0ruAcnWgdNqyYt1d9wRFYAluZycdt_icrwijCkyGAIL6Yci89H8TJV5GE6RtcZBqu1qXKSP1YYKJfLQ/s400/bidadari+untuk+siapa+2.jpg" width="400" /></a></div>
<span class="hasCaption"><br /> Seuntai kalung berbentuk hati tergeletak di atas meja kamar.<br /><span class="text_exposed_show"> Penghuni kamar sedari tadi tak beranjak dari atas sajadah nya,<br /> jam menunjukkan pukul 03.15 pagi.<br /> <br />
Airmata bening nya turun membasahi wajah nya hingga mukena yang
dipakainya bak cucian basah yg belum kering. Bibirnya bergetar, di
pandangi nya Al-Qur'an bersampul hijau tua yang ada di pangkuannya.<br /> Al-Qur'an yang baru saja dibeli nya, dan ia memilih warna hijau yang melambangkan warna Surga.<br /> Di dalam nya tertulis nama indahnya,<br /> "Huuriyah Mawaddah".<br /> <br /> Di bukanya pada surat Ar-Rahmaan, bibirkan terbuka kecil dan mulai mengeja tiap kalimatnya dengan suara parau.<br /> "Fabiayyi aalaa Irabbikumaa Tukadzdzibaan.."<br /> airmata nya kembali meleleh, hampir-hampir ia tak dapat meneruskan bacaannya.<br /> Ia memeluk Al-Qur'an itu erat, <br /> sejenak ia menghentikan bacaannya, ia memulai mengatur nafas dan melanjutkan bacaannya sampai selesai.<br /> <br /> **************************<wbr></wbr><span class="word_break"></span>*********************<br /> <br /> 20 November 2011 jam 08.00 pagi,<br /> <br /> "Huuriyah, tunggu aku".<br /> Terdengar suara seorang wanita memanggilnya, pemilik suara itu adalah Nailah, sahabatnya.<br /> <br /> "Ayo lah, kita sudah hampir terlambat". <br /> ucap Huuriyah sembari menggandeng tangan Nailah.<br /> Mereka menuju sebuah toko buku bernama "Sakinah",<br /> tempat mereka bekerja.<br /> <br /> <br /> Pukul 12.00 siang, <br /> Jam istirahat bagi karyawan toko, <br /> toko buku tersebut mempunyai 9 orang karyawati,<br /> semuanya perempuan.<br /> Huuriyah sebagai salah seorang kasir nya, sementara Nailah sebagai karyawati biasa.<br /> <br /> Para karyawati bergantian untuk istirahat shalat dzuhur dan makan siang.<br /> Huuriyah dan Nailah bergandengan menuju rumah makan yg terletak disamping toko buku seusai mereka shalat dzuhur.<br /> Mereka duduk berhadapan di pojok ruangan.<br /> <br /> "Riyah, mana kalung kembaran kita? kenapa tidak kau pakai?"<br /> tanya Nailah sambil menyibak jilbab Huuriyah.<br /> <br /> "Oh, tertinggal diatas meja kamar mungkin". jawabnya singkat diiringi senyum tipis.<br /> <br /> "Aku perhatikan wajahmu lesu, matamu bengkak, habis nangis ya?" goda Nailah.<br /> <br /> "Aku hanya kurang tidur," tepisnya.<br /> <br /> "Kau tahu, sebentar lagi adikku akan menikah, ia akan melangkahiku,"<br /> ucap Nailah yang kemudian dilepasnya kalung hati yang ia pakai,<br /> ia membuka kalung itu, hanya ada foto dirinya dibagian kiri kalung itu, bagian kanannya masih kosong.<br /> Nailah membeli 2 buah kalung yg sama, yang 1 ia berikan kepada Huuriyah sahabatnya.<br /> Berharap kelak kalung itu akan mereka isi dg wajah pria yang akan mendampingi hidup mereka kelak.<br /> <br /> "Usia kita sudah 22 tahun,apakah terlalu muda untuk kita menikah?"<br /> Nailah tersenyum <br /> <br /> Huuriyah hanya diam mendengar ucapan Nailah, <br /> dalam hati iapun membatin, "apa aku bisa menikah?"<br /> <br /> Rangkaian awan membentuk gumpalan lembut diiringi terik mentari bersinar pekat,<br /> Huuriyah terdiam dalam lamunannya, sementara Nailah menggenggam kalung nya erat-erat.<br /> <br /> Pandangannya menerawang jauh, mencari ingatan masa lalunya, ia belum pernah merasakan apa itu Cinta.<br /> <br /> **************************<wbr></wbr><span class="word_break"></span>********************<br /> <br /> 21 November 2011 jam 07 pagi,<br /> <br /> Huuriyah tengah bersiap-siap untuk berangkat kerja.<br /> <br /> Ia memandang wajahnya lekat-lekat di cermin, <br /> Ia mengenakan gamis berwarna coklat dan jilbab panjang mengulur sampai ke pinggangnya.<br /> <br /> Matanya mulai berkaca-kaca,<br /> "Apa kebahagiaan hanya tercipta untuk wanita-wanita yang cantik saja?" ia bergumam lirih dalam hati.<br /> <br /> Ia memang tak terlalu cantik, <br /> Kadang ia berfikir akankah ada orang yang akan mencintai nya dengan wajahnya yang 'biasa-biasa saja'?<br /> <br /> <br />
اَلْخـَبِيـْثــاَتُ لِلْخَبِيْثـِيْنَ وَ اْلخَبِيْثُــوْنَ
لِلْخَبِيْثاَتِ وَ الطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِيْنَ وَ الطَّيِّبُوْنَ
لِلطَّيِّبَاتِ<br /> <br /> .<br /> “ Wanita-wanita yang tidak baik untuk
laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk
wanita yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik
dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik. (Qs. An Nur:26)<br /> <br /> Penggalan ayat itu melintas di fikirannya, <br /> "aku yakin aku juga bisa bahagia" lirih nya dalam hati diiringi bulir airmata nya yang membasahi ujung bibirnya.<br /> <br /> **************************<wbr></wbr><span class="word_break"></span>*********************</span></span><br />
<span class="hasCaption"><span class="text_exposed_show"><br /> </span></span><br />
<span class="hasCaption">Angin sepoi berhembus cukup kencang,<br /><span class="text_exposed_show"> gerimis turun seirama kicau burung mencari tempat berteduh di bawah rindang pohon.<br /> <br /> "Riyah berangkat bu, Assalamu'alaikum.."<br /> ucap Huuriyah kepada sang Ibu, sembari menyalakan motor matic nya.<br /> <br /> "Pakai jas hujan yah... mendung nya tebal" ucap sang Ibu.<br /> <br /> "Ndak pa pa bu, baru gerimis, lagipula kan deket" jawabnya<br /> <br /> "Ya sudah, jangan ngebut, wa'alaikumsalam"<br /> <br /> Huuriyah bergegas menuju tempat kerja nya, sesampainya disana terlihat Nailah tengah bersiap membuka pintu toko.<br /> <br /> Hari ini Nailah yang bertugas membuka toko, jadi ia datang lebih awal dari biasanya.<br /> <br /> "Eheemm... nona manis udah nyampe rupanya" ledek Huuriyah pada sahabat nya itu.<br /> <br /> "Aku kan memang selalu datang pagi, biar rejeki ku ndak di patok ayam"<br /> jawabnya sambil tertawa Huuriyah membantunya membuka gembok toko yang lumayan besar,<br /> mereka berdua lalu masuk, membereskan rak buku, dan menyapu toko agar terlihat bersih.<br /> <br /> Tak lama kemudian para pegawai yang lain pun berdatangan,<br /> mereka pun bertugas di tempatnya masing-masing.<br /> <br /> **************************<wbr></wbr><span class="word_break"></span>**************************<wbr></wbr><span class="word_break"></span>****<br /> <br /> "Tolong buku ini mba'.." ucap seorang pria kepada Huuriyah<br /> sembari menyodorkan sebuah buku<br /> <br /> ("Engkau Bidadariku Dunia Akhirat": Abdurrahman Al Kaffi).<br /> <br /> Huuriyah tersenyum kecil melihat buku itu, lalu mengambilnya dan membungkusnya.<br /> Pria itu pun membayarnya.<br /> <br /> "Terimakasih mba', mari.. assalamu'alaikum". ucap pria itu<br /> <br /> "Wa'alaikumsalam.." jawabnya.<br /> <br /> Huuriyah pun termenung, baru kali ini ada pelanggan yang begitu sopan dan mengucap salam padanya.<br /> <br /> **************************<wbr></wbr><span class="word_break"></span>**************************<wbr></wbr><span class="word_break"></span>****<br /> <br /> Mentari terbenam di ufuk barat,<br /> Sejenak Huuriyah memejamkan mata,<br /> mencoba mendengarkan tasbih alam raya,<br /> meski tak mengerti.<br /> Ada cericit yang ceria, ada kerik yang berirama, ada desir yang menelisik.<br /> <br /> "Mentari beranjak ke peraduan<br /> Siang berganti malam menjelang<br /> Ku lihat burung terbang melayang<br /> Pohon-pohon tenang dan diam<br /> Seakan bertasbih akan kekuasaan<br /> Dan keagungan Allah Ar-Rahman"<br /> <br /> Huuriyah mengambil air wudhu, beranjak untuk shalat maghrib.<br /> Kembali bercumbu dengan Sang Pemilik Hidup, mengadu atas segala rasa di kalbu.<br /> <br /> **************************<wbr></wbr><span class="word_break"></span>**************************<wbr></wbr><span class="word_break"></span>****<br /> <br /> Denting berbunyi dari dinding kamarnya,<br /> jam 7 malam, ia merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur, membuka-buka lembaran buku yang tertata rapi diatas meja kamarnya.<br /> <br /> Dia sangat senang bekerja di toko buku, karena membaca adalah hobi nya,<br /> dari sana ia sering mendapat potongan harga dari bos nya, bahkan kadang bos nya memberi hadiah buku jika kerjanya bagus.<br /> <br /> Ia merasa sedang tidak berselera untuk membaca,<br /> lalu menuju ruang tengah dimana keluarganya sedang berkumpul.<br /> <br /> "Ibu, besok temenku mau datang kesini boleh?" ucap adik huuriyah,<br /> Adik huuriyah bernama Nisa, usianya 20 tahun, hanya terpaut 2 tahun dari nya.<br /> <br /> "Temanmu siapa? yang mana?" tanya ibu huuriyah.<br /> <br /> "Nama nya Azhar, ada hal penting yang dia mau sampaikan katanya"<br /> jawab Nisa<br /> <br /> "Laki-laki ya? tapi jangan malam-malam datangnya,<br /> ibu sama bapak mau nengok nenek yang masih sakit"<br /> <br />
"Beres bu.." ucap Nisa dengan senang Huuriyah duduk disebelah sang ayah
sambil menekan-nekan remot tivi, dan tangannya berhenti menekan pada
channel berita.<br /> Acara favorit ayahnya.<br /> <br /> Huuriyah duduk sambil menyandarkan kepalanya di lengan kiri ayahnya.<br /> <br /> **************************<wbr></wbr><span class="word_break"></span>**************************<wbr></wbr><span class="word_break"></span>*****<br /> <br /> Hp Huuriyah berdering, telepon dari Nailah,<br /> <br /> "Ada apa malam-malam telfon?" ucap huuriyah seusai menjawab salam<br /> Nailah hanya tertawa diujung telepon.<br /> <br /> "Ada apa? kayaknya bahagia banget?" Huuriyah tambah bingung<br /> <br /> "Aku jatuh cinta" jawab Nailah sambil berbisik Huuriyah tertawa melihat jawaban dari Nailah,<br /> <br /> "sama siapa?" Huuriyah semakin penasaran<br /> <br /> "Kakak kelasku dulu, namanya Reza," jawab Nailah<br /> <br /> "Ayo, awas hati-hati sama penyakit hati, hehe"<br /> Huuriyah mencoba mengingatkan sahabatnya itu.<br /> <br /> "Siap komandan, besok ketemu ya? aku mau cerita banyak"<br /> <br /> "Oke"<br /> <br /> Nailah pun menutup telponnya, Huuriyah masih bingung dengan ucapan Nailah,<br /> baru kali ini ia melihat sahabatnya begitu gembira.<br /> <br /> **************************<wbr></wbr><span class="word_break"></span>**************************<wbr></wbr><span class="word_break"></span>****<br /> <br /> Esoknya,<br /> Jam istirahat, di rumah makan dekat toko buku.<br /> Huuriyah dan Nailah terlihat duduk berhadapan.<br /> <br /> "Dia bilang dia menyukaiku dan mau melamarku"<br /> Nailah tiba-tiba membuka percakapan sembari jemari nya mengaduk-aduk gelas es sirupnya dengan sedotan.<br /> <br /> "benarkah? lalu kamu bilang apa?" tanya Huuriyah<br /> <br /> "Aku bilang aku mau saja, karena aku juga menyukai nya. Orangnya baik,<br /> tapi dia sekarang masih ada di Bandung, masih terikat kontrak kerja, 2 tahun lagi mungkin kontraknya habis"<br /> ucap Nailah dengan nada sedih.<br /> <br /> "Lalu bagaimana dengan orangtuamu?" tanya Huuriyah<br /> <br />
"Kami sudah membicarakannya lewat telefon, dan orangtuaku setuju-setuju
saja, karena mereka sudah mengenal Kak Reza dari dulu, hanya saja Ibu
sempat bertanya apakah aku mau menunggunya selama 2 tahun."<br /> jelas Nailah<br /> <br /> "Harusnya kalian membicarakannya dengan bertemu secara langsung, biar sama-sama jelas" jawab Huuriyah<br /> <br /> "iya aku tahu, mungkin minggu depan ia akan kemari bersama orangtuanya" jawab Nailah<br /> <br /> "hemm syukurlah kalau begitu, aku ikut senang" ucap Huuriyah sembari tersenyum<br /> <br /> Nailah membalas tersenyum, mereka pun melanjutkan makan siang sama-sama<br /> <br /> **************************<wbr></wbr><span class="word_break"></span>**************************<wbr></wbr><span class="word_break"></span>****<br /> <br /> Malam Hari, pukul 19.00<br /> <br /> "Assalamu'alaikum,," seorang pria mengucap salam didepan pintu rumah Huuriyah<br /> <br /> "Wa'alaikumsalam.." jawab ibu Huuriyah<br /> <br /> "Teman nya Nisa ya? mari silakan duduk" Ibu Huuriyah lalu mempersilakan duduk,<br /> di ikuti Ayah dan Nisa yang keluar ke ruang tamu,<br /> pria itu duduk di depan ayahnya. Tangannya gemetar.<br /> <br /> "hmm,, kedatangan saya kemari saya mau melamar Nisa pak, bu.." ucap pria itu.<br /> Ibu dan ayah Huuriyah kaget, lalu saling menatap Nisa.<br /> <br /> Nisa hanya diam menunduk sambil tersenyum.<br /> Mereka terdiam sesaat, pria itu pun menunduk diam.<br /> <br /> "Apa kamu benar-benar yakin?" tanya ayah Huuriyah<br /> <br /> "InsyaAllah pak, saya sudah memikirkannya dengan baik" jawabnya<br /> <br /> Ayahnya pun mulai bertanya, tentang keluarga Azhar, pekerjaan, dan riwayat sekolah.<br /> Azhar menjawab setiap pertanyaan yg ditanyakan oleh ayah Huuriyah.<br /> <br /> "Kalau kamu memang serius dan Nisa pun mau, harusnya kamu datang bersama orangtuamu,<br /> tapi ya gimana ya, Nisa itu masih punya kakak perempuan yang belum menikah,<br /> jadi kita mesti membicarakannya dulu dengan kakanya" ucap ayah Huuriyah.<br /> <br /> Huuriyah berdiri di ruang tengah, menguping percakapan mereka.<br /> Airmata nya menetes, antara bahagia dan sedih bercampur menjadi satu.<br /> <br /> Entah mengapa ia merasa sendiri...<br /> Ia lalu kembali ke kamar nya, duduk diatas tempat tidurnya sambil bersandar pada tembok,<br /> Bukan hanya airmata nya yang menetes,<br /> Darah pun keluar dari hidung nya, ia mimisan.<br /> <br /> **************************<wbr></wbr><span class="word_break"></span>**************************<wbr></wbr><span class="word_break"></span>******</span></span><br />
<span class="hasCaption"><span class="text_exposed_show"> Bersambung</span></span><br />
<br />
<br />
<span class="hasCaption"><span class="text_exposed_show"><3 pelangi <3 </span></span>Admin EmHAhttp://www.blogger.com/profile/05429968825067058352noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4700137061092936302.post-60822520841667411822012-03-10T11:16:00.000+07:002012-03-10T11:16:04.034+07:00♥♥˚◦☆•. (`'•.¸♥Mengukir Bahagia♥ ¸.•'´) .• ☆◦˚.♥♥<span class="hasCaption"></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLVH5YLZIq_bFYorwxCSagvh4ON345MzQb9qxNM3zz0jQRmwcOvhYka6ov2LhdE_bMVaipFuF7MbMDN6cjhPYxP8EBHr9HJ9RibV3wQsWaa1p4j1tCnL82YIXoida-iAftGFWKlg6OPA/s1600/di+langit+biru.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLVH5YLZIq_bFYorwxCSagvh4ON345MzQb9qxNM3zz0jQRmwcOvhYka6ov2LhdE_bMVaipFuF7MbMDN6cjhPYxP8EBHr9HJ9RibV3wQsWaa1p4j1tCnL82YIXoida-iAftGFWKlg6OPA/s320/di+langit+biru.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_4f5ad249449269e62816884">
<br /> <br /> Aku memandang horizon yang membiru,<br /><span class="text_exposed_show"> menatapnya lekat diantara dua bola mataku.<br /> Tanganku masih mengepal merasakan dingin yang masih membalut kulitku,<br /> diantara riak-riak tetes embun yang masih melekat pada hijaunya dedaunan<br /> aku terduduk lesu memikirkan sebuah kecemasan yang tiada kunjung menghilang.<br /> <br /> Aku pernah berfikir, mengapa aku tak bisa mendapatkan apa yang aku inginkan.<br /> "Bukankah aku pantas mendapatkan yang lebih dari ini?" gumamku dalam hati.<br /> Saat itu bayangan kelam menelisik sudut hatiku,<br /> mulai mengeja angan tentang sebuah kata 'Kebahagiaan'.<br /> <br /> Mereka bilang, bahagia itu adalah pilihan,<br /> sementara di sisi lain mereka mendendangkan bahwa kebahagiaan adalah kewajiban.<br /> Kewajiban yang harus kita miliki lewat sebuah perjuangan.<br /> Aku berbisik dalam hati "Tidakkah aku cukup bahagia dengan semua ini?"<br /> <br /> Terkadang ketakutan pada bayangan masa lalu itu muncul,<br /> mengobrak-abrik dinding hatiku yang telah susah payah kubangun dengan kokoh.<br /> Hal itu membuat kecemasan pada masa depan menghantuiku.<br /> <br /> "Mengapa harus takut pada masa lalu?<br /> Mengapa harus cemas pada bayangan masa depan?" fikirku.<br /> Aku kembali menghela nafas, <br /> mencoba memaknai setiap goresan takdir yang telah di catat-Nya dengan sempurna.<br /> <br /> Pagi itu, sang surya memberi pesan kepadaku,<br /> mungkin kita merasa sulit untuk berbahagia,<br /> itu bukan karena kita yang tidak bahagia, <br /> namun kita lah yang tidak dapat memahami apa itu bahagia.<br />
"Bahagia adalah ketika kau mampu membuat semua orang yang berada
didekatmu bisa tersenyum dengan hangat, melepas segala kecemasan di
hati, dan mengubahnya menjadi cinta dan kasih sayang.<br /> Dan itu semua berkat sinar cintamu yang kau biaskan kepada mereka".<br /> <br /> Aku pun mengambil sebuah pensil dan penghapus,<br /> mulai menulis apa itu kebahagiaan.<br /> Berkali-kali aku menulis, mungkin sudah ribuan kata, <br /> namun tetap saja tak ku jumpai, aku pun menghapusnya dengan penghapus karet yang menurutku tak berarti.<br /> <br /> Hingga tiba-tiba dari sebuah penghapus karet itu aku memahami apa itu kebahagiaan.<br /> "Kebahagiaan adalah rela berkorban untuk orang lain,<br /> Seperti penghapus karet, yang dimata ku hanya sebuah benda kecil tiada guna,<br /> namun ia memberikan manfaat bagi yang lain.<br />
Ia rela kehilangan sedikit demi sedikit bagian dari tubuhnya hanya
untuk membantu menghilangkan kesalahan yang ditulis oleh pensil.<br />
Meskipun ia tahu lambat laun ia akan habis, dan akan diganti dengan
penghapus yang baru, namun ia tetap rela menghapus segala
kesalahan-kesalahan yang kita buat".<br /> <br /> Itulah kebahagiaan, <br /> kebahagiaan ada disini, namun kita sendirilah yang tak mampu merasakannya.<br /> Kebahagiaan adalah dengan membuat orang lain bahagia.<br /> Bukan ke egoan kita yang hanya ingin bahagia sendiri.<br /> <br /> "Hiduplah dengan bahagia, dan buatlah oranglain bahagia"<br /> kini kalimat itu telah terpatri dilubuk hatiku.<br /> Dan aku pun menyadari, bahwa hanya dengan berbagi kebahagiaanlah<br /> kita bisa merasakan apa itu bahagia.<br /> Bahagia melihat oranglain tersenyum karena kita,<br /> Bahagia dengan bersyukur, menikmati hari dengan penuh rasa sabar dan ikhlas.<br /> <br /> Itulah kebahagiaan sejati...<br /> <br /><span> ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~</span><wbr></wbr><span class="word_break"></span>~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~<br /> <br /> Tersenyumlah,<br /> berbahagialah,<br /> agar akupun berbahagia jika melihatmu bahagia, sahabatku...<br /> <br /> ♥ pelangi ♥</span></div>
<br />
<div class="fbPhotoTagList" id="fbPhotoSnowliftTagList">
<span class="fcg"><br /></span></div>Admin EmHAhttp://www.blogger.com/profile/05429968825067058352noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4700137061092936302.post-20213272763350015902012-03-10T11:01:00.000+07:002012-03-10T11:01:07.685+07:00♥♥˚◦☆•. (`'•.¸♥Melukis Kata Sepi♥ ¸.•'´) .• ☆◦˚.♥♥<span class="hasCaption"></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEja5k2YlSQbFot1YyE83sCs3dW5CMzXAgmjm-sRPzaW6bwWMO8-blRJ8czVemTrPR3bwmLESzian_jL_CZN8vp9e6aZd0yTnXDy3rfQMrGDLoqufyhjsrAOUFK-AdneA5iwR6aug4pfow/s1600/roseisred.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="206" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEja5k2YlSQbFot1YyE83sCs3dW5CMzXAgmjm-sRPzaW6bwWMO8-blRJ8czVemTrPR3bwmLESzian_jL_CZN8vp9e6aZd0yTnXDy3rfQMrGDLoqufyhjsrAOUFK-AdneA5iwR6aug4pfow/s320/roseisred.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_4f5ad1755a6456450806224">
<br /> <br /> <br /> Mentari tersenyum dengan ceria, memanggilnya untuk ikut tersenyum pula.<br /> Namun tiada senyum di raut wajahnya,<br /><span class="text_exposed_show"> tiada kembali ceria, malah terkadang terusik duka.<br /> <br /> Ia masih terdiam diantara seribu canda,<br /> ia masih terpaku pada luka nan menusuk pilu.<br /> Terkadang ia hendak beranjak dari segala galau yang menerpa,<br /> berlari bersama cahaya, namun ia tetap tenggelam dalam mimpi hampa.<br /> <br /> Ia tersenyum dalam tangis, mencari jutaan cara untuk keluar dari sepi,<br /> namun hanya sunyi yang ia dapat.<br /> <br /> Ia berjalan diantara rumput ilalang malam,<br /> mencari seekor kunang-kunang untuk dijadikan penerang,<br /> namun yang ia dapati hanya rumput teki.<br /> <br /> Ia pernah mencoba melewati jembatan angan,<br /> berpegangan pada tiang-tiang penyangga, berharap tak terjatuh ke jurang,<br /> namun sekuat apapun ia menggenggam erat tiang, tetap saja ia jatuh dan tenggelam.<br /> <br /> Ia hanya inginkan teman,<br /> tempat berbagi segala kebahagiaan dan kepedihan<br /> Tempat berdiskusi segala mimpi dan angan<br /> Tempat ia bisa tertawa dan menangis bahagia.<br /> <br /> Namun yang ia dapati hanya sunyi dan sepi.<br /> <br /> Ia pun menyerah,<br /> sejauh apapun ia melangkah yang ia temui hanya sepi.<br /> Seberapa kencang ia berlari yang ia dapati hanya sunyi.<br /> <br /> Pernah sang mentari memberi janji untuk setia menemani,<br /> namun janji hanya tinggal janji.<br /> Kala malam datang ia pun pergi, <br /> meninggalkan temaram senja yang lambat laut berubah menjadi gelap.<br /> <br /> Ia menangis,<br /> tak percaya lagi pada janji mentari.<br /> <br /> Pernah jua ia beranjak meninggalkan kesunyian,<br /> mencari sekeping bintang yang akan ia jadikan kawan,<br /> namun ia tak sanggup menjangkaunya,<br /> ia pun jatuh terjerembab penuh luka.<br /> <br /> Kini ia menyadari,<br /> Ia hanya sepi..<br /> Dan sepi adalah teman sejatinya,<br /> karena bukankah ia pun akan sepi ketika meninggalkan dunia ini?<br /> Di tinggal, dilupakan, dan lambat laun tak di kenang saat telah tiada nanti..<br /> <br /> Ia belajar apa arti sepi,<br /> Karena jika ia belajar arti sunyi dan sepi mulai saat ini,<br /> maka ia telah terbiasa merasakan sepi di akhir nanti...<br /> <br /> `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°``°``°•.¸¸.•°<br /> <br /> Namun seberapa kita rasa apa itu sepi<br /> Cinta-Nya akan tetap menemani<br /> Meski dalam bentuk cobaan dan ujian<br /> Ia tetap ada,<br /> menjadi pengusir sepi... ♥<br /> <br /> ♥ pelangi ♥</span></div>
<br />
<div class="fbPhotoTagList" id="fbPhotoSnowliftTagList">
<span class="fcg"><br /></span></div>Admin EmHAhttp://www.blogger.com/profile/05429968825067058352noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4700137061092936302.post-48634952178795059162012-03-10T10:58:00.000+07:002012-03-10T10:58:06.719+07:00♥♥˚◦☆•. (`'•.¸♥Bukan Ingin Berhenti♥ ¸.•'´) .• ☆◦˚.♥♥<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-EgIFu0hXzZsjiWg0hU6JgazKeVCz0rkFTjCjUAgIsxEoJL5X4GMlh42xJpsYtnh716FHVWviwb0oUsr4SN1Mys2aFRN_x_vKSLc1oazwNhf8M8Efvgr7l_uXedPCkXfL3jWv_p9f-g/s1600/Colorful_spring_garden.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-EgIFu0hXzZsjiWg0hU6JgazKeVCz0rkFTjCjUAgIsxEoJL5X4GMlh42xJpsYtnh716FHVWviwb0oUsr4SN1Mys2aFRN_x_vKSLc1oazwNhf8M8Efvgr7l_uXedPCkXfL3jWv_p9f-g/s320/Colorful_spring_garden.jpg" width="320" /></a></div>
<span class="hasCaption"><br /> <br /> Ia tersenyum hangat, mencairkan kebekuan suasana hati.<br /> Ia, tak pernah letih berhenti berlari<br /><span class="text_exposed_show"> Meski kadang duri-duri di kakinya tajam menancap<br /> Namun ia tak pernah berhenti berlari.<br /> <br /> Ia terkadang membawa tangis,<br /> saat beban di pundak terasa berat menimpa<br /> saat perih di kaki serasa hampir membunuhnya<br /> Namun ia tetap tak ingin berhenti berlari.<br /> <br /> Ia, membawa telaga kesejukan di sanubari<br /> Tatap matanya indah membawa binar-binar cahaya<br /> Mentari pun seakan tak mampu menggantikannya.<br /> <br /> Ia, hanya ingin terus berlari dan berlari<br /> Jika pun tak mampu,<br /> Ia berharap bisa terus berjalan<br /> Meski dalam pekat malam, meski dalam rinai hujan<br /> Ia berharap bisa terus berjalan.<br /> <br /> Ia, akan tetap berjalan<br /> Meski berjuta halangan tersusun rapi di depan<br /> Ya,<br /> Ia hanya ingin tetap berjalan<br /> <br /> Tak ada alasan untuk berhenti,<br /> Meski perjalanan panjang mungkin hanya sebuah mimpi tak bertepi..<br /> <br /> Terus bergerak,<br /> Terus berjalan..<br /> Meski kadang harus melewati kerikil tajam..<br /> <br /> Hanya ingin terus berjalan..<br /> Terus dan terus..<br /> Tak ingin berhenti..<br /> <br /> Bahkan jika harus memilih,<br /> Ia lebih memilih untuk berjalan mundur,<br /> Ketika jalan di depan telah buntu..<br /> <br /> Meski membuatnya kecewa dan tenggelam dalam airmata,<br /> <br /> Karena yg diinginkan hanya terus berjalan, bukan berhenti...<br /> <br /> `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°``°``°•.¸¸.•°<br /> <br /> Ia adalah aku<br /> Ia adalah kau<br /> <br /> Yang berharap dapat terus bergerak,<br /> Yang berharap bisa mengukir sebuah keabadian di kanvas kehidupan...<br /> Namun ketika langkah itu tertahan, aku lebih memilih mundur ke belakang, bukan berhenti...<br /> Dan berharap suatu saat nanti aku bisa kembali mengulurkan kakiku untuk melangkah ke depan...<br /> Karena yang ku inginkan hanya ingin tetap berjalan, bukan berhenti...<br /> <br /> <br /> ♥ pelangi ♥</span></span>Admin EmHAhttp://www.blogger.com/profile/05429968825067058352noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4700137061092936302.post-48283019686400934602012-03-10T10:47:00.000+07:002012-03-10T10:50:48.617+07:00♥♥˚◦☆•. (`'•.¸♥Menanti Janji Illahi♥ ¸.•'´) .• ☆◦˚.♥♥<span class="hasCaption"></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWDfCsCO9u1hh1kgtJ9d2vDzmllyPEFp0ZNn21fYVijaX1BCrHf_xgfieOheZFLcAnbpxRokvlEKkKj38C8mwCbyM-m17g7QPFXCuxwCipl2Hkkctv-X_d87QmYKk5IbnQWRZU8cBFDg/s1600/rainbow+5.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWDfCsCO9u1hh1kgtJ9d2vDzmllyPEFp0ZNn21fYVijaX1BCrHf_xgfieOheZFLcAnbpxRokvlEKkKj38C8mwCbyM-m17g7QPFXCuxwCipl2Hkkctv-X_d87QmYKk5IbnQWRZU8cBFDg/s320/rainbow+5.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_4f5ace4f615a45910421712">
<br />
<br />
<br />
Wajahnya yang ceria tak menampakkan getar kepedihan di hatinya.<br />
Ia masih bisa tersenyum bahagia, <br />
<span class="text_exposed_show"> meskipun sejujurnya hatinya di rengkuh pilu nan menyiksa.<br /> <br /> Sebagai wanita, aku mengerti apa yang ia rasa.<br /> Saat kebanyakan wanita se usianya sudah hidup berbahagia <br /> berdua dengan belahan jiwa, <br /> atau mungkin juga telah memiliki jundi-jundi kecil sebagai penghias hari,<br /> namun ia masih bergelut dengan rasa sepi yang menyiksa.<br /> Rasa sepi yang hanya ia sendiri lah yang tahu.<br /> <br /> "Aku merasa usiaku sudah terlambat untuk menikah".<br /> itu yang ia ucapkan kepadaku.<br /> Bagai ikut teriris, aku merasa sedih mendengar ucapannya.<br /> <br /> Itulah yang kini ia rasa, sepi...<br /> Terkadang ia berkhayal dalam angan,<br /> "Bukankah seharusnya di usiaku ini aku sudah hidup berbahagia<br /> dengan sebuah keluarga yang ceria,<br /> menjadi seorang isteri sekaligus ibu yang baik.<br /> Namun hingga kini kebahagiaan itu tak kunjung menghampiri".<br /> <br /> Yang aku tahu, langkahnya masih tetap tenang, <br /> meski kadang di terpa gelombang yang besar bagai ingin menenggelamkannya.<br /> <br /> Pernah suatu ketika seorang insan menambatkan cinta dihatinya,<br /> namun ternyata ia bukanlah yang Allah pilihkan sebagai pengusir rasa sepi dihatinya.<br /> "Mungkin memang belum jodoh, bersabarlah".<br /> hanya itu yang mampu ku katakan padanya.<br /> <br /> Ia pun kembali menata hati nya yang retak,<br /> meski mungkin tak bisa kembali sempurna seperti sedia kala.<br /> Ia kokohkan kembali tekadnya untuk bersabar.<br /> <br /> Pernah juga rasa lelah akan panjangnya penantian membuatnya jatuh tersungkur dan kecewa.<br /> Hampir ia tak percaya lagi pada janji Allah, <br /> dan berusaha menjauhinya.<br /> Namun ia menyadari, semakin ia mencoba untuk tak membutuhkan-Nya,<br /> semakin ia merasa bahwa hanya DIA yang bisa memberikannya pertolongan<br /> dan mengeluarkannya dari berbagai persoalan.<br /> Dan hingga saat ini ia tak pernah lagi meninggalkan tahajjud disetiap malamnya.<br /> <br /> Ia penuh dengan kesabaran,<br /> darinya aku mengerti, bahwa tak ada kebahagiaan yang instan.<br /> Kita harus melalui kesabaran yg panjang jika ingin mendapat yg terbaik.<br /> <br /> Memang ia menyadari, bahwa di fikiran banyak orang, usia sepertinya dipandang terlambat untuk menikah.<br /> Namun ia yakin, bahwa Allah telah menyiapkan jodoh terbaik untuknya,<br /> dan Allah akan mempertemukan mereka disaat yang tepat, diwaktu yg indah.<br /> <br /> Allah lebih tahu kapan saat yg tepat,<br /> maka bersabarlah...<br /> Ia pasti akan datang,<br /> membawa setangkai cinta yang tiada kan berkurang,<br /> karena dihatimu tersimpan secawan kasih<br /> yang tak kunjung habis...<br /> <br /> ♥ pelangi ♥</span></div>
<br />
<div class="fbPhotoTagList" id="fbPhotoSnowliftTagList">
<span class="fcg"><br /></span></div>Admin EmHAhttp://www.blogger.com/profile/05429968825067058352noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4700137061092936302.post-4357539152544074842012-03-10T10:40:00.002+07:002012-03-10T10:52:36.208+07:00♥♥˚◦☆•. (`'•.¸♥Kereta♥ ¸.•'´) .• ☆◦˚.♥♥<span class="hasCaption"></span><br />
<span class="hasCaption"></span><br />
<span class="hasCaption"></span><br />
<span class="hasCaption"><br /> </span><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpMeC85XLgAvfJfZPOV9QCgpmjUr2F4n0AhcVGLzy_HkG_sbuQ9MzYdRlQWwAfn4pz6I6cmW3LwqWTl38749JSev1BvGnT0SFS0FQlFLDH_WJV341kCBeC1_5Jj-nYzdwRJ0xo1rQeSQ/s1600/ka_parahyangan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="202" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpMeC85XLgAvfJfZPOV9QCgpmjUr2F4n0AhcVGLzy_HkG_sbuQ9MzYdRlQWwAfn4pz6I6cmW3LwqWTl38749JSev1BvGnT0SFS0FQlFLDH_WJV341kCBeC1_5Jj-nYzdwRJ0xo1rQeSQ/s320/ka_parahyangan.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<span class="hasCaption">Ini bukanlah kisah tentang kereta yang berjalan diatas rel panjang.<br /> Ini adalah untaian kata tentang apa itu arti dari sebuah kesabaran.<br /><span class="text_exposed_show"> <br /> Saat seorang sahabat bertutur:<br /> <br /> "Malam ini seperti bercumbu dengan cerahnya kelam<br /> Sementara dinginnya merasuk ke tulang sumsumku<br /> Mungkin benar,luka adalah cintaku yg paling setia<br /> karena aku telah mencintai mata pisau....<br /> <br /> Mengenalmu adalah...<br /> Saat di mana aku mendapatkan kelemahan dalam hidupku...<br /> Mencintaimu adalah...<br /> kesempatan dimana aku menjadikan diriku terkurung teralis besi...<br /> Dan menyayangimu adalah<br /> satu ketika dimana aku membunuh kebahagiaanku sendiri..<br /> <br /> Tak ada kereta berbalik ke stasiun<br /> dengan alasan masih ada penumpang yg tertinggal...<br /> Pun tak ada penumpang yg berlari..<br /> mengejar sejauh kereta melaju...<br /> Yang terdengar,penumpang itu berkata,<br /> <br /> Sudahlah...aku akan menunggu kereta berikutnya..."<br /> <br /> --------------------------<wbr></wbr><span class="word_break"></span>--------------------------<wbr></wbr><span class="word_break"></span>---------<br /> <br /> Dalam nuansa syahdu itu, aku berucap menimpali ceritanya:<br /> <br /> "Keretaku telah pergi...<br /> Dan tak mungkin akan kembali...<br /> <br /> Ia telah menemukan jalur tujuan nya,<br /> sementara aku tertinggal disini saat ia berkata,<br /> "tak ada ruang yang cukup untuk menampungmu"<br /> <br /> ia berlalu pergi tanpa membawa aba-aba sebelumnya,<br /> padahal tiket telah ku miliki,<br /> antrian panjang pun ku lalui..<br /> <br /> Kini aku berdiri di lorong lain nya,<br /> berharap ada kereta lain yang mau menampungku,<br /> namun tak jua ada yg menghampiri,<br /> <br /> aku pun bergumam dalam hati,<br /> "mungkin tiket yg ku pegang bukan untuk kereta hari ini"<br /> <br /> --------------------------<wbr></wbr><span class="word_break"></span>--------------------------<wbr></wbr><span class="word_break"></span>------------<br /> <br /> Ia pun menjawab dengan manis:<br /> <br /> "Kereta yang telah pergi,bukan kereta yang pantas kau naiki<br /> <br /> Sang masinis,bukanlah seorang yang akan membawamu ke tujuan dengan cinta sejati<br /> <br /> Gerbong yang ia bawa ,bukan tempat yg dapat memberimu kedamaian hakiki<br /> <br /> Kereta yang kau nanti...<br /> Sedang berjalan ke arahmu<br /> Perlahan namun pasti<br /> <br /> Sang masinis tak membawa beribu janji<br /> Tak jua menulis seribu puisi<br /> Tapi ia berbenah hati<br /> Agar nanti,dari segala yang terbaik yang ia miliki<br /> Pantas 'tuk ia persembahkan<br /> <br /> Padamu....Bidadari idaman hati.."<br /> <br /> ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~<wbr></wbr><span class="word_break"></span>~~~~~~~~~~~~~~~<br /> <br /> Ya, kereta yang telah lewat mungkin memang bukan kereta yang akan kita naiki.<br /> Mungkin beberapa kali kereta datang menghampiri.<br /> Saat aku duduk di tepian rel, aku memandang sebuah kereta dari kejauhan. <br /> Aku bahagia, hingga terlupa membawa banyak bekal yang bermanfaat. <br /> <br /> Tas ku terisi penuh, namun ternyata tak ada isi yang pantas untuk ku bawa.<br /> <br /> Mungkin pernah saat suatu ketika kereta itu melintas dihadapanmu, namun sang masinis berkata:<br /> "maaf, keretaku hanya membawa penumpang dengan tiket berkelas A"<br /> <br /> Kau, bahkan aku, mungkin hanya diam mendengar ucapan sang masinis.<br /> <br />
Namun setelah kita sadar, baru kita tahu jika selama ini bekal yang
kita bawa belum lah cukup untuk untuk menanti kedatangan kereta yang
kita impikan.<br /> <br /> Aku pun kembali pulang, membongkar segala isi
bekal yang ku punya, membuang segala yang tak perlu, dan membawa banyak
lagi bekal yang bermanfaat, agar ketika kereta selanjutnya tiba
menghampiri,<br /> sang masinis pun berkata dengan manis,<br /> "Naiklah ke keretaku, keretaku sangat beruntung memperoleh penumpang Bidadari sepertimu".<br /> <br /> ==========================<wbr></wbr><span class="word_break"></span>=============================<br /> <br /> ♥ pelangi ♥</span></span>Admin EmHAhttp://www.blogger.com/profile/05429968825067058352noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4700137061092936302.post-8275767219929257362012-03-10T10:10:00.001+07:002012-08-20T11:21:01.948+07:00¸.*•´.•♥♥•.Hidayah Sepotong Cokelat.•♥♥•.*<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3tgsk4MnYWDdjW6QMYWe0e-e3yJ0IQrJ8WjsuQpQpNqPph9wsaduLVoIlEVKIj7ipvphavj1QoL47D90OoB6oklwGHRg61mh91uWTWRg4WeMh0eNzda8MknQEpVgzLnlrX9aDv-sgYQ/s1600/coklat+edit+2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="140" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3tgsk4MnYWDdjW6QMYWe0e-e3yJ0IQrJ8WjsuQpQpNqPph9wsaduLVoIlEVKIj7ipvphavj1QoL47D90OoB6oklwGHRg61mh91uWTWRg4WeMh0eNzda8MknQEpVgzLnlrX9aDv-sgYQ/s200/coklat+edit+2.jpg" width="200" /></a></div>
<br />
<br />
<span class="hasCaption"> <span class="text_exposed_show">13 Februari,<br /> <br /> Mentari sudah mulai menyingsing,<br /> sinarnya pun sudah menembus masuk melalui celah-celah jendela kamar ber horden biru itu.</span></span><br />
<a name='more'></a><span class="hasCaption"><span class="text_exposed_show"><br /> <br /> Nadin masih tertidur pulas, sementara alarm yang sedari tadi berdering tak ia hiraukan.<br /> Mama dan pembantunya bahkan sudah lelah mengetuk-ngetuk pintu namun ia tak jua bangkit dari bad nya yang super empuk itu.<br /> <br /> "Nadin, sudah jam 8 nak, kamu gak kuliah?"<br /> ucap mama nya dari luar pintu<br /> <br /> Nadin menggerutu, kenyamanan tidurnya seolah terganggu.<br /> Baru jam 2 malam ia tidur, karena semalaman ia begadang merayakan ulangtahun salah seorang temannya.<br /> <br /> "iya mah.." jawabnya sembari bangkit dari bad nya dengan penuh rasa malas.<br /> <br /> Nadin mengambil handuk yang tergantung di samping lemari pakaiannya dan menuju kamar mandi.<br /> <br /> _______________<br /> <br /> <br /> "Bi narsih, sarapan buat Nadin taruh dimeja makan ya? saya nanti saja sarapannya, soalnya obatnya habis, <br /> uhuuuk uhuuk.." ucap mama Nadin kepada pembantunya diselingi batuk yang menyiksa tenggorokannya.<br /> <br /> "Baik bu.." jawab Bi Narsih<br /> <br /> "Bibi..... Kemeja putih aku mana?" ucap Nadin berteriak dari kamarnya dilantai atas.<br /> <br /> Sadar bahwa pembantunya tidak mendengar teriakannya, Nadin pun turun kebawah dengan wajah merah karena marah.<br /> <br />
"Bi Narsih mana mah? Masak kemeja putih aku belum di cuci, padahal kan
mau aku pake buat presentasi nanti" ucap Nadin penuh emosi.<br /> <br /> Bi Narsih pun menuju ruang makan,<br /> <br /> "iya non, maaf, Bibi gak tahu, kan kemeja nya keselip di kamar non Nadin, jadi bibi gak lihat" ucap Bi Narsih<br /> <br /> "lha terus aku mau pakai apa? kemeja putih aku kan cuma satu"<br /> ucap Nadin <br /> <br /> "Ya sudah, kamu nanti mampir ke butik aja dulu, kan di butik juga ada" ucap mama nya<br /> <br /> Nadin memang punya usaha butik, usaha satu-satu nya yang menopang keuangan keluarganya.<br /> <br /> "Waktu nya gak cukup mah" ucap Nadin, kemudian bergegas kembali ke kamar untuk bersiap-siap.<br /> <br /> Bi Narsih hanya terdiam sambil menunduk.<br /> <br /> _______________<br /> <br /> Celana jeans ketat, blouse biru dan jaket, dengan rambut panjang terurai, adalah tampilan Nadin hari ini.<br /> Meski ia juga harus bersiap menerima "omelan" dari dosen nya karena tidak memakai kemeja putih sesuai aturan,<br /> namun ia sudah terbiasa dengan "omelan-omelan" yang mampir ke telinga nya.<br /> <br /> "Mah, Nadin berangkat dulu" ucap Nadin <br /> <br /> "Nad, obat mamah habis, kamu bisa mampir apotek kan? <br /> tanya mama nya<br /> <br /> "Aduh mah, Nadin hari ini sibuk, nanti deh kalau ada waktu Nadin beliin" ucap Nadin sambil memakai sepatu high heels nya.<br /> <br /> "Besok juga mamah harus terapi, kamu bisa kan besok?"<br /> tanya mama nya lagi<br /> <br /> "Gak tahu deh mah, liat ntar aja. Ya udah Nadin berangkat dulu"<br /> ucap Nadin sambil bergegas menuju mobil kesayangannya.<br /> <br /> Ia berlalu tanpa mencium tangan sang bunda, <br /> padahal mama nya sudah mengulurkan tangannya, berharap Nadin mau mencium tangannya, bahkan mengucap salam pun ia enggan.<br /> <br /> Mama nya hanya bisa menangis dalam hati melihat sifat puteri tunggalnya itu.<br /> <br /> Mama Nadin masuk kembali ke kamarnya, batuk nya tak jua hilang.<br /> Ia memandang foto keluarga yang ia simpan di laci kamar.<br /> Tergambar disana sebuah keluarga yang bahagia, ia, Nadin, dan suami nya.<br /> <br />
Nadin sebenarnya anak yang baik, namun semenjak 2 tahun yang lalu saat
orang tua mereka bercerai sifatnya pun berubah menjadi keras kepala.<br />
Mungkin karena ia tertekan dengan percekcokan keluarga yang setiap hari
ia dengar, ayah nya menceraikan ibu nya karena ia merasa tak nyaman di
rumah setelah ibu nya di diagnosa menderita kanker serviks, ayah nya
merasa lelah merawat ibu nya dan memutuskan bercerai, kini ia pun telah
menikah lagi dan tinggal di Bandung.<br /> <br /> Ibu Nadin meneteskan
airmata sambil menatap foto itu, foto penuh cinta, penuh senyum, yang
kini berubah menjadi penuh tangis dalam hati.<br /> <br /> ____________________<br /> <br /> "Nad, gimana presentasi tadi?" ucap Madina, teman Nadin dari fakultas lain.<br /> <br />
"Gagal semua, malah aku dapet omelan dari pak Hadi gara-gara gak pakai
kemeja putih, gara-gara si Bibi lupa nyuci" ucap Nadin dengan cemberut.<br /> <br /> "oh gitu, <br /> eh iya besok sore ada kajian agama di ruang aula kampus, yang membahas tentang valentine gitu, kamu dateng ya?<br /> ucap Madina yang berjilbab itu.<br /> <br /> "Valentine? besok tanggal 14 ya? untung kamu ingetin aku" ucap Nadin sambil mencubit pipi Madina.<br /> <br />
"jadi kamu ikut kan? nanti aku kasih bangku yang paling depan deh,
soalnya ada bintang tamu Nasyid nya dan ada Ustadz terkemuka juga" ucap
Madina dengan tersenyum<br /> <br /> "Aduh Madina, besok itu Valentine, ngapain ikutan acara gituan.<br /> Besok itu aku udah ada acara sama Reni dan yang lainnya,<br /> kan besok juga aku mau ketemu sama Rizal, katanya dia ada kejutan buat aku, mudah-mudahan dia mau ngelamar aku"<br /> ucap Nadin sambil tersipu.<br /> <br /> "Tapi Nad.." belum selesai Madina melanjutkan ucapannya Nadin pun menyela<br /> <br /> "udah ah Madina, aku mau pulang, mau beli obat buat mamah,<br /> jadi gak sabar nunggu besok" ucap Nadin yang kemudian meninggalkan Madina sendiri.<br /> <br /> Madina menghela nafas panjang, <br /> niat baik nya tidak di gubris sama sekali oleh Nadin. <br /> Ia hanya bisa berdo'a semoga Nadin bisa berubah.<br /> <br /> _________________<br /> <br /> "Mama... ini obat nya mah" ucap Nadin setelah masuk rumah<br /> dan duduk di sofa ruang tamu.<br /> <br /> Mama nya menerima kantung plastik putih yang berisi beberapa obat yang harus ia minum.<br /> <br /> "Makasih Nad, oh iya, besok bisa antar mama terapi kan?"<br /> tanya mama.<br /> <br />
"Besok nadin gak bisa ma, besok pagi Nadin ada kuliah sampai siang,
terus sore nya sampai malem Nadin ada acara sama Reni dan yang lain.<br /> Kan besok Valentine, jadi kita bikin acara sama temen-temen, Rizal juga ada, dia bilang mau kasih aku cokelat dari Italy,<br /> pasti enak" ucap Nadin<br /> <br />
"Buat apa ada acara seperti itu? kalau mau cokelat kan bisa mama buatin
cake cokelat kesukaan kamu, jadi kamu gak usah pergi ke acara seperti
itu" ucap sang bunda.<br /> <br /> "Mamah, besok itu hari spesial, cokelatnya juga spesial,<br /> kan juga gak tiap hari Nadin bisa dapet cokelat dari Italy,<br /> sedangkan kalau Cake cokelat buatan mama kan Nadin masih bisa makan kapan saja" sanggah Nadin<br /> <br /> "Tapi Nad, gak usah lah ikut acara seperti itu,<br /> terus mama gimana terapi nya? kan udah di jadwal sama dokter Lisa". lanjut mama nya<br /> <br /> "Ya kan mama bisa naik taksi, biar dianterin sama bi Narsih, lagian acara seperti ini juga gak tiap hari, setaun sekali.<br /> Kalau nganterin mama juga lain kali pasti bisa,<br /> udah ah ma, Nadin laper mau makan dulu" ucap Nadin<br /> <br /> Mama nya masih duduk diam di ruang tamu,<br /> gelisah ia memikirkan sikap puteri nya itu. <br /> Entah kapan ia bisa berubah.<br /> Kadang sang bunda rindu dengan masa kecil Nadin yang sangat bahagia dan baik hati. <br /> Puteri kecil nya dulu yang bahkan tak tega jika mnyakiti seekor semut pun, namun kini ia menyakiti hati ibu nya, <br /> membuat sang Ibu selalu menangis meski tak ia tunjukkan.<br /> _____________<br /> <br /> Pukul 8 malam, Nadin merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur.<br /> Tangan nya tak lepas dari handphone nya, tak ada sms atau telpon dari Rizal, pacar nya.<br /> Ia sedikit marah karena hari ini Rizal tak memberi nya kabar.<br /> Namun dalam hati ia berfikir,<br /> <br /> "Pasti Rizal masih sibuk bikin sureprise buat besok"<br /> ucap Nadin dalam hati, ia pun memejamkan mata dan tertidur.<br /> <br /> **************************<wbr></wbr></span></span></div>
<br />
<span class="word_break"></span>********************<span class="text_exposed_show"></span><span class="hasCaption"><br /><span class="text_exposed_show"> <br /> <br /> 14 Februari,<br /> <br /> Nadin terbangun dari tidurnya, hari ini dia bangun jam 6 pagi,<br /> padahal biasanya sampai jam 8 dia sulit dibangunkan.<br /> Mama nya hanya bisa mendoakan agar ia menjadi puteri nya yang baik seperti saat dulu.<br /> Mama nya sudah cukup lelah, semua nasehat nya tak pernah Nadin dengar,<br /> malahan semakin mama nya marah, semakin Nadin memberontak.<br /> <br /> Nadin membuka lemari pakaiannya,<br />
ia menggerakkan mata nya ke kanan ke kiri, dari atas sampai bawah,
mencari baju yang akan ia pakai untuk ke acara Valentain nanti malam.<br /> <br /> Senyum simpulnya mengembang saat ia melihat gaun merah hati yang terlipat di sudut laci lemari nya.<br /> Ia mengambil baju itu, dan berkaca. <br /> "Pakai baju ini saja nanti malam, pasti cantik" ucapnya.<br /> <br /> Nadin turun ke lantai bawah dan mencari pembantu nya.<br /> "Bi Narsih, baju ini di setrika ya? nanti malam mau tak pakai, yang licin pokoknya" ucap nya.<br /> <br /> "iya mbak, nanti saya setrika yg rapi" jawab Bi Narsih.<br /> <br /> _________________<br /> <br /> Jam 9 pagi, <br /> Nadin bersiap berangkat ke kampus nya, ia sedang sarapan bersama mama nya di ruang makan.<br /> <br /> "Nad, gimana nanti? mama harus terapi hari ini" ucap mama nya<br /> <br /> "Kan kemarin Nadin udah bilang mah, hari ini Nadin gak bisa,<br /> Nadin buru-buru nih mau ke kampus dulu, Nadi berangkat ya?"<br /> ucap Nadin sambil berlalu meninggalkan mama nya.<br /> <br /> "Ya Allah Nadin..." gumam mama nya dalam hati.<br /> <br /> __________________<br /> <br /> Jam demi jam berlalu, <br /> Kelas demi kelas pun usai,<br /> Nadin pun meninggalkan kelas nya.<br /> <br /> "Nadin..." suara seorang wanita mengagetkan Nadin yang sedang berdiri di luar kelas nya.<br /> <br /> "Madina, ada apa? bikin kaget saja" ucap Nadin<br /> <br /> "Gimana nanti? acara seminarnya masih terbuka kok, tiketnya masih ada, kamu mau ikut kan?" ucap Madina<br /> <br />
"Kan kemarin aku udah bilang, aku ada acara sama Reni dan yang lain,
atau kamu ikut aku saja, nanti aku kasih deh cokelat asli dari Italy,
ya? ngapain juga ikut acara seminar kayak orang tua aja" sanggah Nadin.<br /> <br /> "Maaf Nad, aku orang Islam, dan aku menentang acara-acara seperti itu. Acara seperti itu bukan budaya islam" jawab Madina.<br /> <br /> "Jadi menurut kamu aku bukan orang Islam? aku juga Islam.<br /> Memang apa salahnya ikut acara Valentain? lagipula juga gak tiap hari". jawab Nadin dengan sedikit emosi.<br /> <br />
"Nad, memang apa bagusnya acara Valentain? hadist Nabi Muhammad
mengatakan bahwa jika kita mengikuti suatu kaum, maka kita termasuk kaum
tersebut. Acara-acara seperti itu budaya kafir, jangan sampai kita
termasuk golongan kafir Nad". <br /> Madina mencoba mengingatkan Nadin.<br /> <br />
"Kok kamu malah ceramahin aku? kamu itu teman aku atau bukan? aku
ngerti, aku juga bisa bedain mana yg benar dan yang salah, aku cukup
dewasa bisa menjaga diriku.<br /> Udah, aku mau pulang dulu" ucap Nadin sembari pergi.<br /> <br /> Madina memandang Nadin yang telah berlalu,<br />
ada rasa sedih dalam hati nya, sedih melihat Nadin menjadi seperti itu.
Nadin yang baik hati dan penyayang telah berubah menjadi Nadin yang
keras kepala dan pemarah.<br /> <br /> ____________<br /> <br /> Mentari sore telah menyapa Nadin yang sedang asyik memilih-milih aksesoris untuk menunjang penampilannya nanti malam.<br /> <br /> Kotak demi kotak perhiasan ia buka, mencari anting, kalung, dan cincin yang sepadan dengan gaun nya.<br /> Sepatu high heels nya juga telah siap.<br />
hatinya berbunga-bunga, karena hari ini ia akan bertemu dengan Rizal
pacarnya, yang berkata bahwa ia akan memberikan cokelat spesial dari
Italy untuk Nadin.<br /> Nadin juga berharap hari ini Rizal akan melamarnya.<br /> <br /> ____________<br /> <br /> Senja telah hilang dari peraduan, Nadin sedari tadi sibuk menata rambut panjangnya agar terlihat cantik.<br /> Tak berapa lama ia pun telah siap untuk berangkat.<br /> <br />
"Nadin, apa gak sebaiknya kamu dirumah saja? gak usah lah ikut acara
seperti itu, kalau cuma karena cokelat, mama bisa kok buatin cake
cokelat kesukaan kamu, rasanya juga gak kalah sama cokelat dari Italy.
Nanti mama buatkan yang banyak buat kamu, jadi gak usah pergi ke acara
Valentain, ya?<br /> Kamu anterin mama ke terapi ke dokter Lusi saja" bujuk sang mama.<br /> <br /> "Mama, Nadin udah rencanain ini sejak seminggu yang lalu,<br /> Nadin cuma mau ketemu teman-teman, dan juga Rizal mau ngasih Nadin cokelat, apa salahnya sih ma" jawab Nadin.<br /> <br />
"Tapi nak, acara seperti itu haram di agama Islam, itu bukan budaya
kita nak, nanti mama buatkan cake cokelat yang banyak buat kamu. kamu
mau berapa banyak? se loyang? dua loyang? atau lima loyang nanti mama
buatin" ucap mama<br /> <br /> "Mama, Nadin ini udah cukup dewasa, Nadin bisa jaga diri,<br />
lagian kalau cokelat buatan mama masih bisa Nadin makan kapan saja,
kalau hari ini kan enggak. kalau mama mau buat cake cokelat besok-besok
kan juga bisa. udah ah Nadin mau berangkat dulu". Nadin tidak
mendengarkan nasehat mama nya dan bergegas pergi.<br /> <br /> Mama Nadin menangis, hatinya sakit melihat puteri kesayangannya bersikap seperti itu.<br /> <br /> Ia pun turun menuju dapur.<br /> "Bi Narsih, bantu saya siapin adonan buat bikin cake cokelat kesukaan Nadin ya? saya mau buatin untuk dia"<br /> ucap mama Nadin.<br /> <br /> "Tapi bu, ini kan udah malam, lagipula ibu kan kurang sehat, nanti kalau ibu nge drop bagaimana?" ucap Bi Narsih.<br /> <br /> "Gak pa pa bi, saya mau bikin cake buat Nadin, biar dia seneng" <br /> jawab mama nya.<br /> <br /> _______________<br /> <br /> Acara valentain pun telah ramai dipenuhi muda mudi yang saling bertukar cokelat dan bunga.<br /> <br />
Nadin berdiri di luar bersama Reni, mata nya tak henti mengamati lalu
lalang orang, ia mencari-cari Rizal, namun belum juga datang.<br /> Tak
berapa lama matanya menangkap sosok lelaki yang dicintainya itu, memakai
kemeja hitam dan membawa sebuah kotak berpita merah.<br /> <br /> "Rizal..." sapa Nadin sambil melambaikan tangannya ke arah Rizal.<br /> <br /> Rizal melihat Nadin dari kejauhan, dan berjalan menuju nya.<br /> <br /> "Hai, maaf telat". ucap Rizal.<br /> <br /> "Gak pa pa". jawab Nadin<br /> <br /> Mereka pun mengikuti acara itu, yang di isi dengan penampilan band yang menyanyikan lagu-lagu cinta anak muda masa kini.<br /> <br /> Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 11 malam.<br /> Nadin dan Rizal berbincang-bincang di luar tempat acara.<br /> <br /> "Nad, ada hal yang mau aku bicarakan" ucap Rizal <br /> <br /> "Apa?"<br /> Nadin tersipu, dalam hati nya ia berharap jika Rizal akan melamarnya, jantungnya berdegup kencang menanti ucapan dari Rizal.<br /> <br /> "Maaf aku harus mengatakan ini disaat seperti ini.<br /> Tapi aku harus tetap mengatakan nya padamu" ucap Rizal.<br /> <br /> Nadin semakin tidak mengerti, ia bertanya-tanya dalam hati, apa yang ingin dikatakan Rizal.<br /> <br /> "Maaf Nad, sepertinya hubungan kita sudah tidak bisa dilanjutkan lagi. Sebenarnya aku sudah di jodohkan oleh orang tua ku, <br /> dan aku akan segera menikah. Maaf Nad" ungkap Rizal penuh ragu.<br /> <br /> Nadin bagai tersambar petir mendengar ucapan Rizal, ia tak percaya Rizal mematahkan hati nya disaat seperti ini.<br /> Airmatanya berjatuhan, hatinya berontak tak percaya.<br /> <br /> "Apa maksud kamu? Kamu tega sekali". jawab Nadin.<br /> <br /> "Maaf Nad, aku minta maaf, aku yakin kamu akan dapat jodoh yang lebih baik dari aku. <br />
Ini cokelat buat kamu, aku sudah berjanji akan memberikanmu cokelat
spesial ini, mudah-mudahan kamu suka" Ucap Rizal sembari menyodorkan
kotak berpita merah itu yang berisi cokelat.<br /> <br /> "Aku gak butuh cokelat ini" Nadin membanting cokelat itu dengan kasar. Tanpa berkata-kata lagi ia pun pergi meninggalkan Rizal.<br /> <br /> Rizal terdiam menunduk memandangi kotak cokelat itu yang telah rusak oleh Nadin.<br /> <br /> ________________<br /> <br /> Nadin masih belum berhenti menangis hingga ketika ia sampai di depan pintu rumahnya.<br /> Bel berkali-kali di tekan, namun tak ada seorang pun yang membukakan pintu.<br /> Ia semakin kesal dan berteriak memanggil Bi Narsih, namun tetap tak ada jawaban.<br /> <br /> "Permisi mbak.." seorang wanita yang merupakan tetangganya mendekati nya.<br /> <br /> "Iya, ada apa?" tanya Nadin<br /> <br /> "Begini, tadi mama nya mbak Nadin pingsan, terus dibawa ke rumah sakit sama bi Narsih" jawab ibu-ibu itu<br /> <br /> "Pingsan? dirumah sakit mana?" tanya Nadin dengan penuh ketakutan<br /> <br /> "Di Rumah sakit tempat biasanya terapi katanya" jawabnya<br /> <br /> Nadin terkejut mendengar kabar itu, ia pun langsung bergegas menuju rumah sakit.<br /> <br /> ________________<br /> <br /> Mama Nadin terbaring di ranjang rumah sakit,<br /> keadaannya bertambah parah hingga harus dibantu dengan oksigen.<br /> <br /> "Bi, mama kenapa bi?" tanya Nadin setibanya di kamar rawat mama nya.<br /> <br /> "Ibu tadi pingsan mbak di dapur, tadi ibu lagi bikin cake cokelat untuk mbak Nadin, tapi ibu malah pingsan.<br />
Dokter bilang Ibu kecapek'an, tekanan batin, dan harusnya kan hari ini
jadwalnya terapi, tapi tadi gak terapi" jawab bi Narsih dengan wajah
sedih.<br /> <br /> Airmata Nadin semakin tak terkendali. <br /> Ia merasa bersalah karena tidak mendengar nasehat mama nya.<br /> <br /> Ia menghampiri tubuh mama nya yang masih belum sadar, dan mencium kening nya.<br /> <br /> Tangan mama nya bergerak menyentuh tangan Nadin.<br /> <br /> "Mama, maafin Nadin ma.." ucap Nadin sambil mencium tangan mama nya.<br /> <br />
"Nadin, mama sayang Nadin. Nadin harus jadi anak baik seperti dulu,
mama sayang sekali sama Nadin" ucap sang bunda dengan suara lirih.<br /> <br /> "Iya ma, Nadin minta maaf" jawab Nadin dan memeluk mama nya.<br /> <br /> Saat memeluk sang mama, Nadin mendengar mama nya mengucap kalimat-kalimat Allah, dan tiba-tiba suaranya terhenti.<br /> Nadin menatap lekat wajah mama nya, tangan mama nya tak lagi bergerak, Nadin pun menyuruh bi Narsih memanggil dokter.<br /> <br /> "Mama, bangun ma, Nadin janji Nadin berubah, tapi mama harus bangun" ucap Nadin<br /> <br /> Dokter datang dan memeriksa mama nya.<br /> "Maaf mbak, ibu anda sudah tidak ada" ucap dokter<br /> <br /> Nadin terperanjat, ia pun berteriak-teriak memanggil-manggil mama nya, namun sia-sia.<br /> <br /> Airmata nya meleleh, <br /> beberapa kejadian sebelum nya terkenang di memori ingatannya.<br /> ia yang membantah ucapan mama nya, <br /> tidak mendengarkan nasehat mama nya,<br /> bahkan lebih memilih pergi ke acara valentain daripada mengantar mama nya terapi.<br /> Penyesalan itu terlalu berat baginya.<br /> <br /> **************************<wbr></wbr></span></span><br />
<span class="word_break"></span>*********************<br /><br />
<span class="hasCaption"><span class="text_exposed_show"> </span></span><span class="hasCaption"><span class="text_exposed_show">15 Februari,<br /> <br /> Pagi ini udara sangat sejuk,<br /> kebun mawar Nadin bermekaran mewarnai hamparan kebun dengan indahnya.<br /> Namun suasana itu berbeda dengan suasana hati Nadin.<br /> <br /> Pagi ini jenazah mama nya akan di kebumikan.<br /> Belum cukup rela hati Nadin untuk menerima semua ini.<br /> namun ini adalah takdir yang harus ia lalui dengan sabar.<br /> <br /> Rumahnya sudah ramai oleh kerabat dan para tetangganya untuk mengantar jenazah ke tempat peristirahatan terakhirnya.<br /> <br /> Ayah Nadin terlihat duduk diantara mereka, bersama keluarga baru nya.<br /> Nadin menghampiri ayahnya dan mencium tangan ayahnya.<br /> <br /> "kamu yang sabar ya? setelah ini kamu tinggal saja dengan papa ke Bandung". ucap ayahnya.<br /> <br /> "Tidak pah, Nadin mau tetap disini, supaya Nadin bisa selalu menengok mama. Nadin mau tinggal disini sama bi Narsih"<br /> jawab Nadin.<br /> <br /> Pukul 9 pagi jenazah mama nya pun diantar,<br /> setelah dikebumikan, Nadin menabur bunga di atas makam mama nya, diiringi airmata yang tiada habis.<br /> Seusai berdoa para pelayat pun pulang meninggalkan makam itu.<br /> <br /> Tinggallah Nadin yang ditemani Madina yang masih belum beranjak pergi.<br /> "Ma, maafin Nadin, Semoga mama tenang disana, Nadin akan selalu doain mama". ucap Nadin<br /> <br /> Madina memeluk pundak Nadin, dan mengisyaratkan untuk pulang.<br /> Mereka pun meninggalkan makam itu dan kembali pulang.<br /> <br /> "Nad, maaf aku gak bisa mampir ke rumah, karena aku mau ngajar, insyaAllah besok aku ke rumah ya?" ucap Madina.<br /> <br /> "Iya, gak pa pa, makasih ya?" jawab Nadin.<br /> <br /> ________________<br /> <br /> Nadin sampai dirumah dengan wajah lesu.<br /> Rumahnya kini sepi, hampa.<br /> Tiada lagi senyum indah mama nya yang menghisai hari-hari nya.<br /> Tiada lagi yang memberinya nasehat-nasehat.<br /> <br /> Nadin masuk ke kamar mama nya, dan duduk di ranjang.<br /> ia mengusap-usap ranjang mama nya dengan hati pebuh luka.<br /> Ia membuka laci kecil disamping ranjang, di lihatnya sebuah foto yang tergeletak disana.<br /> <br /> Nadin mengamati foto itu, foto keluarganya dulu, saat masih lengkap dengan kedua orang tua nya.<br /> Tak sengaja ia membalik foto itu, sebuah tulisan tersusun rapi disana.<br /> <br /> "Mama sayang Nadin,<br /> mama ingin Nadin berubah.<br /> Mama sayang Nadin, <br /> maka dari itu mama selalu memberi nasehat.<br /> Mama sayang Nadin,<br /> Rindu Nadin yang dulu<br /> Yang selalu tersenyum ramah pada semua orang.<br /> Nadin yang baik hati,<br /> Nadin yang selalu menjaga mama,<br /> Nadin yang selalu membela mama.<br /> Mama sayang Nadin..."<br /> <br /> Tak terasa Nadin terisak membaca tulisan itu.<br /> Betapa ia sangat menyesal tidak bisa menjadi seperti yang mama nya harapkan.<br /> <br /> "Mbak Nadin, ikut bibi sebentar yuk" ucap bi Narsih yang sudah berdiri di depan pintu kamar mama nya.<br /> <br /> Nadin mengikuti bi Narsih, ternyata menuju dapur.<br /> <br /> "Kemarin malem ibu bikin cake cokelat kesukaan mbak Nadin.<br />
Ibu tidak ingin mbak Nadin pergi ke acara valentain, jadi ibu bikin kue
buat mbak Nadin, tapi... baru sepotong yang sudah matang ibu langsung
drop dan pingsan.<br /> Ini kue nya bibi taruh di dalem kulkas" bi Narsih mengeluarkan sepotong cake cokelat buatan mama nya.<br /> <br /> Nadin menerima cake itu dengan sedih, justru kali ini isakan tangisnya semakin parah.<br /> <br /> "mama..." ucapnya<br /> <br />
Ia teringat ucapannya kepada mama nya ketika sang mama melarang nya
untuk ikut acara valentine hanya demi mendapatkan cokelat dari Rizal.
Sedangkan ia bilang masih bisa makan cokelat buatan mama nya kapan saja.<br /> <br /> Ia sadar, ia salah besar.<br /> bahkan Rizal pun memutuskan hubungan mereka,<br /> dan cokelat dari Rizal ia buang.<br /> <br /> Dan kini ia hanya bisa menyesali semua tindakannya.<br /> Ketika ia lebih memilih pergi ke acara itu dan menolak ketika mama nya minta diantar ke dokter untuk terapi.<br /> <br /> Kini ia tak bisa lagi menikmati cake cokelat buatan mama nya sendiri,<br /> dan yang di pegangnya kini adalah cake terakhir buatan mama nya.<br /> <br /> Sambil menangis Nadin memakan cake itu,<br /> ia baru merasakan betapa enak cake buatan mama nya sendiri.<br /> Lebih enak dari apapun di dunia ini.<br /> <br /> "Ini sepotong cake cokelat terakhir dari mama,<br /> aku tidak bisa lagi memakan cake buatan mama" ucap Nadin sambil menangis.<br /> <br /> "Sabar ya mbak Nadin" bi Narsih mencoba menenangkan hati Nadin.<br /> <br /> _________________<br /> <br /> Nadin membersihkan kamar mama nya,<br /> menata nya dengan rapi agar tetap terlihat bersih seperti semula.<br /> <br /> Nadin membuka lemari mama nya, dan menata baju-baju dan juga jilbab mama nya dengan rapi.<br /> <br /> Kini ia tak lagi seperti dulu, ia belajar menjadi Nadin yang sesuai dengan harapan mama nya.<br /> <br /> ***************<br /> <br /> Desau angin berhembus cukup kencang,<br /> Sore ini Madina sedang sibuk mengajar mengaji anak-anak didiknya di rumahnya.<br /> Terdengar suara anak-anak kecil saling bersahutan mengikuti ucapan Madina dengan semangat.<br /> <br /> "Tok tok tok..." bunyi ketukan pintu memecah suasana.<br /> <br /> "Sebentar ya adik-adik, mbak Madina lihat keluar dulu, ada tamu" ucap Madina.<br /> <br /> "Iya mbak.." jawab anak-anak<br /> <br /> Madina membuka pintu depan, dilihatnya seorang wanita berjilbab berdiri membelakangi pintu.<br /> <br /> "Maaf, cari siapa ya?" tanya Madina dengan sopan.<br /> <br /> Wanita itu pun memalingkan wajahnya ke arah Madina sambil tersenyum.<br /> <br /> "Nadin, kamu Nadin..." Madina terkejut dengan apa yg di lihatnya.<br /> <br />
Nadin datang ke rumah Madina, namun kali ini penampilannya berbeda. Tak
ada lagi celana jeans dan rambut panjangnya yang terurai.<br /> Ia kini memakai baju gamis panjang lengkap dengan jilbab nya, tanpa make up yang membuatnya justru semakin terlihat cantik.<br /> <br /> Madina tersenyum, Nadin malah menjadi malu karena Madina tak henti menatapnya dari atas hingga bawah.<br /> <br /> "Kok lihat nya gitu sih? aku gak pantes ya pakai baju seperti ini?" nadin cemberut <br /> <br /> "Bukan gitu Nad, justru kamu cantik banget, subhanallah" jawab Madina.<br /> <br /> "Aku mau hijrah, aku mau jadi wanita yang baik seperti mu. kamu bantu aku ya?" pinta Nadin.<br /> <br /> "aku juga belum bisa jadi wanita yang baik segalanya, jadi kita belajar sama-sama ya?" jawab Madina<br /> <br /> "Terimakasih ya? Kamu memang sahabatku yang baik. Aku boleh minta tolong gak?" tanya Nadin<br /> <br /> "Apa?"<br /> <br />
"Aku merasa tidak cocok dengan nama Nadin, itu nama dari ayahku, dulu
mama pernah cerita katanya sempat tidak suka dengan nama itu. Aku sudah
berubah, bolehkah aku merubah nama itu?" ucap Nadin.<br /> <br /> "Hemm....
semua kejadian yang ada bukanlah karena kesalahan dari nama kamu. Itu
semua sudah takdir, tapi boleh juga kalau kamu punya panggilan baru,
tapi apa ya?" Madina mulai berfikir keras.<br /> Nadin diam menunggu jawaban dari Madina.<br /> <br /> "Khumaira,, bagaimana kalau aku panggil kamu Khumaira?" ucap madina.<br /> <br /> "Khumaira? memang apa artinya?" tanya Nadin bingung<br /> <br /> "Khumaira itu sebutan untuk isteri Nabi Muhammad, Aisyah.<br /> Artinya pipi yang kemerah-merahan. Kamu kan cantik, kalau senyum pipimu merah, jadi aku panggil kamu Khumaira".<br /> lanjut Madina.<br /> <br /> "Hemm.. boleh juga tuh.. Khumaira". ucap nadin<br /> <br /> Mereka pun tertawa bersama.<br /> <br /> "Kakak, ayo kita lanjutkan ngajinya" ucap salah seorang murid Madina.<br /> <br /> "Iya sayang, sebentar ya?" jawab madina.<br /> <br /> "Kamu mau kan ngajarin aku ngaji?" pinta Khumaira.<br /> <br /> "Tapi aku ngajar nya anak-anak kecil, kamu gak apa apa?" tanya Madina.<br /> <br /> "Gak apa-apa, kamu anggap aja aku anak kecil, hehe" ucap Khumaira.<br /> <br /> "Oke, ayo kita masuk"<br /> Madina menggandeng tangan Nadin, Khumaira. <br /> Mengajaknya hIjrah dari kegelapan menuju cahaya yang terang, <br /> Dari kesedihan menuju meraih cinta yang hakiki, Cinta Illahi.<br /> <br /> ==========================<wbr></wbr></span></span><br />
<br /><span class="word_break"></span>===TAMAT===============================
</div>
Admin EmHAhttp://www.blogger.com/profile/05429968825067058352noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4700137061092936302.post-59294747516577791622012-01-20T14:18:00.000+07:002012-01-20T14:18:38.227+07:00Kisah/Riwayat Nabi Ibrahim AS<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <br />
<div align="justify"><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5YcEXIuYQFCQZkPoemiA8i-xaaLieQvuFpsKdfcFLDkPQ1ZODLznd7cDyu00vDZcilFPEtECZFQBIB_1lM9NkY1R4nieQlwk9n-UgcxdPtu0TX8YyGZXv5YFlMM6xA4YhD_sHzC_S3kY/s1600/1280px-Mausoleum_Nabi_Ibrahim.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5YcEXIuYQFCQZkPoemiA8i-xaaLieQvuFpsKdfcFLDkPQ1ZODLznd7cDyu00vDZcilFPEtECZFQBIB_1lM9NkY1R4nieQlwk9n-UgcxdPtu0TX8YyGZXv5YFlMM6xA4YhD_sHzC_S3kY/s200/1280px-Mausoleum_Nabi_Ibrahim.JPG" width="200" /></a></div><br />
<br />
Nabi Ibrahim as mendapatkan tempat khusus di sisi Allah SWT. Ibrahim termasuk salah satu nabi ulul azmi di antara lima nabi di mana Allah SWT mengambil dari mereka satu perjanjian yang berat. Kelima nabi itu adalah Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad saw—sesuai dengan urutan diutusnya mereka. Ibrahim adalah seorang nabi yang diuji oleh Allah SWT dengan ujian yang jelas. Yaitu ujian di atas kemampuan manusia biasa. Meskipun menghadapi ujian dan tantangan yang berat, Nabi Ibrahim tetap menunjukkan sebagai seorang hamba yang menepati janjinya dan selalu menunjukan sikap terpuji.</div><a name='more'></a>Allah SWT berfirman:<br />
<br />
<div align="justify"></div><div align="justify">"Dan Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji. " (QS. an-Najm: 37)</div><div align="justify"></div><div align="justify">Allah SWT menghormati Ibrahim dengan penghormatan yang khusus. Allah SWT menjadikan agamanya sebagai agama tauhid yang murni dan suci dari berbagai kotoran, dan Dia menjadikan akal sebagai alat penting dalam menilai kebenaran bagi orang-orang yang mengikuti agama-Nya. Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Dan tidak ada yang bend kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya Dia di akhirat benar-benar termasuk orang yang saleh." (QS. al-Baqarah: 130)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Allah SWT memuji Ibrahim dalam flrman-Nya:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan). " (QS. an-Nahl: 120)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Termasuk keutamaan Allah SWT yang diberikan-Nya kepada Ibrahim adalah, Dia menjadikannya sebagai imam bagi manusia dan menganugrahkan pada keturunannya kenabian dan penerimaan kitab (wahyu). Oleh karena itu, kita dapati bahwa setiap nabi setelah Nabi Ibrahim as adalah anak-anak dan cucu-cucunya. Ini semua merupakan bukti janji Allah SWT kepadanya, di mana Dia tidak mengutus seorang nabi kecuali datang dari keturunannya. Demikian juga kedatangan nabi yang terakhir, yaitu Nabi Muhammad saw, adalah sebagai wujud dari terkabulnya doa Nabi Ibrahim yang diucapkannya kepada Allah SWT di mana ia meminta agar diutus di tengah-tengah kaum yang umi seorang rasul dari mereka. Ketika kita membahas keutamaan Nabi Ibrahim dan penghormatan yang Allah SWT berikan kepadanya, niscaya kita akan mendapatkan hal-hal yang menakjubkan.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Kita di hadapan seorang manusia dengan hati yang suci. Manusia yang ketika diperintahkan untuk menyerahkan diri ia pun segera berkata, bahwa aku telah menyerahkan diriku kepada Pengatur alam semesta. Ia adalah seorang Nabi yang pertama kali menama kan kita sebagai al-Muslimin (orang-orang yang menyerahkan diri). Seorang Nabi yang doanya terkabul dengan diutusnya Muhammad bin Abdillah saw. la adalah seorang Nabi yang merupakan kakek dan ayah dari pada nabi yang datang setelahnya. Ia seorang Nabi yang lembut yang penuh cinta kasih kepada manusia dan selalu kembali kepada jalan kebenaran. Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah." (QS. Hud: 75)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"(Yaitu): Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim." (QS. as-Shaffat: 109)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Demikianlah Allah SWT sebagai Pencipta memperkenalkan hamba-Nya Ibrahim. Tidak kita temukan dalam kitab Allah SWT penyebutan seorang nabi yang Allah SWT angkat sebagai kekasih-Nya kecuali Ibrahim. Hanya ia yang Allah SWT khususkan dengan firman-Nya:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya." (QS. an-Nisa': 125)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Para ulama berkata bahwa al-Hullah adalah rasa cinta yang sangat. Demikianlah pengertian dari ayat tersebut. Allah SWT mengangkat Ibrahim sebagai kekasih-Nya. Ini merupakan suatu kedudukan yang mulia dan sangat tinggi. Di hadapan kedudukan yang tinggi ini, Ibrahim duduk dan merenung: aku telah memperoleh dan apa yang aku peroleh. Hati apakah yang ada di dalam diri Nabi Ibrahim, rahmat apa yang diciptakan, dan kemuliaan apa yang dibentuk, dan cinta apa yang diberikan. Sesungguhnya puncak harapan para pejalan rohani dan tujuan akhir para sufi adalah "merebut" cinta Allah SWT. Bukankah setiap orang membayangkan dan mengangan-angankan untuk mendapatkan cinta dari Allah SWT? Demikianlah harapan setiap manusia.</div><div align="justify"></div><div align="justify">Nabi Ibrahim adalah seorang harnba Allah SWT yang berhak diangkat-Nya menjadi al-Khalil (kekasih Allah SWT). Itu adalah derajat dari derajat-derajat kenabian yang kita tidak mengetahui nilainya. Kita juga tidak mengetahui bagaimana kita menyifatinya. Berapa banyak pernyataan-pernyataan manusia berkaitan dengan hal tersebut, namun rasa-rasanya ia laksana penjara yang justru menggelapkannya. Kita di hadapan karunia Ilahi yang besar yang terpancar dari cahaya langit dan bumi. Adalah hal yang sangat mengagumkan bahwa setiap kali Nabi Ibrahim mendapatkan ujian dan kepedihan, beliau justru menciptakan permata. Adalah hal yang sangat mengherankan bahwa hati yang suci ini justru menjadi matang sejak usia dini.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Al-Qur'an al-Karim tidak menceritakan tentang proses kelahirannya dan masa kecilnya. Kita mengetahui bahwa di masa Nabi Ibrahim manusia terbagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama menyembah patung-patung yang terbuat dari kayu dan batu. Kelompok kedua menyembah bintang dan bulan dan kelompok ketiga menyembah raja-raja atau penguasa. Cahaya akal saat itu padam sehingga kegelapan memenuhi segala penjuru bumi. Akhirnya, kehausan bumi untuk mendapatkan rahmat dan kelaparannya terhadap kebenaran pun semakin meningkat. Dalam suasana yang demikianlah Nabi Ibrahim dilahirkan. Ia dilahirkan dari keluarga yang mempunyai keahlian membuat patung atau berhala. Disebutkan bahwa ayahnya meninggal sebelum ia dilahirkan kemudian ia diasuh oleh pamannya di mana pamannya itu menduduki kedudukan ayahnya. Nabi Ibrahim pun memanggil dengan sebutan-sebutan yang biasa ditujukan kepada seorang ayah. Ada juga ada yang mengatakan bahwa ayahnya tidak meninggal dan Azar adalah benar-benar ayahnya. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Azar adalah nama salah satu patung yang cukup terkenal yang dibuat oleh ayahnya. Alhasil, Ibrahim berasal dari keluarga semacam ini.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Kepala keluarga Ibrahim adalah salah seorang seniman yang terbiasa memahat patung-patung sehingga profesi si ayah mendapatkan kedudukan istimewa di tengah-tengah kaumnya. Keluarga Nabi Ibrahim sangat dihormati. Dalam bahasa kita saat ini bisa saja ia disebut dengan keluarga aristokrat. Dari keluarga semacam ini lahir seorang anak yang mampu menentang penyimpangan dari keluarganya sendiri, dan menentang sistem masyarakat yang rusak serta melawan berbagai macam ramalan para dukun, dan menentang penyembahan berhala dan bintang, serta segala bentuk kesyirikan. Akhirnya, beliau mendapatkan ujian berat saat beliau dimasukkan ke dalam api dalam keadaan hidup-hidup. Kita tidak ingin mendahului peristiwa tersebut. Kami ingin memulai kisah Nabi Ibrahim sejak masa kecilnya. Nabi Ibrahim adalah seseorang yang akalnya cemerlang sejak beliau berusia muda. Allah SWT menghidupkan hatinya dan akalnya dan memberinya hikmah sejak masa kecilnya.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Nabi Ibrahim mengetahui saat beliau masih kecil bahwa ayahnya seseorang yang membuat patung-patung yang unik.<a href="http://www.ladang.net.my/modules/Rasul/ibrahim.htm#_edn1" name="_ednref1" title="_ednref1">[1]</a> Pada suatu hari, ia bertanya terhadap ciptaan ayahnya kemudian ayahnya memberitahunya bahwa itu adalah patung-patung dari tuhan-tuhan. Nabi Ibrahim sangat keheranan melihat hal tersebut, kemudian timbul dalam dirinya—melalui akal sehatnya—penolakan terhadapnya. Uniknya, Nabi Ibrahim justru bermain-main dengan patung itu saat ia masih kecil, bahkan terkadang ia menunggangi punggung patung-patung itu seperti orang-orang yang biasa menunggang keledai dan binatang tunggangan lainya. Pada suatu hari, ayahnya melihatnya saat menunggang punggung patung yang bernama Mardukh. Saat itu juga ayahnya marah dan memerintahkan anaknya agar tidak bermain-main dengan patung itu lagi.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Ibrahim bertanya: "Patung apakah ini wahai ayahku? Kedua telinganya besar, lebih besar dari telinga kita." Ayahnya menjawab: "Itu adalah Mardukh, tuhan para tuhan wahai anakku, dan kedua telinga yang besar itu sebagai simbol dari kecerdasan yang luar biasa." Ibrahim tampak tertawa dalam dirinya padahal saat itu beliau baru menginjak usia tujuh tahun.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Injil Barnabas melalui lisan Nabi Isa menceritakan kepada kita, bahwa Nabi Ibrahim mengejek ayahnya saat beliau masih kecil. Suatu hari, Ibrahim bertanya kepada ayahnya: "Siapa yang menciptakan manusia wahai ayahku?" Si ayah menjawab: "Manusia, karena akulah yang membuatmu dan ayahku yang membuat aku." Ibrahim justru menjawab: "Tidak demikian wahai ayahku, karena aku pernah mendengar seseorang yang sudah tua yang berkata: "Wahai Tuhanku mengapa Engkau tidak memberi aku anak."</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Si ayah berkata: "Benar wahai anakku, Allah yang membantu manusia untuk membuat manusia namun Dia tidak meletakkan tangan-Nya di dalamnya. Oleh karena itu, manusia harus menunjukkan kerendahan di hadapan Tuhannya dan memberikan kurban untuk-Nya." Kemudian Ibrahim bertanya lagi: "Berapa banyak tuhan-tuhan itu wahai ayahku?" Si ayah menjawab: "Tidak ada jumlahnya wahai anakku." Ibrahim berkata: "Apa yang aku lakukan wahai ayahku jika aku mengabdi pada satu tuhan lalu tuhan yang lain membenciku karena aku tidak mengabdi pada-Nya? Bagaimana terjadi persaingan dan pertentangan di antara tuhan? Bagaimana seandainya tuhan yang membenciku itu membunuh tuhanku? Boleh jadi ia membunuhku juga."</div><div align="justify"></div><div align="justify">Si ayah menjawab dengan tertawa: "Kamu tidak perlu takut wahai anakku, karena tidak ada permusuhan di antara sesama tuhan. Di dalam tempat penyembahan yang besar terdapat ribuan tuhan dan sampai sekarang telah berlangsung tujuh puluh tahun. Meskipun demikian, belum pernah kita mendengar satu tuhan memukul tuhan yang lain." Ibrahim berkata: "Kalau begitu terdapat suasana harmonis dan kedamaian di antara mereka."Si ayah menjawab: "Benar."</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Ibrahim bertanya lagi: "Dari apa tuhan-tuhan itu diciptakan? Orang tua itu menjawab: "Ini dari kayu-kayu pelepah kurma, itu dari zaitun, dan berhala kecil itu dari gading. Lihatlah alangkah indahnya. Hanya saja, ia tidak memiliki nafas." Ibrahim berkata: "Jika para tuhan tidak memiliki nafas, maka bagaimana mereka dapat memberikan nafas? Bila mereka tidak memiliki kehidupan bagiamana mereka memberikan kehidupan? Wahai ayahku, pasti mereka bukan Allah." Mendengar ucapan Ibrahim itu, sang ayah menjadi berang dan marah sambil berkata: "Seandainya engkau sudah dewasa niscaya aku pukul dengan kapak ini."</div><div align="justify"></div><div align="justify">Ibrahim berkata: "Wahai ayahku, jika para tuhan mambantu dalam penciptaan manusia, maka bagaimana mungkin manusia menciptakan tuhan? Jika para tuhan diciptakan dari kayu, maka membakar kayu merupakan kesalahan besar, tetapi katakanlah wahai ayahku, bagaimana engkau menciptakan tuhan-tuhan dan membuat baginya tuhan yang cukup baik, namun bagaimana tuhan-tuhan membantumu untuk membuat anak-anak yang cukup banyak sehingga engkau menjadi orang yang paling kuat di dunia?"</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Selesailah dialog antara Ibrahim dan ayahnya dengan terjadinya pemukulan oleh si ayah terhadap Ibrahim. Kemudian berlalulah hari demi hari dan Ibrahim menjadi besar. Sejak usia anak-anak, hati Ibrahim menanam rasa benci terhadap patung-patung yang dibuat oleh ayahnya sendiri. Ibrahim tidak habis mengerti, bagaimana manusia yang berakal membuat patung-patung dengan tangannya sendiri kemudian setelah itu ia sujud dan menyembah terhadap apa yang dibuatnya.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Ibrahim memperhatikan bahwa patung-patung tersebut tidak makan dan minum dan tidak mampu berbicara, bahkan seandainya ada seseorang yang membaliknya ia tidak mampu bangkit dan berdiri sebagaimana asalnya. Bagaimana manusia membayangkan bahwa patung-patung tersebut dapat mendatangkan bahaya dan memberikan manfaat? Pemikiran ini banyak merisaukan Ibrahim dalam tempo yang lama. Apakah mungkin semua kaumnya bersalah sementara hanya ia yang benar? Bukankah yang demikian ini sangat mengherankan?</div><div align="justify"></div><div align="justify">Kaum Nabi Ibrahim mempunyai tempat penyembahan yang besar yang dipenuhi berbagai macam berhala. Di tengah-tengah tempat penyembahan itu terdapat mihrab yang diletakkan di dalamnya patung-patung yang paling besar. Ibrahim mengunjungi tempat itu bersama ayahnya saat ia masih kecil. Ibrahim memandang berhala-berhala yang terbuat dari batu-batuan dan kayu itu dengan pandangan yang menghinakan. Hal ini sangat mengherankan masyarakat pada saat itu karena saat memasuki tempat penyembahan itu, mereka menampakkan ketundukan dan kehormatan di hadapan patung-patung. Bahkan mereka mengangis dan memohon berbagai macam hal. Seakan-akan patung-patung itu mendengar apa yang mereka keluhkan dan bicarakan.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Mula-mula pemandangan tersebut membuat Ibrahim tertawa kemudian lama-lama Ibrahim marah. Hal yang mengherankan baginya bahwa manusia-manusia itu semuanya tertipu, dan yang semakin memperumit masalah adalah, ayah Ibrahim ingin agar Ibrahim menjadi dukun saat ia besar. Ayah Ibrahim tidak menginginkan apa-apa kecuali agar Ibrahim memberikan penghormatan kepada patung-patuung itu, namun ia selalu mendapati Ibrahim menentang dan meremehkan patung-patung itu.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Pada suatu hari Ibrahim bersama ayahnya masuk di tempat penyembahan itu. Saat itu terjadi suatu pesta dan perayaan di hadapan patung-patung, dan di tengah-tengah perayaan tersebut terdapat seorang tokoh dukun yang memberikan pengarahan tentang kehebatan tuhan berhala yang paling besar. Dengan suara yang penuh penghayatan, dukun itu memohon kepada patung agar menyayangi kaumnya dan memberi mereka rezeki. Tiba-tiba keheningan saat itu dipecah oleh suara Ibrahim yang ditujukan kepada tokoh dukun itu: "Hai tukang dukun, ia tidak akan pernah mendengarmu. Apakah engkau meyakini bahwa ia mendengar?" Saat itu manusia mulai kaget. Mereka mencari dari mana asal suara itu. Ternyata mereka mendapati bahwa suara itu suara Ibrahim. Lalu tokoh dukun itu mulai menampakkan kerisauan dan kemarahannya. Tiba-tiba si ayah berusaha menenangkan keadaan dan mengatakan bahwa anaknya sakit dan tidak mengetahui apa yang dikatakan.</div><div align="justify"></div><div align="justify">Lalu keduanya keluar dari tempat penyembahan itu. Si ayah menemani Ibrahim menuju tempat tidurnya dan berusaha menidurkannya dan meninggalkannya setelah itu. Namun, Ibrahim tidak begitu saja mau tidur ketika beliau melihat kesesatan yang menimpa manusia. Beliau pun segera bangkit dari tempat tidurnya. Beliau bukan seorang yang sakit. Beliau merasa dihadapkan pada peristiwa yang besar. Beliau menganggap mustahil bahwa patung-patung yang terbuat dari kayu-kayu dan batu-batuan itu menjadi tuhan bagi kaumnya. Ibrahim keluar dari rumahnya menuju ke gunung. Beliau berjalan sendirian di tengah kegelapan. Beliau memilih salah satu gua di gunung, lalu beliau rnenyandarkan punggungnya dalam keadaan duduk termenung. Beliau memperhatikan langit. Beliau mulai bosan memandang bumi yang dipenuhi dengan suasana jahiliyah yang bersandarkan kepada berhala.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Tidak lama setelah Nabi Ibrahim memperhatikan langit kemudian beliau melihat-lihat berbagai bintang yang disembah di bumi. Saat itu hati Nabi Ibrahim—sebagai pemuda yang masih belia— merasakan kesedihan yang luar biasa. Lalu beliau melihat apa yang di belakang bulan dan bintang. Hal itu sangat mengagumkannya. Mengapa manusia justru menyembah ciptaan Tuhan? Bukankah semua itu muncul dan tenggelam dengan izin-Nya. Nabi Ibrahim mengalami dialog internal dalam dirinya. Allah SWT menceritakan keadaan ini dalam surah al-An'am:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azar: 'Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.' Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan di bumi, dan Kami (memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malam menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: 'Inilah Tuhanku,' tetapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata: 'Saya tidak suka kepada yang tenggelam.'" (QS. al-An'am: 74-76)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Al-Qur'an tidak menceritakan kepada kita peristiwa atau suasana yang dialami Ibrahim saat menyatakan sikapnya dalam hal itu, tapi kita merasa dari konteks ayat tersebut bahwa pengumuman ini terjadi di antara kaumnya. Dan tampak bahwa kaumnya merasa puas dengan hal tersebut. Mereka mengira bahwa Ibrahim menolak penyembahan berhala dan cenderung pada penyembahan bintang. Kita ketahui bahwa di zaman Nabi Ibrahim manusia menjadi tiga bagian. Sebagian mereka menyembah berhala sebagian lagi menyembah bintang, dan sebagian yang lain menyembah para raja. Namun di saat pagi, Nabi Ibrahim mengingatkan kaumnya dan membikin mereka terkejut di mana bintang-bintang yang diyakininya kemarin kini telah tenggelam. Ibrahim mengatakan bahwa ia tidak menyukai yang tenggelam. Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: 'Inilah Tuhanku.'" (QS. al-An'am: 76)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Ibrahim kembali merenung dan memberitahukan kaumnya pada malam kedua bahwa bulan adalah tuhannnya. Kaum Nabi Ibrahim tidak mengetahui atau tidak memiliki kapasitas logika yang cukup atau kecerdasan yang cukup, bahwa sebenarnya Ibrahim ingin menyadarkan dengan cara sangat lembut dan dan penuh cinta. Bagaimana mereka menyembah tuhan yang terkadang tersembunyi dan terkadang muncul atau terkadang terbit dan terkadang tenggelam. Mula-mula kaum Nabi Ibrahim tidak mengetahui yang demikian itu. Pertama-tama Ibrahim menyanjung bulan tetapi ternyata bulan seperti bintang yang lain, ia pun muncul dan tenggelam: Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Kemudian tatkala dia melihat sebuah bulan terbit dia berkata: 'Inilah Tuhanku.' Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: 'Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.'" (QS. al-An'am: 77)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Kita perhatikan di sini bahwa beliau berbicara dengan kaumnya tentang penolakan penyernbahan terhadap bulan. Ibrahim berhasil "merobek" keyakinan terhadap penyernbahan bulan dengan penuh kelembutan dan ketenangan. Bagaimana manusia menyembah tuhan yang terkadang tersembunyi dan terkadang muncul. Sungguh, kata Ibrahim, betapa aku membayangkan apa yang terjadi padaku jika Tuhan tidak membimbingku. Nabi Ibrahim mengisyaratkan kepada mereka bahwa beliau memiliki Tuhan, bukan seperti tuhan-tuhan yang mereka sembah. Namun lagi-lagi mereka belum mampu menangkap isyarat Nabi Ibrahim. Beliau pun kembali menggunakan argumentasi untuk menundukkan kelompok pertama dari kaumnya, yaitu penyembah bintang. Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: 'Inilah Tuhanku. Inilah yang lebih besar.' Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: 'Hai kaumkku, sesungguhnya aku berlepas dirt dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.'" (QS. al-An'am: 78-79)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Ibrahim berdialog dengan penyembah matahari. Beliau memberitahukan bahwa matahari adalah tuhannya karena dia yang terbesar. Lagi-lagi Ibrahim memainkan peran yang penting dalam rangka menggugah pikiran mereka. Para penyembah matahari tidak mengetahui bahwa mereka menyembah makhluk. Jika mereka mengira bahwa ia adalah besar, maka Allah SWT Maha Besar.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Setelah Ibrahim memberitahukan bahwa matahari adalah tuhannya, beliau menunggu saat yang tepat sehingga matahari itu tenggelam dan ternyata benar dia bagaikan sembahan-sembahan yang lain yang suatu saat akan tenggelam. Setelah itu Ibrahim memploklamirkan bahwa beliau terbebas dari penyernbahan bintang.</div><div align="justify"></div><div align="justify">Ibrahim mulai memandang dan memberikan pengarahan kepada kaumnya bahwa di sana ada Pencipta langit dan bumi. Argumentasi Ibrahim mampu memunculkan kebenaran, tetapi sebagaimana biasa kebatilan tidak tunduk begitu saja. Mereka mulai menampakkan taringnya dan mulai menggugat keberadaan dan kenekatan Ibrahim as. Mereka mulai menentang Nabi Ibrahim dan mulai mendebatnya dan bahkan mengancamnya. Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Dan dia dibantah oleh kaumnya. Dia berkata: "Apakah kamu hendak membantahku tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku. Dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali jika Tuhanku mengendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apahah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) ? Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah) padahal kamu tidak takut mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukan-Nya. Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui)?'" (QS. al-An'am: 80-81)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Kita tidak mengetahui sampai sejauh mana ketajaman pergulatan antara Nabi Ibrahim dan kaumnya, dan bagaimana cara mereka menakut-nakuti Nabi Ibrahim. Al-Qur'an tidak menyinggung hal tersebut. Namun yang jelas, tempat mereka yang penuh kebatilan itu mampu dilumpuhkan oleh Al-Qur'an. Dari cerita tersebut, Al-Qur'an mengemukakan Nabi bahwa Ibrahim menggunakan logika seorang yang berpikir sehat. Menghadapi berbagai tantangan dan ancaman dari kaumnya, Nabi Ibrahim justru mendapatkan kedamaian dan tidak takut kepada mereka. Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukan iman mereka dengan kelaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. " (QS. al-An'am: 82)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Allah SWT selalu memberikan hujah atau argumentasi yang kuat kepada Nabi Ibrahim sehingga beliau mampu menghadapi kaumnya. Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. " (QS. al-An'am: 83)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Ibrahim didukung oleh Allah SWT dan diperlihatkan kerajaan langit dan bumi. Demikianlah Nabi Ibrahim terus melanjutkan penentangan pada penyembahan berhala. Tentu saat ini pergulatan dan pertentangan antara beliau dan kaumnya semakin tajam dan semakin meluas. Beban yang paling berat adalah saat beliau harus berhadapan dengan ayahnya, di mana profesi si ayah dan rahasia kedudukannya merupakan biang keladi dari segala penyembahan yang diikuti mayoritas kaumnya. Nabi Ibrahim keluar untuk berdakwah kepada kaumnya dengan berkata:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadah kepadanya? Mereka menjawab: 'Kami mendapati bapak-bapak Kami menyembahnya." Ibrahim berkata: 'Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata.' Mereka menjawab: 'Apakah kamu datang kepada kami sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang yang bermain-main?' Ibrahim berkata: 'Sebenarnya tuhan kamu adalah Tuhan langit dan burnt yang telah menciptakan-Nya; dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu.'" (QS. al-Anbiya': 52-56)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Selesailah urusan. Mulailah terjadi pergulatan antara Nabi Ibrahim dan kaumnya. Tentu yang termasuk orang yang paling menentang beliau dan marah kepada sikap beliau itu adalah ayahnya dan pamannya yang mendidiknya laksana seorang ayah. Akhirnya, si ayah dan si anak terlibat dalam pergulatan yang sengit di mana kedua-duanya dipisahkan oleh prinsip-primsip yang berbeda. Si anak bertengger di puncak kebenaran bersama Allah SWT sedangkan si ayah berdiri bersama kebatilan. Si ayah berkata kepada anaknya: "Sungguh besar ujianku kepadamu wahai Ibrahim. Engkau telah berkhianat kepadaku dan bersikap tidak terpuji kepadaku." Ibrahim menjawab:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak dapat mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikit pun? Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah setan, sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dan Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi setan.'" (QS. Maryam: 42-45)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Sang ayah segera bangkit dan ia tak kuasa lagi untuk meledakkan amarahnya kepada Ibrahim:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan aku rajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama." (QS. Maryam: 46)</div><div align="justify"></div><div align="justify">Jika engkau tidak berhenti dari dakwahmu ini, sungguh aku akan merajammu. Aku akan membunuhmmu dengan pukulan batu. Demikian balasan siapa pun yang menentang tuhan. Keluarlah dari rumahku! Aku tidak ingin lagi melihatmu. Keluar!</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Akhirnya, pertentangan itu membawa akibat pengusiran Nabi Ibrahim dari rumahnya, dan beliau pun terancam pembunuhan dan perajaman. Meskipun demikian, sikap Nabi Ibrahim tidak pernah berubah. Beliau tetap menjadi anak yang baik dan Nabi yang mulia. Beliau berdialog dengan ayahnya dengan menggunakan adab para nabi dan etika para nabi. Ketika mendengar penghinaan, pengusiran, dan ancaman pembunuhan dari ayahnya, beliau berkata dengan lembut:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Semoga keselamatan dilimpahkan hepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku, sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu sent selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku.'" (QS. Maryam: 47-48)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Nabi Ibrahim pun keluar dari rumah ayahnya. Beliau meninggalkan kaumnya dan sesembahan-sembahan selain Allah SWT. Beliau menetapkan suatu urusan dalam dirinya, beliau mengetahui bahwa di sana ada pesta besar yang diadakan di tepi sungai di mana manusia-manusia berbondong-bondong menuju kesana. Beliau menunggu sampai perayaan itu datang di mana saat itu kota menjadi sunyi karena ditinggalkan oleh manusia yang hidup di dalamnya dan mereka menuju ke tempat itu. Jalan-jalan yang menuju tempat penyembahan menjadi sepi dan tempat penyembahan itu pun ditinggalkan oleh penjaganya. Semua orang mengikuti pesta itu.</div><div align="justify"></div><div align="justify">Dengan penuh hati-hati, Ibrahim memasuki tempat penyembahan dengan membawa kapak yang tajam. Ibrahim melihat patung-patung tuhan yang terukir dari batu-batu dan kayu-kayu. Ibrahim pun melihat makanan yang diletakkan oleh manusia di depannya sebagai hadiah dan nazar. Ibrahim mendekat pada patung-patung itu. Kepada salah satu patung—dengan nada bercanda—ia berkata: "Makanan yang ada di depanmu hai patung telah dingin. Mengapa engkau tidak memakannya. Namun patung itu tetap membisu." Ibrahim pun bertanya kepada patung-patung lain di sekitarnya:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Kemudian ia pergi dengan diam-diam kepada berhala-berhala mereka; lalu ia berkata" Mengapa kalian tidak makan?" (QS. ash-Shaffat: 91)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Ibrahim mengejek patung-patung itu. Ibrahim mengetahui bahwa patung itu memang tidak dapat memakannya. Ibrahim bertanya kepada patung-patung itu:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Mengapa kamu tidak menjawab?" (QS. ash-Shaffat: 92)</div><div align="justify"></div><div align="justify">Ibrahim pun langsung mengangkat kapak yang ada di tangannya dan mulai menghancurkan tuhan-tuhan yang palsu yang disembah oleh manusia. Ibrahim menghancurkan seluruh patung-patung itu dan hanya menyisakan satu patung, lalu beliau menggantungkan kapak itu dilehernya. Setelah melaksanakan tugas itu, beliau pergi menuju ke gunung. Beliau telah bersumpah untuk membawa suatu bukti yang jelas, bahkan bukti praktis tentang kebodohan kaumnya dalam menyembah selain Allah SWT.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Akhirnya, pesta perayaan itu selesai dan manusia kembali ke tempat mereka masing-masing. Dan ketika salah seorang masuk ke tempat sembahan itu ia pun berteriak. Manusia-manusia datang menolongnya dan ingin mengetahui apa sebab di balik teriakan itu. Dan mereka mengetahui bahwa tuhan-tuhan semuanya telah hancur yang tersisa hanya satu. Mereka mulai berpikir siapa penyebab semua ini. Akhirnya mereka pun mengetahui dan menyadari bahwa ini adalah ulah Ibrahim yang telah mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim"." (QS. al-Anbiya': 60)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Mereka segera mendatangi Ibrahim. Ketika Ibrahim datang mereka bertanya kepadanya:</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Mereka bertanya: "Apakah benar engkau yang melakukan semua ini terhadap tuhan kami wahai Ibrahim?" (QS. al-Anbiya': 62)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Ibrahim membalas dengan senyuman lalu ia menunjuk kepada tuhan yang paling besar yang tergantung di lehernya sebuah kapak. "Tidak!"</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Ibrahim menjawab: "Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara". " (QS. al-Anbiya': 63)</div><div align="justify"></div><div align="justify">Para dukun berkata: "Siapa yang harus kita tanya?" Ibrahim menjawab: "Tanyalah kepada tuhan kalian." Kemudian mereka berkata: "Bukankah engkau mengetahui bahwa tuhan-tuhan itu tidak berbicara." Ibrahim membalas: "Mengapa kalian menyembah sesuatu yang tidak mampu berbicara, sesuatu yang tidak mampu memberikan manfaat dan sesuatu yang tidak mampu memberikan mudarat. Tidakkah kalian mau berpikir sebentar di mana letak akal kalian. Sungguh tuhan-tuhan kalian telah hancur sementara tuhan yang paling besar berdiri dan hanya memandanginya. Tuhan-tuhan itu tidak mampu menghindarkan gangguan dari diri mereka, dan bagaimana mereka dapat mendatangkan kebaikan buat kalian. Tidakkah kalian mau berpikir sejenak. Kapak itu tergantung di tuhan yang paling besar tetapi anehnya dia tidak dapat menceritakan apa yang terjadi. Ia tidak mampu berbicara, tidak mendengar, tidak bergerak, tidak melihat, tidak memberikan manfaat, dan tidak membahayakan. Ia hanya sekadar batu, lalu mengapa manusia menyembah batu? Di mana letak akal pikiran yang sehat?" Allah SWT menceritakan peristiwa tersebut dalam firman-Nya:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Dan sesungguhnya telah kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui keadaannya. (Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: 'Patung-patung itu apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya ?' Mereka menjawab: "Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya.' Ibrahim menjawab: 'Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata.' Mereka menjawab: 'Apakah kamu datang kepada kami dengan sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main?' Ibrahim berkata: 'Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah menciptakannya; dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas apa yang demikian itu. Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya.' Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. Mereka berkata: 'Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang lalim.' Mereka berkata: 'Kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim.' Mereka berkata: '(Kalau demikian) Bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak, agar mereka menyaksikannya.' Mereka bertanya: 'Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?' Ibrahim menjawab: 'Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara.' Maka mereka telah kembali kepada kesadaran mereka dan lalu berkata: 'Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri).' Kemudian kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata): Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara.' Ibrahim berkata:, maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun tidak dapat pula memberi mudarat kepada kamu?' Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahaminya? Mereka berkata: 'Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kami jika kamu benar-benar hendak bertindak.'" (QS. al-Anbiya': 51-68)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Nabi Ibrahim mampu menundukkan mereka dengan argumentasi dan logika berpikir yang sehat. Tetapi mereka membalasnya dengan menetapkan akan menggantungnya di dalam api. Sungguh ini sangat mengherankan. Suatu mahkamah yang mengerikan digelar di mana si tertuduh akan dihukum dengan pembakaran.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Demikianlah masalah pergulatan antara pemikiran, atau antara nilai-nilai, atau antara prinsip-prinsip selalu terjadi dan selalu membara di tengah-tengah masyarakat. Nabi Ibrahim sudah berusaha untuk menggugah hati dan pikiran Ketika beliau mengisyaratkan kepada tuhan yang paling besar dan menuduhnya bahwa ialah yang menghancurkan tuhan-tuhan yang lain. Nabi Ibrahim meminta kepada mereka untuk bertanya kepada para tuhan itu, tentang siapa yang membuatnya hancur. Tetapi para tuhan itu ddak mampu berbicara lalu mengapa manusia menyembah sesuatu yang tidak mampu berbicara dan tidak mengerti apa-apa.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Ketika Nabi Ibrahim berhasil merobohkan argumentasi mereka, maka orang-orang yang sombong bangkit untuk menenangkan suasana. Para penentang itu tidak mau manusia akan menyembah selain berhala. Mereka pun mengatakan akan menggantung dan akan membakar Ibrahim hidup-hidup. Nabi Ibrahim pun ditangkap lalu disiapkanlah tempat pembakaran. Para penentang itu berkata kepada pengikutnya: "Bakarlah Ibrahim, dan tolonglah tuhan kalian jika kalian benar-benar menyembahnya." Mereka pun terpengaruh dengan ucapan tersebut. Mereka pun menyiapkan alat-alat untuk membakar Nabi Ibrahim.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Tersebarlah berita itu di kerajaan dan di seluruh negeri. Manusia-manusia berdatangan dari berbagai pelosok, dari gunung-gunung, dari berbagai desa, dan dari berbagai kota untuk menyaksikan balasan yang diterima bagi orang yang berani menentang tuhan, bahkan menghancurkannya. Mereka menggali lobang besar yang dipenuhi kayu-kayu, batu-batu, dan pohon-pohon lalu mereka menyalakan api di dalamnya. Kemudian mereka mendatangkan manjaniq, yaitu suatu alat yang dapat digunakan untuk melempar Nabi Ibrahim ke dalam api sehingga ia jatuh ke dalam lubang api. Mereka meletakkan Nabi Ibrahim setelah mereka mengikat kedua tangannya dan kakinya pada manjaniq itu. Api pun mulai menyala dan asapnya mulai membumbung ke langit. Manusia yang melihat peristiwa itu berdiri agak jauh dari galian api itu karena saking panasnya. Lalu, seorang tokoh dukun memerintahkan agar Ibrahim dilepaskan ke dalam api. Tiba-tiba malaikat Jibril berdiri di hadapan Nabi Ibrahim dan bertanya kepadanya: "Wahai Ibrahim, tidakkah engkau memiliki keperluan?" Nabi Ibrahim menjawab: "Aku tidak memerlukan sesuatu darimu." Nabi Ibrahim pun dilepaskan lalu dimasukkan ke dalam kubangan api. Nabi Ibrahim terjatuh dalam api. Api pun mulai mengelilinginya, lalu Allah SWT menurunkan perintah kepada api, Allah SWT berkata:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Kami berfirman: Wahai api jadilah engkau dingin dan membawa keselamatan kepada Ibrahim." (QS. al-Anbiya': 69)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Api pun tunduk kepada perintah Allah SWT sehingga ia menjadi dingin dan membawa keselamatan bagi Nabi Ibrahim. Api hanya membakar tali-tali yang mengikat Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim dengan tenang berada di tengah-tengah api seakan-akan beliau duduk di tengah-tengah taman. Beliau memuji Allah SWT, Tuhannya dan mengagungkan-Nya. Yang ada di dalam hatinya hanya cinta kepada sang Kekasih, yaitu Allah SWT.</div><div align="justify"></div><div align="justify">Hati Nabi Ibrahim tidak dipenuhi rasa takut atau menyesal atau berkeluh kesah. Yang ada dalam hati beliau hanya cinta semata. Api pun menjadi damai dan menjadi dingin. Sesungguhnya orang-orang yang cinta kepada Allah SWT tidak akan merasakan ketakutan. Para pembesar dan para dukun mengamat-amati dari jauh betapa panasnya api itu. Bahkan api terus menyala dalam tempo yang lama, sehingga orang-orang kafir mengira bahwa api itu tidak pernah padam. Ketika api itu padam, mereka dibuat terkejut ketika melihat Nabi Ibrahim keluar dari kubangan api dalam keadaan selamat. Wajah mereka menjadi hitam karena terpengaruh asap api sementara wajah Nabi Ibrahim berseri-seri dan tampak diliputi dengan cahaya dan kebesaran. Bahkan pakaian yang dipakai Nabi Ibrahim pun tidak terbakar, dan beliau tidak tersentuh sedikit pun oleh api. Nabi Ibrahim pun keluar dari api itu bagaikan beliau keluar dari taman. Lalu orang-orang kafir pun berteriak keheranan. Mereka pun mendapatkan kekalahan dan kerugian. Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling rugi." (QS. al-Anbiya': 70)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Al-Qur'an tidak menceritakan kepada kita tentang usia Nabi Ibrahim saat menghancurkan berhala-berhala kaumnya. Al-Qur'an juga tidak menceritakan berapa usia beliau saat memikul tanggung jawab dakwah dan menyeru di jalan Allah SWT. Melalui pelacakan nas-nas dapat diketahui bahwa Nabi Ibrahim saat itu masih muda belia, ketika melakukan peristiwa besar itu. Bukti hal itu adalah, ketika para kaumnya mendengar penghancuran berhala, mereka berkata:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Mereka berkata: "Kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim." (QS. al-Anbiya': 60)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Injil Barnabas menceritakan bahwa Nabi Ibrahim menghancurkan patung-patung sebelum Allah SWT mewajibkannya berdakwah. Injil Barnabas mengatakan pada pasal ke 29 bahwa Nabi Ibrahim mendengar suatu suara yang memanggil-manggilnya. Nabi Ibrahim bertanya: "Siapa yang memanggilku?" Ketika itu Nabi Ibrahim mendengar suara yang berkata: "Aku adalah malaikat Jibril. Nabi Ibrahim menjadi takut, tetapi malaikat itu segera menenangkannya sambil berkata: "Jangan takut, hai Ibrahim karena engkau adalah kekasih Allah SWT, dan ketika engkau menghancurkan tuhan-tuhan sembahan manusia, Allah SWT memilihmu sebagai pemimpin para malaikat dan para nabi." Kemudian—masih kata Injil Barnabas: "Nabi Ibrahim bertanya apa yang harus dilakukan untuk menyembah tuhan para malaikat dan para nabi?" Jibril menjawab:<br />
<br />
"Bahwa hendaklah beliau pergi ke sumber ini dan mandi, agar dapat mendaki gunung sehingga Allah SWT berbicara dengannya."</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Kemudian Nabi Ibrahim mendaki gunung, lalu Allah SWT menyerunya. Nabi Ibrahim menjawab: "Siapa yang memanggilku?" Allah SWT berkata: "Aku adalah Tuhanmu, hai Ibrahim." Nabi Ibrahim gemetar ketakutan dan sujud di atas bumi dan beliau berkata: "Wahai Tuhanku, bagaimana hamba-Mu mendengar seruan-Mu sementara ia adalah tanah dan abu." Di sanalah Allah SWT memerintahkannya agar beliau bangkit karena Allah SWT telah memilihnya sebagai hamba-Nya dan Dia telah memberkatinya dan orang-orang yang mengikutinya.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Riwayat tersebut menentukan waktu pemilihan Nabi Ibrahim dan waktu pengangkatannya sewaktu beliau menghancurkan berhala dan sesembahan-sesembahan manusia. Demikianlah yang diceritakan oleh Al-Qur'an al-Karim dalam firman-Nya:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: Tunduh patuhlah!' Ibrahim menjawab: 'Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam." (QS. al-Baqarah: 131)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Alhasil, masa pemilihan Allah SWT terhadap Nabi Ibrahim tidak ditentukan dalam Al-Qur'an, sehingga kita tidak dapat memberikan satu jawaban pasti tentang hal itu, tapi yang mampu kita utarakan adalah, bahwa Nabi Ibrahim mampu membuat argumen yang cukup jelas untuk menghancurkan argumen para penyembah berhala. Sebagaimana beliau mampu sebelumnya menghancurkan argumen para penyembah bintang, sehingga hanya tersisa satu argumen yang harus disampaikan kepada para penguasa dan para raja. Dengan demikian, orang-orang kafir telah mendapatkan seluruh argumen kebenaran.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Nabi Ibrahim pun akhirnya terlibat adu argumentasi dengan raja yang menyangka bahwa dirinya adalah tuhan kaumnya. Raja itu menyuruh mereka untuk menyembahnya. Dalam rangka menjaga kepentingannya, boleh jadi memang ia menyangka bahwa dirinya tuhan. Karena Allah SWT telah memberikannya suatu kerajaan yang besar, ia lupa bahwa ia hanya manusia biasa. Kita tidak mengetahui, apakah ia seorang raja atas kaum Nabi Ibrahim lalu ia mendengar kisah mukjizatnya kemudian ia memanggilnya untuk berdebat dengan beliau, atau mungkin ia raja dari daerah lain. Tapi yang kita ketahui bahwa pertemuan di antara keduanya menyebabkan jatuhnya argumen-argumen orang kafir. Allah SWT menceritakan hal tersebut dengan firman-Nya:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: 'Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan.' Orang itu berkata: 'Saya dapat menghidupkan dan mematikan.' Ibrahim berkata: 'Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat,' lalu heran terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim. " (QS. al-Baqarah: 258)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Allah SWT sengaja tidak menyebut nama raja itu karena dianggap tidak penting, sebagaimana Al-Qur'an juga tidak menyebut dialog panjang yang terjadi antara Nabi Ibrahim dan dia. Barangkali raja itu berkata kepada Nabi Ibrahim: "Aku mendengar bahwa Anda mengajak manusia untuk menyembah Tuhan yang baru dan meninggalkan tuhan yang lama." Nabi Ibrahim menjawab: "Tiada Tuhan lain selain Allah Yang Maha Esa." Si Raja berkata: "Apa yang dilakukan oleh tuhanmu yang tidak dapat aku lakukan?" Raja yang terkena penyakit sombong dan bangga diri itu adalah raja yang tidak tahu diri. Penghormatan manusia dan ketertundukkan manusia kepadanya itu justru meningkatkan kesombongannya. Nabi Ibrahim mendengar apa yang dikatakan oleh si raja. Nabi Ibrahim mengetahui segala sesuatunya. Nabi Ibrahim berkata dengan lembut:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Tuhanku adalah yang mampu menghidupkan dan mematikan." (QS. al-Baqarah: 258)</div><div align="justify"></div><div align="justify">Si raja membalas:</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Aku pun menghidupkan dan mematikan." (QS. al-Baqarah: 258)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Nabi Ibrahim tidak bertanya bagaimana si raja menghidupkan dan mematikan. Nabi Ibrahim tahu bahwa sebenarnya ia berbohong. Raja berkata: "Aku mampu menghadirkan seseorang yang sedang berjalan lalu aku membunuhnya, dan pada kesempatan yang lain aku mampu memaafkan orang yang sudah dipastikan untuk dihukum gantung lalu aku menyelamatkannya dari kematian. Dengan demikian, aku mampu memberi kehidupan dan kematian."</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Mendengar kebodohannya itu, Nabi Ibrahim tertawa dan pada saat yang sama beliau merasakan kesedihan. Tetapi Nabi Ibrahim ingin mematahkan argumen raja itu yang mengatakan bahwa ia mampu menghidupkan dan mematikan, padahal sebenarnya ia tidak mampu. Nabi Ibrahim berkata:</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Sesungguhnya Allah mampu mendatangkan matahari dari timur, maka kalau engkau mampu datangkanlah ia dari barat. " (QS. al-Baqarah: 258)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Mendengar tantangan Nabi Ibrahim itu, raja menjadi terpaku dan terdiam ia merasa tidak mampu. la tidak mampu berkata-kata lagi. Nabi Ibrahim berkata kepada raja bahwa Allah SWT mampu mendatangkan matahari dari timur, apakah ia mampu mendatangkan matahari dari barat. Tentu raja tidak mampu mendatangkannya. Alam mempunyai aturan dan undang-undang yang diatur dan diciptakan oleh Allah SWT di mana tiada makhluk yang lain yang mampu mengubahnya. Jika raja mengklaim bahwa ia benar-benar tuhan, maka tentu ia dapat mengubah hukum alam tersebut. Saat itu si raja merasa tidak mampu memenuhi tantangan itu. Ia justru membisu. Ia tidak mengetahui apa yang harus dikatakannya dan apa yang harus dilakukannya. Setelah orang-orang kafir diam membisu, Nabi Ibrahim meninggalkan istana raja. Kemudian ketenaran Nabi Ibrahim tersebar di segala penjuru negeri. Manusia mulai ramai-ramai membicarakan mukjizatnya dan keselamatanya dari api. Manusia menyinggung bagaimana sikap raja ketika mendengar tantangan Nabi Ibrahim, dan bagaimana si raja menjadi membisu dan tidak mengetahui apa yang harus dikatakannya.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Nabi Ibrahim tetap melanjutkan dakwahnya di jalan Allah SWT. Nabi Ibrahim mencurahkan tenaga dan upayanya untuk membimbing kaumnya. Nabi Ibrahim berusaha menyadarkan mereka dengan berbagai cara. Meskipun beliau sangat cinta dan menyayangi mereka, mereka malah justru marah kepadanya dan malah mengusirnya. Dan tiada yang beriman bersamanya kecuali seorang perempuan dan seorang lelaki. Perempuan itu bernama Sarah yang kemudian menjadi istrinya sedangkan laki-laki itu adalah Luth yang kemudian menjadi nabi setelahnya.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Ketika Nabi Ibrahim mengetahui bahwa tidak seorang pun beriman selain kedua orang tersebut, ia menetapkan untuk berhijrah. Sebelum beliau berhijrah, ia mengajak ayahnya beriman. Kemudian Nabi Ibrahim mengetahui bahwa ayahnya adalah musuh Allah SWT dan dia tidak akan beriman. Nabi Ibrahim pun berlepas diri darinya dan memutuskan hubungan dengannya.</div><div align="justify"></div><div align="justify">Untuk kedua kalinya dalam kisah para nabi kita mendapati hal yang mengagetkan. Dalam kisah Nabi Nuh kita menemukan bahwa si ayah seorang nabi dan si anak seorang kafir, sedangkan dalam kisah Nabi Ibrahim justru sebaliknya: si ayah yang menjadi kafir dan si anak yang menjadi nabi. Dalam kedua kisah tersebut kita mengetahui bahwa seorang mukmin berlepas diri dari musuh Allah SWT, meskipun dia adalah anaknya dan ayahnya.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Melalui kisah tersebut, Allah SWT memberitahukan kepada kita bahwa hubungan satu-satunya yang harus dipelihara dan harus diperhatikan di antara hubungan-hubungan kemanusiaan adalah hubungan keimanan, bukan hanya hubungan darah. Allah SWT berflrman dalam surah at-Taubah:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. " (QS. at-Taubah: 114)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Nabi Ibrahim keluar meninggalkan negerinya dan memulai petualangannya dalam hijrah. Nabi Ibrahim pergi ke kota yang bernama Aur dan ke kota yang lain bernama Haran, kemudian beliau pergi ke Palestina bersama istrinya, satu-satunya wanita yang beriman kepadanya. Beliau juga disertai Luth, satu-satunya lelaki yang beriman kepadanya. Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Maka Luth membenarkan (kenabian)nya. Dan berkatalah Ibrahim: 'Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku (kepadaku); sesungguhnya Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.'" (QS. al-Ankabut: 26)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Setelah ke Palestina, Nabi Ibrahim pergi ke Mesir. Selama perjalanan ini Nabi Ibrahim mengajak manusia untuk menyembah Allah SWT, bahkan beliau berjuang dalam hal itu denqan gigih. Beliau mengabdi dan membantu orang-orang yang tidak mampu dan orang-orang yang lemah. Beliau menegakkan keadilan di tengah-tengah manusia dan menunjukkan kepada mereka jalan yang benar.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Istri Nabi Ibrahim, Sarah, tidak melahirkan, lalu raja Mesir memberikan seorang pembantu dari Mesir yang dapat membantunya. Nabi Ibrahim telah menjadi tua dan rambutnya memutih di mana beliau menggunakan usianya hanya untuk berdakwah di jalan Allah SWT. Sarah berpikir bahwa ia dan Nabi Ibrahim tidak akan mempunyai anak, lalu ia berpikir bagaimana seandainya wanita yang membatunya itu dapat menjadi istri kedua dari suaminya. Wanita Mesir itu bernama Hajar. Akhirnya, Sarah menikah-kan Nabi Ibrahim dengan Hajar, kemudian Hajar melahirkan anaknya yang pertama yang dinamakan oleh ayahnya dengan nama Ismail. Nabi Ibrahim saat itu menginjak usia yang sangat tua ketika Hajar melahirkan anak pertamanya, Ismail.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Nabi Ibrahim hidup di bumi Allah SWT dengan selalu menyembah-Nya, bertasbih, dan menyucikan-Nya. Kita tidak mengetahui, berapajauh jarak yang ditempuh Nabi Ibrahim dalam perjalanannya. Beliau adalah seorang musafir di jalan Allah SWT. Seorang musafir di jalan Allah SWT menyadari bahwa hari-hari di muka bumi sangat cepat berlalu, kemudian di tiupkan sangkakala lalu terjadilah hari kiamat dan kemudian hari kebangkitan.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Pada suatu hari, had Nabi Ibrahim dipenuhi rasa kedamian, cinta, dan keyakinan. Beliau ingin melihat kebesaran Allah SWT, Sang Pencipta. Beliau ingin melihat hari kiamat sebelum terjadinya. Allah SWT menceritakan sikapnya itu dalam firman-Nya:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: 'Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana engkau menghidupkan arang yang mati. 'Allah berfirman: 'Belum yakinkah kamu?' Ibrahim menjawab: 'Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku).'" (QS. al-Baqarah: 260)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Hasrat Nabi Ibrahim terhadap hal tersebut dipengaruhi oleh keimanan yang luar biasa; keimanan yang dipenuhi cinta kepada Allah SWT.</div><div align="justify"></div><div align="justify">Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"(Kalau demikian), ambilah empat ekor burung lalu cincanglah semuanya. Allah berfirman: 'Lalu letakkanlah di atas bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera," dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. al-Baqarah: 260)</div><div align="justify"></div><div align="justify">Nabi Ibrahim melakukan apa saja yang diperintahkan oleh Allah SWT. Beliau menyembelih empat ekor burung lalu memisah-misahkan bagiannya di atas gunung, kemudian ia memamanggilnya dengan nama Allah SWT. Tiba-tiba bulu-bulu dan burung itu bangkit dan bergabung dengan sayap-sayapnya, kemudian dada dari burung itu mencari kepalanya. Akhirnya, bagian-bagian burung yang terpisah kembali bergabung. Burung itu pun kembali mendapatkan kehidupan lalu burung itu terbang dengan cepat dan kembali ke pangkuan Nabi Ibrahim.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Para ahli tafsir meyakini bahwa eksperimen ini berangkat dari kehausan ilmu yang ada pada Nabi Ibrahim, dan sebagian lagi mengatakan bahwa beliau ingin melihat kebesaran Allah SWT saat menciptakan makhluk-Nya. Beliau memang sudah mengetahui hasilnya, tapi beliau tidak melihat cara pembuatan penciptaan makhluk. Sebagian mufasir lain mengatakan bahwa beliau merasa puas atas apa yang dikatakan oleh Allah SWT dan beliau tidak jadi menyembelih burung. Kami sendiri menilai bahwa eksperimen ini menunjukkan tingkat cinta yang tinggi yang dicapai oleh seorang musafir di jalan Allah SWT, yaitu Nabi Ibrahim. Seorang pecinta akan selalu timbul dalam dirinya hasrat, rasa tunduk, dan rasa ingin menambah cintanya. Demikianlah cinta Nabi Ibrahim. Inilah petualangan Nabi Ibrahim di mana setiap kali ia melalui perjalanannya, maka kehausan cintanya pun meningkat. Pada suatu hari Nabi Ibrahim bangun lalu beliau memerintahkan istrinya, Hajar, untuk membawa anaknya bersiap-siap untuk melalui perjalanan panjang. Setelah beberapa hari, dimulailah perjalanan Nabi Ibrahim ber-sama istrinya Hajar beserta anak mereka, Ismail. Saat itu Ismail masih menyusu pada ibunya.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Nabi Ibrahim berjalan di tengah-tengah tanah yang penuh dengan tanaman, melewati gurun dan gunung-gunung. Kemuudian beliau memasuki tanah Arab. Nabi Ibrahim menuju ke suatu lembah yang di dalamnya tidak ada tanaman, tidak ada buah-buahan, tidak ada pepohonan, tidak ada makanan dan tidak ada air. Lembah itu kosong dari tanda-tanda kehidupan. Nabi Ibrahim sampai ke lembah, lalu beliau turun dari atas punggung hewan tunggangannya. Lalu beliau menurunkan istrinya dan anaknya dan meninggalkan mereka di sana. Mereka hanya dibekali dengan makanan dan sedikit air yang tidak cukup untuk kebutuhan dua hari.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Ketika beliau mulai meninggalkan mereka dan berjalan, tiba-tiba istrinya segera menyusulnya dan berkata kepadanya: "Wahai Ibrahim, ke mana engkau pergi? Mengapa engkau meninggalkan kami di lembah ini, padahal di dalamnya tidak terdapat sesuatu pun." Nabi Ibrahim tidak segera menjawab dan ia tetap berjalan. Istrinya pun kembali mengatakan perkataan yang dikatakan sebelumnya. Namun Nabi Ibrahim tetap diam. Akhirnya, si istri memahami bahwa Nabi Ibrahim tidak bersikap demikian kecuali mendapat perintah dari Allah SWT. Kemudian si istri bertanya: "Apakah Allah SWT memerintahkannya yang demikian ini?" Nabi Ibrahim menjawab: "Benar." Istri yang beriman itu berkata: "Kalau begitu, kita tidak akan disia-siakan." Nabi Ibrahim menuju ke tempat di suatu gunung lalu beliau mengangkat kedua tangannya untuk berdoa kepada Allah SWT:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempuyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. " (QS. Ibrahim: 37)</div><div align="justify"></div><div align="justify">Saat itu Baitullah belum dibangun. Terdapat hikmah yang tinggi dalam perjalanan yang penuh dengan misteri ini. Ismail ditinggalkan bersama ibunya di tempat ini. Ismail-lah yang akan bertanggung jawab bersama ayahnya dalam pembangunan Ka'bah. Hikmah Allah SWT menuntut untuk didirikannya suatu bangunan di lembah itu dan dibangun di dalamnya Baitullah, di mana kita akan menuju ke sana dan menghadap kepadanya saat kita salat.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Nabi Ibrahim meninggalkan istrinya dan anaknya yang masih menyusu di padang sahara. Ibu Ismail menyusui anaknya dan mulai merasakan kehausan. Saat itu matahari bersinar sangat panas dan membuat manusia mudah merasa haus. Setelah dua hari, habislah air dan keringlah susu si ibu. Hajar dan Ismail merasakan kehausan, dan makanan telah tiada sehingga saat itu mereka merasakan kesulitan yang luar biasa. Ismail mulai menangis kehausan dan ibunya meninggalkannya untuk mencarikan air. Si ibu berjalan dengan cepat hingga sampai di suatu gunung yang bernama Shafa. Ia menaikinya dan meletakkan kedua tangannya di atas keningnya untuk melindungi kedua matanya dari sengatan matahari. Ia mulai mencari-cari sumber air atau sumur atau seseorang yang dapat membantunya atau kafilah atau musafir yang dapat menolongnya atau berita namuii semua harapannya itu gagal. Ia segera turun dari Shafa dan ia mulai berlari dan melalui suatu lembah dan sampai ke suatu gunung yang bernama Marwah. Ia pun mendakinya dan melihat apakah ada seseorang tetapi ia tidak melihat ada seseorang.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Si ibu kembali ke anaknya dan ia masih mendapatinya dalam keadaan menangis dan rasa hausnya pun makin bertambah. Ia segera menuju ke Shafa dan berdiri di atasnya, kemudian ia menuju ke Marwah dan melihat-lihat. Ia mondar-mandir, pulang dan pergi antara dua gunung yang kecil itu sebanyak tujuh kali. Oleh karenanya, orang-orang yang berhaji berlari-lari kecil antara Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Ini adalah sebagai peringatan terhadap ibu mereka yang pertama dan nabi mereka yang agung, yaitu Ismail.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Setelah putaran ketujuh, Hajar kembali dalam keadaan letih dan ia duduk di sisi anaknya yang masih menangis. Di tengah-tengah situasi yang sulit ini, Allah SWT menurunkan rahmat-Nya. Ismail pun memukul-mukulkan kakinya di atas tanah dalam keadaan menangis, lalu memancarlah di bawah kakinya sumur zamzam sehingga kehidupan si anak dan si ibu menjadi terselamatkan. Si ibu mengambil air dengan tangannya dan ia bersyukur kepada Allah SWT. Ia pun meminum air itu beserta anaknya, dan kehidupan tumbuh dan bersemi di kawasan itu. Sungguh benar apa yang dikatakannya bahwa Allah SWT tidak akan membiarkannya selama mereka berada di jalan-Nya.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Kafilah musafir mulai tinggal di kawasan itu dan mereka mulai mengambil air yang terpancar dari sumur zamzam. Tanda-tanda kehidupan mulai mengepakkan sayapnya di daerah itu. Ismail mulai tumbuh dan Nabi Ibrahim menaruh kasih sayang dan perhatian padanya, lalu Allah SWT mengujinya dengan ujian yang berat.<br />
<br />
Allah SWT menceritakan ujian tersebut dalam firman-Nya:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Dan Ibrahim berkata: Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku. Ya Tuhanku, anugerahkan kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim. Ibrahim berkata: 'Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!' Ia menjawab: 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.' Tatkala keduanya telah berserah din dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggilah dia: 'Hai Ibrahim, sesungguhnya engkau telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim". Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. " (QS. ash-Shaffat: 99-111)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Perhatikanlah, bagaimana Allah SWT menguji hamba-hamba-Nya. Renungkanlah bentuk ujian tersebut. Kita sekarang berada di hadapan seorang nabi yang hatinya merupakan hati yang paling lembut dan paling penyayang di muka bumi. Hatinya penuh dengan cinta kepada Allah SWT dan cinta kepada makhluk-Nya. Nabi Ibrahim mendapatkan anak saat beliau menginjak usia senja, padahal sebelumnya beliau tidak membayangkan akan memperoleh karunia seorang anak.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Nabi Ibrahim tidur, dan dalam tidurnya beliau melihat dirinya sedang menyembelih anaknya, anak satu-satunya yang dicintainya. Timbullah pergolakan besar dalam dirinya. Sungguh salah kalau ada orang mengira bahwa tidak ada pergolakan dalam dirinya. Nabi Ibrahim benar-benar diuji dengan ujian yang berat. Ujian yang langsung berhubungan dengan emosi kebapakan yang penuh dengan cinta dan kasih sayang. Nabi Ibrahim berpikir dan merenung. Kemudian datanglah jawaban bahwa Allah SWT melihatkan kepadanya bahwa mimpi para nabi adalah mimpi kebenaran. Dalam mimpinya, Nabi Ibrahim melihat bahwa ia menyembelih anak satu-satunya. Ini adalah wahyu dari Allah SWT dan perintah dari-Nya untuk menyembelih anaknya yang dicintainya.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Sebagai pecinta sejati, Nabi Ibrahim tidak merasakan kegelisahan dari hal tersebut. Ia tidak "menggugat" perintah Allah SWT itu. Nabi Ibrahim adalah penghulu para pecinta. Nabi Ibrahim berpikir tentang apa yang dikatakan kepada anaknya ketika ia menidurkannya di atas tanah untuk kemudian menyembelihnya. Lebih baik baginya untuk memberitahu anaknya dan hal itu lebih menenangkan hatinya daripada memaksanya untuk menyembelih. Akhirnya, Nabi Ibrahim pergi untuk menemui anaknya.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Ibrahim berkata: 'Wahai anakku sesungguhnya aku melihat di dalam mimpi, aku menyembelihmu, maka bagaimana pendapatmu. " (QS. ash-Shaffat: 102)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Perhatikanlah bagaimana kasih sayang Nabi Ibrahim dalam menyampaikan perintah kepada anaknya. la menyerahkan urusan itu kepada anaknya; apakah anaknya akan menaati perintah tersebut. Bukankah perintah tersebut adalah perintah dari Tuhannya? Ismail menjawab sama dengan jawaban dari ayahnya itu bahwa perintah itu datangnya dari Allah SWT yang karenanya si ayah harus segera melaksanakannya:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Wahai ayahku kerjakanlah yang diperintahkan Tuhanmu. Insya Allah engkau mendapatiku sebagai orang-orang yang sabar." (QS. ash-Shaffat: 102)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Perhatikanlah jawaban si anak. Ia mengetahui bahwa ia akan disembelih sebagai pelaksanaan perintah Tuhan, namun ia justru menenangkan hati ayahnya bahwa dirinya akan bersabar. Itulah puncak dari kesabaran. Barangkali si anak akan merasa berat ketika harus dibunuh dengan cara disembelih sebagai pelaksanaan perintah Allah SWT. Tetapi Nabi Ibrahim merasa tenang ketika mendapati anaknya menantangnya untuk menunjukkan kecintaan kepada Allah SWT.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Kita tidak mengetahui perasaan sesungguhnya Nabi Ibrahim ketika mendapati anaknya menunjukkan kesabaran yang luar biasa. Allah SWT menceritakan kepada kita bahwa Ismail tertidur di atas tanah dan wajahnya tertelungkup di atas tanah sebagai bentuk hormat kepada Nabi Ibrahim agar saat ia menyembelihnya Ismail tidak melihatnya, atau sebaliknya. Kemudian Nabi Ibrahim mengangkat pisaunya sebagai pelaksanan perintah Allah SWT:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Tatkala keduanya telah berserah din dan Ibrahim, membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya)." (QS. ash-Shaffat: 103)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Al-Qur'an menggunakan ungkapan tersebut ketika keduanya menyerahkan diri terhadap pertintah Allah SWT. Ini adalah wujud Islam yang hakiki. Hendaklah engkau memberikan sesuatu untuk Islam sehingga tidak ada sesuatu pun yang tersisa darimu. Pada saat pisau siap untuk digunakan sebagai perintah dari Allah SWT, Allah SWT memanggil Ibrahim. Selesailah ujiannya, dan Allah SWT menggantikan Ismail dengan suatu kurban yang besar.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Peristiwa tersebut kemudian diperingati sebagai hari raya oleh kaum Muslim, yaitu hari raya yang mengingatkan kepada mereka tentang Islam yang hakiki yang dibawa dan di amalkan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail. Demikianlah kisah Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim meninggalkan anaknya dan kembali berdakwah di bumi Allah SWT. Nabi Ibrahim berhijrah dari tanah Kaldanin, tempat kelahirannya di Irak, dan melalui Yordania dan tinggal di negeri Kan'an. Saat berdakwah, beliau tidak lupa bertanya tentang kisah Nabi Luth bersama kaumnya. Nabi Luth adalah orang yang pertama kali beriman kepadanya. Allah SWT telah memberinya pahala dan telah mengutusnya sebagai Nabi kepada kaum yang menentang kebenaran.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Nabi Ibrahim duduk di luar kemahnya dan memikirkan tentang anaknya Ismail, dan kisah mimpinya serta tentang tebusan dari Allah SWT berupa kurban yang besar. Hatinya penuh dengan gelora cinta. Nabi Ibrahim tidak mampu menghitung pujian yang harus ditujukan kepada Tuhannya. Matanya berlinangan air mata sebagai bukti rasa terima kasih dan syukur kepada Allah SWT. Mulailah butiran-butiran air matanya bercucuran. Nabi Ibrahim mengingat Ismail dan mulai rindu kepadanya</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Dalam situasi seperti itu, turunlah malaikat (Jibril, Israfil, dan Mikail) ke bumi Jibril. Mereka berubah wujud menjadi manusia yang indah dan tampan. Mereka memegang misi dan tugas khusus. Mereka berjalan di depan Nabi Ibrahim dan menyampaikan berita gembira padanya, kemudian mereka akan mengunjungi kaum Nabi Luth dan memberikan hukum atas kejahatan kaumnya. Melihat wajah-wajah yang bersinar itu, Nabi Ibrahim tercengang dan mengangkat kepalanya. Nabi Ibrahim tidak mengenal mereka. Mereka mengawali ucapan salam. Dan Nabi Ibrahim membalas salam mereka. Nabi Ibrahim bangkit dari tempatnya dan menyambut mereka. Nabi Ibrahim mempersilakan mereka masuk ke dalam rumahnya. Nabi Ibrahim mengira bahwa mereka adalah tamu-tamu asing. Nabi Ibrahim mempersilahkan mereka duduk, dan kemudian ia meminta izin kepada mereka untuk keluar dan menemui keluarganya. Sarah, istrinya, bangun ketika Nabi Ibrahim masuk menemuinya. Saat itu Sarah sudah mulai tua dan rambutnya mulai memutih.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Nabi Ibrahim berkata kepada istrinya: "Aku dikunjungi oleh tiga orang asing." Istrinya bertanya: "Siapakah mereka?" Nabi Ibrahim menjawab: "Aku tidak mengenal mereka. Sungguh wajah mereka sangat aneh. Tak ragu lagi, mereka pasti datang dari tempat yang jauh, tetapi pakaian mereka tidak menunjukkan mereka berasal dari daerah yang jauh. Oh iya, apakah ada makanan yang dapat kita berikan kepada mereka?" Sarah berkata: "Separo daging kambing." Nabi Ibrahim berkata: "Hanya separo daging kambing. Kalau begitu, sembelihlah satu kambing yang gemuk. Mereka adalah tamu-tamu yang istimewa. Mereka tidak memiliki hewan tunggangan atau makanan. Barangkali mereka lapar, atau barangkali mereka orang-orang yang tidak mampu."</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Nabi Ibrahim memilih satu kambing besar dan memerintahkan untuk disembelih serta menyebut nama Allah SWT saat menyembelihnya. Kemudian disiapkanlah makanan. Setelah siap, Nabi Ibrahim memanggil tamu-tamunya untuk makan. Istrinya membantu untuk melayani mereka dengan penuh kehormatan. Nabi Ibrahim mengisyaratkan untuk menyebut nama Allah SWT, kemudian Nabi Ibrahim mulai mengawali untuk memakan agar mereka juga mulai makan.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Nabi Ibrahim adalah orang yang sangat dermawan dan beliau mengetahui bahwa Allah SWT pasti membalas orang-orang yang dermawan. Barangkali di rumahnya tidak ada hewan lain selain kambing itu, tetapi karena kedermawanannya, beliau pun menghidangkan kambing itu untuk tamunya. Nabi Ibrahim memperhatikan sikap tamu-tamunya, namun tak seorang pun di antara tamunya yang mengulurkan tangan. Nabi Ibrahim mendekatkan makanan itu kepada mereka sambil berkata: "Mengapa kalian tidak makan?" Nabi Ibrahim kembali ke tempatnya sambil mencuri pandangan, tapi lagi-lagi mereka masih tidak memakannya. Saat itu Nabi Ibrahim merasakan ketakutan.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Dalam tradisi kaum Badui diyakini bahwa tamu yang tidak mau makan hidangan yang disajikan oleh tuan rumah, maka ini berarti bahwa ia hendak berniat jelek pada tuan rumah. Nabi Ibrahim kembali berpikir dengan penuh keheranan melihat sikap tamu-tamunya. Nabi Ibrahim kembali berpikir, bagaimana tamu-tamu itu secara mendadak menemuinya di mana ia tidak melihat mereka sebelumnya kecuali setelah mereka ada di hadapannya. Mereka tidak memiliki binatang tunggangan yang mengantarkan mereka. Mereka juga tidak membawa bekal perjalanan. Wajah-wajah mereka sangat aneh baginya. Mereka adalah para musafir, tetapi anehnya tidak ada bekas debu perjalanan. Kemudian Nabi Ibrahim mengajak mereka makan, lalu mereka duduk di atas meja makan tetapi mereka tidak makan sedikit pun. Bertambahlah ketakutan Nabi Ibrahim.</div><div align="justify"></div><div align="justify">Beliau mengangkat pandangannya, lalu beliau mendapati istrinya Sarah berdiri di ujung kamar. Melalui pandangannya yang membisu, Nabi Ibrahim hendak mengatakan bahwa ia merasa takut terhadap tamu-tamunya, namun wanita itu tidak memahaminya. Nabi Ibrahim berpikir bahwa tamu-tamunya itu berjumlah tiga orang dan mereka tampak masih muda-muda sedangkan ia sudah tua. Para malaikat dapat membaca pikiran yang bergolak dalam diri Nabi Ibrahim. Salah seorang malaikat berkata padanya: "Janganlah engkau takut." Nabi Ibrahim mengangkat kepalanya dan dengan penuh kejujuran ia berkata: "Aku mengakui bahwa aku merasa takut. Aku telah mengajak kalian untuk makan dan telah menyambut kalian, tapi kalian tidak mau memakannya. Apakah kalian mempunyai niat buruk kepadaku?" Salah seorang malaikat tersenyum dan berkata: "Kita tidak makan wahai Ibrahim, karena kita adalah malaikat-malaikat Allah SWT dan kami telah diutus kepada kaum Luth."</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Mendengar semua itu, istri Nabi Ibrahim tertawa. Ia berdiri mengikuti dialog yang terjadi antara suaminya dan rnereka. Salah seorang malaikat menoleh kepadanya dan memberinya kabar gembira tentang kelahiran Ishak. Allah SWT memberimu kabar gembira dengan kelahiran Ishak. Wanita tua itu dengan penuh keheranan berkata:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sangat tua pula?" (QS. Hud: 72)</div><div align="justify"></div><div align="justify">Dan salah seorang malaikat kembali berkata kepadanya:</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Dan sesudah Ishak (lahir pula) Ya'qub." (QS. Hud: 71)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Engkau akan menyaksikan kelahiran cucumu. Bergolaklah berbagai perasaan dalam had Nabi Ibrahim dan istrinya. Suasana di kamar pun berubah dan hilanglah rasa takut dari Nabi Ibrahim. Kemudian hatinya dipenuhi dengan kegembiraan. Istrinya yang mandul berdiri dalam keadaan gemetar, karena berita gembira yang dibawa oleh para malaikat itu cukup menggoncangkan jiwanya. Ia adalah wanita yang tua dan mandul dan suaminya juga laki-laki tua, maka bagaimana mungkin, padahal dia adalah wanita tua. Di tengah-tengah berita yang cukup menggoncangkan tersebut, Nabi Ibrahim bertanya:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Apakah kamu memberi kabar gembira kepadaku padahal usiaku ielah lanjut, maka dengan cara bagaimanakah (terlaksananya) berita gembira yang kamu kabarkan ini?" (QS. al-Hijr: 54)</div><div align="justify"></div><div align="justify">Apakah beliau ingin mendengarkan kabar gembira untuk kedua kalinya, ataukah ia ingin agar hatinya menjadi tenang dan mendengar kedua kalinya karunia dari Allah SWT padanya? Ataukah Nabi Ibrahim ingin menampakkan kegembiraannya kedua kalinya? Para malaikat menegaskan padanya bahwa mereka membawa berita gembira yang penuh dengan kebenaran.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Mereka menjawab: 'Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa.'" (QS. al-Hijr: 55)</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Ibrahim berkata: 'Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat.'" (QS. al-Hijr: 56)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Para malaikat tidak memahami perasaan kemanusiaannya, maka mereka melarangnya agar jangan sampai berputus asa. Nabi Ibrahim memahamkan mereka bahwa ia tidak berputus asa tetapi yang ditampakkannya hanya sekadar kegembiraan. Kemudian istri Nabi Ibrahim turut bergabung dalam pembicaraan bersama mereka. la bertanya dengan penuh keheranan: "Apakah aku akan melahirkan sementara aku adalah wanita yang sudah tua. Sungguh hal ini sangat mengherankan." Para malaikat menjawab:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Para malaikat itu berkata: 'Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahhan atas kamu, hai Ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.'" (QS. Hud: 73)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Berita gembira itu bukan sesuatu yang sederhana dalam kehidupan Nabi Ibrahim dan istrinya. Nabi Ibrahim tidak mempuyai anak kecuali Ismail di mana ia meninggalkannya di tempat yang jauh, di Jazirah Arab. Istrinya Sarah selama puluhan tahun bersamanya dan tidak memberinya anak. Ia sendiri yang menikahkan Nabi Ibrahim dengan pembantunya, Hajar. Maka dari Hajar lahirlah Ismail, sedangkan Sarah tidak memiliki anak. Oleh karena itu, Sarah memiliki kerinduan besar terhadap anak.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Para malaikat berkata padanya: "Sesungguhnya itu terjadi dengan kehendak Allah SWT. Demikianlah yang diinginkan-Nya kepadanya dan pada suaminya." Kemudian saat ia berusia senja, ia mendapatkan kabar gembira di mana ia akan melahirkan seorang anak, bukan anak biasa tetapi seorang anak yang cerdas. Bukan ini saja, para malaikat juga menyampaikan kepadanya bahwa anaknya akan mempunyai anak (cucunya) dan ia pun akan menyaksikannya. Wanita itu telah bersabar cukup lama kemudian ia memasuki usia senja dan lupa. Lalu datanglah balasan Allah SWT dengan tiba-tiba yang menghapus semua ini. Air matanya berlinang saat ia berdiri karena saking gembiranya. Sementara itu Nabi Ibrahim as merasakan suatu perasaan yang mengherankan. Hatinya dipenuhi dengan kasih sayang dan kedekatan. Nabi Ibrahim mengetahui bahwa ia sekarang berada di hadapan suatu nikmat yang ia tidak mengetahui bagaimana harus mensyukurinya.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Nabi Ibrahim segera bersujud. Saat itu anaknya Ismail ada di sana namun ia jauh darinya sehingga tidak melihatnya. Ismail ada di sana atas perintah Allah SWT di mana Dia memerintahkannya untuk membawa anaknya bersama ibunya dan meninggalkan mereka di suatu lembah yang tidak memiliki tanaman dan air. Demikianlah perintah tersebut tanpa ada keterangan yang lain. Nabi Ibrahim melaksanakan perintah tersebut dengan tulus, dan beliau hanya berdakwah dan menyembah Allah SWT. Allah SWT memberinya kabar gembira saat beliau menginjak usia tua dengan kelahiran Ishak dari istrinya Sarah, dan setelah kelahirannya disusul dengan kelahiran Yakub. Nabi Ibrahim bangun dari sujudnya lalu pandangannya tertuju pada makanan. Ia merasa tidak rnarnpu lagi melanjutkan makan karena saking gembiranya. Ia memerintahkan pembantunya untuk mengangkat makanan, lalu beliau menoleh kepada para malaikat. Hilanglah rasa takut Nabi Ibrahim dan keresahannya menjadi tenang. Nabi Ibrahim mengetahui bahwa mereka diutus pada kaum Luth sedangkan Luth adalah anak saudaranya yang tinggal bersamanya di tempat kelahirannya.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Nabi Ibrahim mengetahui maksud pengutusan para malaikat pada Luth dan kaumnya. Ini berarti akan terjadi suatu hukuman yang mengerikan. Karakter Nabi Ibrahim yang penyayang dan lembut menjadikannya tidak mampu menahan kehancuran suatu kaum. Barangkali kaum Luth akan bertaubat dan masuk Islam serta menaati perintah rasul mereka. Nabi Ibrahim mulai mendebat para malaikat tentang kaum Luth. Nabi Ibrahim berbicara kepada mereka, bahwa boleh jadi mereka akan beriman dan keluar dari jalan penyimpangan. Namun para malaikat memahamkannya bahwa kaum Luth adalah orang-orang yang jahat, dan bahwa tugas mereka adalah mengirim batu-batuan yang panas dari sisi Tuhan bagi orang-orang yang melampaui batas.</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Setelah para malaikat menutup pintu dialog itu, Nabi Ibrahim kembali berbicara kepada mereka tentang orang-orang mukmin dari kaum Luth. Ia bertanya kepada mereka: "Apakah kalian akan menghancurkan suatu desa yang di dalamnya terdapat tiga ratus orang mukmin?" Para malaikat menjawab: "Tidak." Nabi Ibrahim mulai mengurangi jumlah orang-orang mukmin dan ia bertanya lagi kepada mereka: "Apakah desa itu akan dihancurkan sementara masih ada sejumlah orang-orang mukmin ini." Para malaikat menjawab: "Kami lebih mengetahui orang-orang yang ada di dalamnya." Kemudian mereka memahamkannya bahwa perkara tersebut telah ditetapkan dan bahwa kehendak Allah SWT telah diputuskan untuk menghancurkan kaum Luth. Para malaikat memberi pengertian kepada Nabi Ibrahim agar beliau tidak terlibat lebih jauh dalam dialog itu karena Allah SWT telah memutuskan perintah-Nya untuk mendatangkan azab yang tidak dapat ditolak, suatu azab yang tidak dapat dihindari dengan pertanyaan Nabi Ibrahim. Namun pertanyaan Nabi Ibrahim itu berangkat dari seorang Nabi yang sangat penyayang dan penyantun. Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
"Dan sesungguhnya utusan-utusan kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: 'Salamun' (Selamatlah), maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata: 'Janganlah kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Luth. Dan istrinya berdiri (di balik tirai) lalu dia tersenyum. Maka kami sampaikan kepadanya kabar gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir putranya) Yakub. Istrinya berkata: 'Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh.' Para malaikat itu berkata: 'Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Pemurah lagi Maha Terpuji.' Maka tatkala rasa takut itu hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah datang kepadanya, dia pun bersoal jawab dengan (malaikat-malaikat) Kami tentang kaum Luth. Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah. Hai Ibrahim, tinggalkanlah soaljawab ini sesungguhnya telah datang ketetapan Tuhanmu, dan sesungguhnya mereka itu akan didatangi azab yang tidak dapat ditolak." (QS. Hud: 69-76)</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Pernyataan malaikat itu sebagai syarat untuk mengakhiri perdebatan itu. Ibrahim pun terdiam. Marilah kita tinggalkan Nabi Ibrahim dan kita beralih pada Nabi Luth dan kaumnya.<br />
<br />
</div><div align="justify"><i>Catatan : Terdapat perbedaan pendapat dalam menafsirkan kata "ab" dalam kisah Nabi Ibrahim as dalam al-Quran. Sebagian mengartikannya dengan arti lahiriahnya, yaitu ayah. Tapi, kelompok yang lain berasumsi bahwa yang dimaksud dengan kata tersebut adalah paman.</i></div><div align="justify"><br />
</div><div align="justify"><br />
</div></div>El Ghibran http://www.blogger.com/profile/16052675761095552507noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4700137061092936302.post-90961854476859444522012-01-20T13:43:00.001+07:002012-01-20T13:44:48.939+07:00Kisah/Riwayat Nabi Idris AS<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="post"><div class="content"><br />
<div align="justify"><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRnAoXNJoiT62nhG-UA2SI0aR0luyCSicKkPX23_F4pRQV7rKdyPp-yWBBZbH7meqRmYKGJc8Z9iu1F4tIZQh9h-6FcQHB-C8BWr9s1B0sQqwVsnpPWsbI-N4BRwu0VmkCRjiXQIPcV3I/s1600/nabi-idris.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRnAoXNJoiT62nhG-UA2SI0aR0luyCSicKkPX23_F4pRQV7rKdyPp-yWBBZbH7meqRmYKGJc8Z9iu1F4tIZQh9h-6FcQHB-C8BWr9s1B0sQqwVsnpPWsbI-N4BRwu0VmkCRjiXQIPcV3I/s200/nabi-idris.jpg" width="125" /></a></div><br />
<br />
Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al-Qur'an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang rasul. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi." (QS. Maryam: 56-57)</div><a name='more'></a><br />
<div align="justify">Kita tidak mengetahui kapan Nabi Idris hidup dan kepada kaum siapa dia diutus dan bagaimana Allah SWT mengangkat derajatnya pada kedudukan yang tinggi. Menurut dongeng kuno disebutkan bahwa Nabi Idris adalah Uzairis, salah seorang pahlawan Mesir kuno. Beliau dianggap sebagai Tuhan berhala. Izis, isterinya memainkan peranan penting dalam mengembalikannya pada kehidupan. Kami tidak memiliki suatu sumber yang otentik yang dapat kami percaya untuk meneguhkan pendapat seputar Nabi Idris. Barangkali Idris adalah seorang Nabi yang dermawan dan mulia dan diutus di Mesir, lalu Allah SWT mengangkatnya di sisi-Nya seperti Nabi Isa Ibnu Maryam. Ketika beliau diangkat, terjadilah berbagai macam isu dan fitnah seputar beliau dan kemudian beliau dijadikan sebagai Tuhan. Dan barangkali ada versi lain sepu-tar kisah itu. Yang jelas Al-Qur'an al-Karim tidak menyingkap kesamaran yang berhubungan dengan Nabi Idris. Yang kami ketahui hanya bahwa beliau adalah seorang yang jujur, yang terpercaya, dan seorang Nabi. Allah SWT mengangkatnya ke derajat yang tinggi di sisi-Nya.</div><span class="article_separator"> </span> </div><div class="post-footer"></div></div><br />
<br />
<br />
</div>El Ghibran http://www.blogger.com/profile/16052675761095552507noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4700137061092936302.post-71007568984127658412011-11-14T17:09:00.006+07:002012-01-20T13:22:48.651+07:00Kisah Nabi Hud AS<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="widget HTML" id="HTML6"><div class="widget-content"></div><span class="widget-item-control" style="font-size: small;"> <span class="item-control blog-admin"> </span></span></div><div class="post"><div class="content"><div align="justify"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9q_NdT2JktRRm7m3412zGiibxlnmESLpVUIJmQA3qDY49Lj8hQ4Mznz9KGMrN0lEwyCLB4RhZCVk3HOxqI58OZIe8G-ASSchkn5BE-w9LENvdoFT98-JNU14vforN8Z2i45eQi0a0ftQ/s1600/Nabi_Allah_Hud02.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9q_NdT2JktRRm7m3412zGiibxlnmESLpVUIJmQA3qDY49Lj8hQ4Mznz9KGMrN0lEwyCLB4RhZCVk3HOxqI58OZIe8G-ASSchkn5BE-w9LENvdoFT98-JNU14vforN8Z2i45eQi0a0ftQ/s200/Nabi_Allah_Hud02.JPG" width="200" /></a></div><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Selesailah kisah kaum Nabi Nuh dalam sejarah. Mayoritas di antara mereka yang mendustakan ajarannya telah dihancurkan oleh topan. Sedangkan minoritas di antara mereka dapat kembali memakmurkan bumi sebagai wujud dari sunatullah dan janji-Nya: Sedangkan janji Allah SWT kepada Nabi Nuh adalah:</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;"> "Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang takwa." (QS. al-Qashash: 83)</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">Dan janji Allah SWT juga kepada Nabi Nuh adalah:</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">"Difirmankan: 'Hai Nuh, turunlah dengan selamat dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang beriman) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada pula umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam hehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami. " (QS. Hud: 48)</span><br />
<a name='more'></a><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">Berputarlah roda kehidupan dan datanglah janji Allah SWT. Setelah datangnya topan, tiada yang tersisa dari manusia di muka bumi kecuali orang-orang yang beriman. Tiada satu hati yang kafir pun berada di muka bumi dan setan mulai mengeluhkan pengangguran.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">Berlalulah tahun demi tahun, lalu matilah para orang tua dan anak-anak, dan datanglah anak dari anak-anak. Manusia lupa akan wasiat Nabi Nuh dan mereka kembali menyembah berhala. Manusia menyimpang dari penyembahan yang semata-mata untuk Allah SWT. Akhirnya, tipuan kuno berulang kembali. Para cucu kaum Nabi Nuh berkata: "Kita tidak ingin melupakan kakek kita yang Allah SWT selamatkan mereka dari topan."</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">Oleh karena itu, mereka membuat patung-patung orang-orang yang selamat itu yang dapat mengingatkan mereka dengannya. Dan pengagungan ini semakin berkembang generasi demi generasi, namun akhimya penghormatan itu berubah menjadi penghambaan. Patung-patung itu berubah—dengan bisikan setan—menjadi tuhan selain Allah SWT. Dan bumi kembali mengeluhkan kegelapan. Lalu Allah SWT rnengutus junjungan kita Nabi Hud di tengah-tengah kaumnya.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">Al-Qur'an menyingkap ceritanya setelah diutusnya Nabi Hud untuk membawa agama kepada manusia. Nabi Hud berasal dari kabilah yang bernama 'Ad. Kabilah ini tinggal di suatu tempat yang bernama al-Ahqaf. la adalah padang pasir yang dipenuhi dengan gunung-gunung pasir dan tampak dari puncaknya lautan. Adapun tempat tinggal mereka berupa tenda-tenda besar dan mempuyai tiang-tiang yang kuat dan tinggi. Kaum 'Ad terkenal dengan kekuatan fisik di saat itu, dan mereka juga memiliki tubuh yang amat tinggi dan tegak sampai-sampai mereka mengatakan seperti yang dikutip oleh Al-Qur'an:</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">"Mereka berkata: 'Siapakah yang lebih kuat daripada kami.'" (QS. Fushilat: 15)</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">Tiada seorang pun di masa itu yang dapat menandingi kekuatan mereka. Meskipun mereka memiliki kebesaran tubuh, namun mereka memiliki akal yang gelap. Mereka menyembah berhala dan membelanya bahkan mereka siap berperang atas namanya. Mereka malah menuduh nabi mereka dan mengejeknya. Selama mereka menganggap bahwa kekuatan adalah hal yang patut dibanggakan, maka seharusnya mereka melihat bahwa Allah SWT yang menciptakan mereka lebih kuat dari mereka. Sayangnya, mereka tidak melihat selain kecongkakan mereka. Nabi Hud berkata kepada mereka:</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">"Wahai kaumku, sembahlah Allah yang tiada tuhan lain bagi kalian selain-Nya. " (QS. Hud: 50)</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">Itu adalah perkataan yang sama yang diucapkan oleh seluruh nabi dan rasul. Perkataan tersebut tidak pernah berubah, tidak pernah berkurang, dan tidak pernah dicabut kembali. Kaumnya bertanya kepadanya: "Apakah engkau ingin menjadi pemimpin bagi kami melalui dakwahmu ini? Imbalan apa yang engkau inginkan?" Nabi Hud memberitahu mereka bahwa ia hanya mengharapkan imbalan dari Allah SWT. Ia tidak menginginkan sesuatu pun dari mereka selain agar mereka menerangi akal mereka dengan cahaya kebenaran. Ia mengingatkan mereka tentang nikmat Allah SWT terhadap mereka. Bagaimana Dia menjadikan mereka sebagai khalifah setelah Nabi Nuh, bagaimana Dia memberi mereka kekuatan fisik, bagaimana Dia menempatkan mereka di bumi yang penuh dengan kebaikan, bagaimana Dia mengirim hujan lalu menghidupkan bumi dengannya.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">Kaum Hud membuat kerusakan dan mengira bahwa mereka orang-orang yang terkuat di muka bumi, sehingga mereka menampakkan kesombongan dan semakin menentang kebenaran. Mereka berkata kepada Nabi Hud: "Bagaimana engkau menuduh tuhan-tuhan kami yang kami mendapati ayah-ayah kami menyembahnya?" Nabi Hud menjawab: "Sungguh orang tua kalian telah berbuat kesalahan." Kaum Nabi Hud berkata: "Apakah engkau akan mengatakan wahai Hud bahwa setelah kami mad dan menjadi tanah yang beterbangan di udara, kita akan kembali hidup?" Nabi Hud menjawab: "Kalian akan kembali pada hari kiamat dan Allah SWT akan bertanya kepada masing-masing dari kalian tentang apa yang kalian lakukan."</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">Setelah mendengar jawaban itu, meledaklah tertawa dari mereka. Alangkah anehnya pengakuan Hud, demikianlah orang-orang kafir berbisik di antara mereka. Manusia akan mati dan ketika mati jasadnya akan rusak dan ketika jasadnya rusak ia akan menjadi tanah kemudian akan dibawa oleh udara dan tanah itu akan beterbangan, lalu bagaimana semua ini akan kembali ke asalnya. "Kemudian apa pengertian adanya hari kiamat? Mengapa orang-orang yang mati akan bangkit dari kematiannya?" Hud menerima pertanyaan-pertanyaan ini dengan kesabaran yang mulia. Kemudian ia mulai menerangkan pada kaumnya keadaan hari kiamat. Ia menjelaskan kepada mereka bahwa kepercayaan manusia kepada hari akhir adalah satu hal yang penting yang berhubungan dengan keadilan Allah SWT, sebagaimana ia juga sesuatu yang penting yang juga berhubungan dengan kehidupan manusia.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">Nabi Hud menerangkan kepada mereka sebagaimana apa yang diterangkan oleh semua nabi berkenaan dengan hari kiamat. Sesungguhnya hikmah sang Pencipta tidak menjadi sempurna dengan sekadar memulai penciptaan kemudian berakhirnya kehidupan para makhluk di muka bumi ini, lalu setelah itu tidak ada hal yang lain. Ini adalah masa tenggang yang pertama dari ujian. Dan ujian tidak selesai dengan hanya menyerahkan lembar jawaban. Harus juga disertai dengan koreksi terhadap lembar jawaban itu, memberi nilai, dan menjelaskan siapa yang berhasil dan siapa yang gagal.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">Manusia selama hidup di dunia tidak hanya mempunyai satu tindakan; ada yang berbuat kelaliman, ada yang membunuh, dan ada yang melampaui batas. Seringkali kita melihat orang-orang lalim pergi dengan bebas tanpa menjalani hukuman. Cukup banyak orang-orang yang jahat namun mereka mendapatkan fasilitas yang mewah dan mendapatkan penghormatan serta kekuasaan. Ke mana orang-orang yang teraniaya akan mengadu dan kepada siapa orang-orang yang menderita akan mengeluh?</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">Logika keadilan menuntut adanya hari kiamat. Sesungguhnya kebaikan tidak selalu menang dalam kehidupan, bahkan terkadang pasukan kejahatan berhasil membunuh dan memperdaya para pejuang kebenaran. Lalu, apakah kejahatan ini berlalu begitu saja tanpa mendapatkan balasan? Sungguh suatu kelaliman besar terhampar seandainya kita menganggap bahwa hari kiamat tidak pernah terjadi. Allah SWT telah mengharamkan kelaliman atas diri-Nya sendiri, dan Dia pun mengharamkannya terjadi di antara hamba-hamba-Nya., maka adanya hari kiamat, hari perhitungan, hari pembalasan adalah sebagai bukti kesempurnaan dari keadilan Allah SWT. Sebab hari kiamat adalah hari di mana semua persoalan akan disingkap kembali di depan sang Pencipta dan akan di tinjau kembali, dan Allah SWT akan memutuskan hukum-Nya di dalam-nya. Inilah kepentingan pertama tentang hari kiamat yang berhubungan langsung dengan keadilan Allah SWT.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">Ada kepentingan lain berkenaan dengan hari kiamat, yang berhubungan dengan perilaku manusia sendiri. Bahwa keyakinan dengan adanya hari akhir, mempercayai hari kebangkitan, perhitungan amal, penerimaan pahala dan siksa, dan kemudian masuk surga atau neraka adalah perkara-perkara yang langsung berkenaan dengan perilaku manusia, di mana konsentrasi manusia dan had mereka akan tertuju dengan alam lain setelah alam ini. Oleh karena itu, mereka tidak akan terbelenggu oleh kenikmatan dunia, kerakusan kepadanya, dan egoisme untuk menguasinya. Mereka tidak perlu gelisah saat mereka tidak berhasil melihat balasan usaha mereka dalam umur mereka yang pendek dan terbatas. Dengan demikian, manusia semakin meninggi dari tanah yang menjadi asal penciptaannya ke roh yang ditiupkan oleh Tuhannya.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">Barangkali persimpangan jalan antara tunduk terhadap imajinasi dunia, nilai-nilainya, dan pertimbangan-pertimbangannya dan ketergantungan dengan nilai-nilai Allah SWT yang tinggi dapat terwujud dengan adanya keimanan terhadap hari kiamat. Nabi Hud telah membicarakan semua ini dan mereka telah mendengarkannya namun mereka mendustakannya. Allah SWT menceritakan sikap kaum itu terhadap hari kiamat:</span><br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;"> </span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">"Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan pertemuan dengan hari kiamat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan dunia: 'Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia, makan dari apa yang kamu, makan, dan meminum dari apa yang kamu minum. Dan sesungguhnya jika kamu sekalian menaati manusia yang seperti kamu, niscaya bila demikian itu, kamu benar-benar menjadi orang-orang yang merugi. Apakah ia menjanjikan kepada kamu sekalian, bahwa bila kamu telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, kamu sesungguhnya akan dikeluarkan (dari kuburmu)?, jauh, jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepadamu itu, kehidupan tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan hidup dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi. " (QS. al-Mu`minun: 33-37)</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">Demikianlah kaum Nabi Hud mendustakan nabinya. Mereka berkata kepadanya: "Tidak mungkin, tidak mungkin." Mereka keheranan ketika mendengar bahwa Allah SWT akan membangkitkan orang-orang yang ada dalam kuburan. Mereka bingung ketika dibe-ritahu bahwa Allah SWT akan mengembalikan penciptaan manusia setelah ia berubah menjadi tanah, meskipun Dia telah menciptakannya sebelumnya juga dari tanah. Seharusnya para pendusta hari kebangkitan itu merasa bahwa mengembalikan penciptaan manusia dari tanah dan tulang lebih mudah dari penciptaannya pertama kali. Bukankah Allah SWT telah menciptakan semua makhluk, maka kesulitan apa yang ditemui-Nya dalam mengembalikannya. Kesulitan itu disesuaikan dengan tolok ukur manusia yang tersembunyi dalam ciptaan., maka tolok ukur manusia tersebut tidak dapat diterapkan kepada Allah SWT. Karena Dia tidak mengenal kesulitan atau kemudahan. Ketika Dia ingin membuat sesuatu, maka Dia hanya sekadar mengeluarkan perintah:</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">"Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah."Lalu jadilah ia." (QS. al-Baqarah: 117)</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">Kita juga memperhatikan firman-Nya:</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">"Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya." (QS. al-Mu^minun: 33)</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">Al-Mala' ialah para pembesar (ar-Ruasa'). Mereka dinamakan al-Mala' karena mereka suka berbicara dan mereka mempunyai kepentingan dalam kesinambungan situasi yang tidak sehat. Kita akan menyaksikan mereka dalam setiap kisah para nabi. Kita akan melihat para pembesar kaum, orang-orang kaya di antara mereka, dan orang-orang elit di antara mereka yang menentang para nabi. Allah SWT menggambarkan mereka dalam firman-Nya:</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">"Dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan dunia. " (QS. al-Mukminun: 33)</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">Karena pengaruh kekayaan dan kemewahan hidup, lahirlah keinginan untuk meneruskan kepentingan-kepentingan khusus, dan dari pengaruh kekayaan dan kekuasaan, muncullah sikap sombong. Para pembesar itu menoleh kepada kaumnya sambil bertanya-tanya: "Tidakkah nabi ini manusia biasa seperti kita, ia memakan dari apa yang kita, makan, dan meminum dari apa yang kita minum? Bahkan barangkali karena kemiskinannya, ia sedikit, makan dari apa yang kita, makan dan ia minum, menggunakan gelas-gelas yang kotor sementara kita minum dari gelas-gelas yang terbuat dari emas dan perak., maka bagaimana ia mengaku berada dalam kebenaran dan kita dalam kebatilan? Ini adalah manusia biasa, maka bagaimana kita menaati manusia biasa seperti kita? Kemudian, mengapa Allah SWT memilih manusia di antara kita untuk mendapatkan wahyu-Nya?"</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">Para pembesar kaum Nabi Hud berkata: "Bukankah hal yang aneh ketika Allah SWT memilih manusia biasa di antara kita untuk menerima wahyu dari-Nya?" Nabi Hud balik bertanya: "Apa keanehan dalam hal itu? Sesungguhnya Allah SWT mencintai kalian dan oleh karenanya Dia mengutus aku kepada kalian untuk mengingatkan kalian. Sesungguhnya perahu Nuh dan kisah Nuh tidak jauh dari ingatan kalian. Janganlah kalian melupakan apa yang telah terjadi. Orang-orang yang menentang Allah SWT telah dihancurkan dan begitu juga orang-orang yang akan mengingkari-Nya pun akan dihancurkan, sekuat apa pun mereka." Para pembesar kaum berkata: "Siapakah yang dapat menghancurkan kami wahai Hud?" Nabi Hud menjawab: "Allah SWT."</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">Orang-orang kafir dari kaum Nabi Hud berkata: "Tuhan-tuhan kami akan menyelamatkan kami." Nabi Hud memberitahu mereka, bahwa tuhan-tuhan yang mereka sembah ini dengan maksud untuk mendekatkan mereka kepada Allah SWT pada hakikatnya justru menjauhkan mereka dari-Nya. Ia menjelaskan kepada mereka bahwa hanya Allah SWT yang dapat menyelamatkan manusia, sedangkan kekuatan lain di bumi tidak dapat mendatangkan mudarat dan manfaat.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">Pertarungan antara Nabi Hud dan kaumnya semakin seru. Dan setiap kali pertarungan berlanjut dan hari berlalu, kaum Nabi Hud meningkatkan kesombongan, pembangkangan, dan pendustaan kepada nabi mereka. Mereka mulai menuduh Nabi Hud sebagai seorang idiot dan gila. Pada suatu hari mereka berkata kepadanya: "Sekarang kami memahami rahasia kegilaanmu. Sesungguhnya engkau menghina tuhan kami dan tuhan kami telah marah kepadamu, dan karena kemarahannya engkau menjadi gila." Allah SWT menceritakan apa yang mereka katakan dalam firman-Nya:</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">"Kaum 'Ad berkata: 'Hai Hud, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu. " (QS. Hud: 53-54)</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">Sampai pada batas inilah penyimpangan itu telah terjadi pada diri mereka, sampai pada batas bahwa mereka menganggap, bahwa Nabi Hud telah mengigau karena salah satu tuhan mereka telah murka kepadanya sehingga ia terkena sesuatu penyakit gila. Nabi Hud tidak membiarkan anggapan mereka bahwa ia gila dan mengigau, naniun ia tidak bersikap emosi tetapi ia menunjukkan sikap tegas ketika mereka mengatakan: "Dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. "</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">Setelah tantangan ini tiada lain bagi Nabi Hud kecuali memberikan tantangan yang sama. Nabi Hud hanya pasrah kepada Allah SWT. Nabi Hud hanya memberikan peringatan dan ancaman terhadap orang-orang yang mendustakan dakwahnya. Nabi Hud berkata:</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">"Sesungguhnya aku jadikan Allah sebagai saksiku dan saksikanlah olehmu bahwa Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan dari selain-Nya. Sebab itu, jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan janganlah karnu memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah, Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa (amanat) yang aku diutus (untuk menyampaikan)nya kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat mudarat kepada-Nya sedikit pun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Pemelihara segala sesuatu. " (QS. Hud: 54-57)</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">Manusia akan merasa keheranan terhadap perlawanan kepada kebenaran ini. Seorang lelaki menghadapi kaum yang kasar dan keras kepala serta bodoh. Mereka menganggap bahwa berhala-berhala dari batu dapat memberikan gangguan. Manusia sendiri rnampu menentang para tiran dan melumpuhkan keyakinan mereka, serta berlepas diri dari mereka dan dari tuhan mereka. Bahkan ia siap menentang mereka dan menghadapi segala bentuk, makar mereka. Ia pun siap berperang dengan mereka dan bertawakal kepada Allah SWT. Allah-lah yang Maha Kuat dan Maha Benar. Dia-lah yang menguasai setiap makhluk di muka bumi, baik berupa binatang, manusia, maupun makhluk lain. Tidak ada sesuatu pun yang dapat melemahkan Allah SWT.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">Dengan keimanan kepada Allah SWT dan dengan kepercayaan pada janji-Nya serta merasa tenang dengan pertolongan-Nya, Nabi Hud menyeru orang-orang kaflr dari kaumnya. Nabi Hud melakukan yang demikian itu meskipun ia sendirian dan merasakan kelemahan karena ia mendapatkan keamanan yang hakiki dari Allah SWT. Dalam pembicaraannya, Nabi Hud menjelaskan kepada kaumnya bahwa ia melaksanakan amanat dan menyampaikan agama. Jika mereka mengingkari dakwahnya, niscaya Allah SWT akan mengganti mereka dengan kaum selain mereka. Yang demikian ini berarti bahwa mereka sedang menunggu azab. Demikianlah Nabi Hud menjelaskan kepada mereka, bahwa ia berlepas diri dari mereka dan dari tuhan mereka. la bertawakal kepada Allah SWT yang menciptakannya.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">Ia mengetahui bahwa siksa akan turun di antara para pengikutnya yang menentang. Beginilah hukum kehidupan di mana Allah SWT menyiksa orang-orang kafir meskipun mereka sangat kuat atau sangat kaya. Nabi Hud dan kaumnya menunggu janji Allah SWT. Kemudian terjadilah masa kering di muka bumi di mana langit tidak lagi menurunkan hujan. Matahari menyengat sangat kuat hingga laksana percikan-percikan api yang menimpa kepala manusia.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">Kaum Nabi Hud segera menuju kepadanya dan bertanya: "Mengapa terjadi kekeringan ini wahai Hud?" Nabi Hud berkata: "Sesungguhnya Allah SWT murka kepada kalian. Jika kalian beriman, maka Allah SWT akan rela terhadap kalian dan menurunkan hujan serta menambah kekuatan kalian." Namun kaum Nabi Hud justru mengejeknya dan malah semakin menentangnya., maka masa kekeringan semakin meningkat dan menguningkan pohon-pohon yang hijau dan matilah tanaman-tanaman.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">Lalu datanglah suatu hari di mana terdapat awan besar yang menyelimuti langit. Kaum Nabi Hud begitu gembira dan mereka keluar dari rumah mereka sambil berkata: "Hari ini kita akan dituruni hujan." Tiba-tiba udara berubah yang tadinya sangat kering dan panas kini menjadi sangat dingin. Angin mulai bertiup dengan kencang. Semua benda menjadi bergoyang. Angin terus-menerus bertiup malam demi malam, dan hari demi hari. Setiap saat rasa dingin bertambah.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">Kaum Nabi Hud mulai berlari. Mereka segera menuju ke tenda dan bersembunyi di dalamnya. Angin semakin bertiup dengan kencang dan menghancurkan tenda. Angin menghancurkan pakaian dan menghancurkan kulit. Setiap kali angin bertiup, ia menghancurkan dan membunuh apa saja yang di depannya. Angin bertiup selama tujuh malam dan delapan hari dengan mengancam kehidupan dunia. Kemudian angin berhenti dengan izin Tuhannya.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">Allah SWT berfirman:</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">"Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: 'Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami.' (Bukan)! Bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya." (QS. al-Ahqaf: 24-25) </span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">"Yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus;, maka kamu lihat kaum 'Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). " (QS. al-Haqqah: 7)</span></div><div align="justify"><span style="font-family: Arial; font-size: small;">Tiada yang tersisa dari kaum Nabi Hud kecuali pohon-pohon kurma yang lapuk. Nabi Hud dan orang-orang yang beriman kepadanya selamat sedangkan orang-orang yang menentangnya binasa.</span></div></div></div><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div>El Ghibran http://www.blogger.com/profile/16052675761095552507noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4700137061092936302.post-36405408440315631902011-11-05T06:08:00.005+07:002011-11-05T06:22:51.939+07:00Kisah Nabi Nuh AS<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="post"><div class="content"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-T0DJe-N7Fh4/TW19NDfzWzI/AAAAAAAADrE/Iz72Ct8AAXw/s1600/Graphic%2Bdesign%2B%25282%2529.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5579253176612379442" src="http://3.bp.blogspot.com/-T0DJe-N7Fh4/TW19NDfzWzI/AAAAAAAADrE/Iz72Ct8AAXw/s200/Graphic%2Bdesign%2B%25282%2529.jpg" style="cursor: pointer; float: left; height: 145px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 200px;" /></a> <br />
<div align="justify">Berlalulah beberapa tahun dari kematian Nabi Adam. Bunga-bunga berguguran di sekitar kuburannya dan pohon-pohon dan batu-batuan tampak tidak bergairah. Banyak hal berubah di muka bumi. Dan sesuai dengan hukum umum, terjadilah kealpaan terhadap wasiat Nabi Adam. Kesalahan yang dahulu kembali terulang. Kesalahan dalam bentuk kelupaan, meskipun kali ini terulang secara berbeda.<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify"><br />
Sebelum lahirnya kaum Nabi Nuh, telah hidup lima orang saleh dari kakek-kakek kaum Nabi Nuh. Mereka hidup selama beberapa zaman kemudian mereka mati. Nama-nama mereka adalah Wadd, Suwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr. Setelah kematian mereka, orang-orang membuat patung-patung dari mereka, dalam rangka menghormati mereka dan sebagai peringatan terhadap mereka. Kemudian berlalulah waktu, lalu orang-orang yang memahat patung itu mati. Lalu datanglah anak-anak mereka, kemudian anak-anak itu mati, dan datanglah cucu-cucu mereka. Kemudian timbullah berbagai dongeng dan khurafat yang membelenggu akal manusia di mana disebutkan bahwa patung-patung itu memiliki kekuatan khusus.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Di sinilah iblis memanfaatkan kesempatan, dan ia membisikkan kepada manusia bahwa berhala-berhala tersebut adalah Tuhan yang dapat mendatangkan manfaat dan menolak bahaya sehingga akhirnya manusia menyembah berhala-berhala itu. Kami tidak mengetahui sumber yang terpecaya berkenaan dengan bagaimana bentuk kehidupan ketika penyembahan terhadap berhala dimulai di bumi, namun kami mengetahui hukum umum yang tidak pernah berubah ketika manusia mulai cenderung kepada syirik. Dalam situasi seperti itu, kejahatan akan memenuhi bumi dan akal manusia akan kalah, serta akan meningkatnya kelaliman dan banyaknya orang-orang yang teraniaya. Yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Alhasil, kehidupan manusia semuanya akan berubah menjadi neraka Jahim. Situasi demikian ini pasti terjadi ketika manusia menyembah selain Allah SWT, baik yang disembah itu berhala dari batu, anak sapi dari emas, penguasa dari manusia, sistem dari berbagai sistem, mazhab dari berbagai mazhab, atau kuburan seorang wali. Sebab satu-satunya yang menjamin persamaan di antara manusia adalah, saat mereka hanya menyembah Allah SWT dan saat Dia diakui sebagai Pencipta mereka dan yang membuat undang-undang bagi mereka. Tetapi saat jaminan ini hilang lalu ada seorang yang mengklaim, atau ada sistem yang mengklaim memiliki wewenang ketuhanan maka manusia akan binasa dan akan hilanglah kebebasan mereka sepenuhnya.<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Penyembahan kepada selain Allah SWT bukan hanya sebagai sebuah tragedi yang dapat menghilangkan kebebasan, namun pengaruh buruknya dapat merembet ke akal manusia dan dapat mengotorinya. Sebab, Allah SWT menciptakan manusia agar dapat mengenal-Nya dan menjadikan akalnya sebagai permata yang bertujuan untuk memperoleh ilmu. Dan ilmu yang paling penting adalah kesadaran bahwa Allah SWT semata sebagai Pencipta, dan selain-Nya adalah makhluk. Ini adalah poin penting dan dasar pertama yang harus ada sehingga manusia sukses sebagai khalifah di muka bumi.<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Ketika akal manusia kehilangan potensinya dan berpaling ke selain Allah SWT maka manusia akan tertimpa kesalahan. Terkadang seseorang mengalami kemajuan secara materi karena ia berhasil melalui jalan-jalan kemajuan, meskipun ia tidak beriman kepada Allah SWT, namun kemajuan materi ini yang tidak disertai dengan pengenalan kepada Allah SWT akan menjadi siksa yang lebih keras daripada siksaan apa pun, karena ia pada akhirnya akan menghancurkan manusia itu sendiri. Ketika manusia menyembah selain Allah SWT maka akan meningkatlah penderitaan kehidupan dan kefakiran manusia. Terdapat hubungan kuat antara kehinaan manusia dan kefakiran mereka, serta tidak berimannya mereka kepada Allah. Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Seandainya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. " (QS. al-A'raf: 96)<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Demikianlah, bahwa kufur kepada Allah SWT atau syirik kepada-Nya akan menyebabkan hilangnya kebebasan dan hancurnya akal serta meningkatnya kefakiran, serta kosongnya kehidupan dari tujuan yang mulia. Dalam situasi seperti ini, Allah SWT mengutus Nuh untuk membawa ajaran-Nya kepada kaumnya. Nabi Nuh adalah seorang hamba yang akalnya tidak terpengaruh oleh polusi kolektif, yang menyembah selain Allah SWT. Allah SWT memilih hamba-Nya Nuh dan mengutusnya di tengah-tengah kaumnya.<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Nuh membuat revolusi pemikiran. Ia berada di puncak kemuliaan dan kecerdasan. Ia merupakan manusia terbesar di zamannya. Ia bukan seorang raja di tengah-tengah kaumnya, bukan penguasa mereka, dan bukan juga orang yang paling kaya di antara mereka. Kita mengetahui bahwa kebesaran tidak selalu berhubungan dengan kerajaan, kekayaan, dan kekuasaan. Tiga hal tersebut biasanya dimiliki oleh jiwa-jiwa yang hina. Namun kebesaran terletak pada kebersihan hati, kesucian nurani, dan kemampuan akal untuk mengubah kehidupan di sekitarnya. Nabi Nuh memiliki semua itu, bahkan lebih dari itu. Nabi Nuh adalah manusia yang mengingat dengan baik perjanjian Allah SWT dengan Nabi Adam dan anak-anaknya, ketika Dia menciptakan mereka di alam atom. Berdasarkan fitrah, ia beriman kepada Allah SWT sebelum pengutusannya pada manusia. Dan semua nabi beriman kepada Allah SWT sebelum mereka diutus. Di antara mereka ada yang "mencari" Allah SWT seperti Nabi Ibrahim, ada juga di antara mereka yang beriman kepada-Nya dari lubuk hati yang paling dalam, seperti Nabi Musa, dan di antara mereka juga ada yang beribadah kepada-Nya dan menyendiri di gua Hira, seperti Nabi Muhammad saw.<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Terdapat sebab lain berkenaan dengan kebesaran Nabi Nuh. Ketika ia bangun, tidur, makan, minum, atau mengenakan pakaian, masuk atau keluar, ia selalu bersyukur kepada Allah SWT dan memuji-Nya, serta mengingat nikmat-Nya dan selalu bersyukur kepada-Nya. Oleh karena itu, Allah SWT berkata tentang Nuh:<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur." (QS. al-Isra': 3)<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Allah SWT memilih hamba-Nya yang bersyukur dan mengutusnya sebagai nabi pada kaumnya. Nabi Nuh keluar menuju kaumnya dan memulai dakwahnya:<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar. " (QS. al-A'raf: 59)<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Dengan kalimat yang singkat tersebut, Nabi Nuh meletakkan hakikat ketuhanan kepada kaumnya dan hakikat hari kebangkitan. Di sana hanya ada satu Pencipta yang berhak disembah. Di sana terdapat kematian, kemudian kebangkitan kemudian hari kiamat. Hari yang besar yang di dalamnya terdapat siksaan yang besar.</div><div align="justify"></div><div align="justify">Nabi Nuh menjelaskan kepada kaumnya bahwa mustahil terdapat selain Allah Yang Maha Esa sebagai Pencipta. Ia memberikan pengertian kepada mereka, bahwa setan telah lama menipu mereka dan telah tiba waktunya untuk menghentikan tipuan ini. Nuh menyampaikan kepada mereka, bahwa Allah SWT telah memuliakan manusia: Dia telah menciptakan mereka, memberi mereka rezeki, dan menganugerahi akal kepada mereka. Manusia mendengarkan dakwahnya dengan penuh kekhusukan. Dakwah Nabi Nuh cukup mengguncangkan jiwa mereka. Laksana tembok yang akan roboh yang saat itu di situ ada seorang yang tertidur dan engkau meng-goyang tubuhnya agar ia bangun. Barangkali ia akan takut dan ia marah meskipun engkau bertujuan untuk menyelamatkannya.<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Akar-akar kejahatan yang ada di bumi mendengar dan merasakan ketakutan. Pilar-pilar kebencian terancam dengan cinta ini yang dibawa oleh Nabi Nuh. Setelah mendengar dakwah Nabi Nuh, kaumnya terpecah menjadi dua kelompok: Kelompok orang-orang lemah, orang-orang fakir, dan orang-orang yang menderita, di mana mereka merasa dilindungi dengan dakwah Nabi Nuh, sedangkan kelompok yang kedua adalah kelompok orang-orang kaya, orang-orang kuat, dan para penguasa di mana mereka menghadapi dakwah Nabi Nuh dengan penuh keraguan. Bahkan ketika mereka mempunyai kesempatan, mereka mulai melancarkan serangan untuk melawan Nabi Nuh. Mula-mula mereka menuduh bahwa Nabi Nuh adalah manusia biasa seperti mereka:<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: 'Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami.'" (QS. Hud: 27)<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Dalam tafsir al-Quturbi disebutkan: "Masyarakat yang menentang dakwahnya adalah para pembesar dari kaumnya. Mereka dikatakan al-Mala' karena mereka seringkali berkata. Misalnya mereka berkata kepada Nabi Nuh: "Wahai Nuh, engkau adalah manusia biasa." Padahal Nabi Nuh juga mengatakan bahwa ia memang manusia biasa. Allah SWT mengutus seorang rasul dari manusia ke bumi karena bumi dihuni oleh manusia. Seandainya bumi dihuni oleh para malaikat niscaya Allah SWT mengutus seorang rasul dari malaikat.</div><div align="justify"></div><div align="justify">Berlanjutlah peperangan antara orang-orang kafir dan Nabi Nuh. Mula-mula, rezim penguasa menganggap bahwa dakwah Nabi Nuh akan mati dengan sendirinya, namun ketika mereka melihat bahwa dakwahnya menarik perhatian orang-orang fakir, orang-orang lemah, dan pekerja-pekerja sederhana, mereka mulai menyerang Nabi Nuh dari sisi ini. Mereka menyerangnya melalui pengikutnya dan mereka berkata kepadanya: "Tiada yang mengikutimu selain orang-orang fakir dan orang-orang lemah serta orang-orang hina."<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Allah SWT berfirman:<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata): 'Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu, agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan. Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: 'Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikutimu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang berdusta. " (QS. Hud: 25-27)<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Demikianlah telah berkecamuk pertarungan antara Nabi Nuh dan para bangsawan dari kaumnya. Orang-orang yang kafir itu menggunakan dalih persamaan dan mereka berkata kepada Nabi Nuh: "Dengarkan wahai Nuh, jika engkau ingin kami beriman kepadamu maka usirlah orang-orang yang beriman kepadamu. Sesungguhnya mereka itu orang-orang yang lemah dan orang-orang yang fakir, sementara kami adalah kaum bangsawan dan orang-orang kaya di antara mereka. Dan mustahil engkau menggabungkan kami bersama mereka dalam satu dakwah (majelis)." Nabi Nuh mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang-orang kafir dari kaumnya. la mengetahui bahwa mereka menentang. Meskipun demikian, ia menjawabnya dengan baik. Ia memberitahukan kepada kaumnya bahwa ia tidak dapat mengusir orang-orang mukmin, karena mereka bukanlah tamu-tamunya namun mereka adalah tamu-tamu Allah SWT. Rahmat bukan terletak dalam rumahnya di mana masuk di dalamnya orang-orang yang dikehendakinya dan terusir darinya orang-orang yang dikehendakinya, tetapi rahmat terletak dalam rumah Allah SWT di mana Dia menerima siapa saja yang dikehendaki-Nya di dalamnya. Allah SWT berfirman:<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Berkata Nuh: 'Hai kaumku, bagaimana pikiranmu, jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku, dan diberinya aku rahmat dari sisi-Nya, tetapi rahmat itu disamarkan bagimu. Apa akan kami paksakankah kamu menerimanya, padahal kamu tidak menyukainya? Dan (dia berkata): 'Hai kaumku, aku tidak meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu suatu kaum yang tidak mengetahui.' Dan (dia berkata): 'Hai kaumku, siapakah yang dapat menolongku dari (azab) Allah jika aku mengusir mereka. Maka tidakkan kamu mengambil pelajaran?' Dan aku tidak mengatakan kepada kamu (bahwa): 'Aku mempunyai gudang-gudang rezeki dan kekayaan dari Allah, dan aku tidak mengetahui hal yang gaib, dan tidak pula aku mengatakan: 'Sesungguhnya aku adalah malaikat,' dan tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu: 'Sekali-kali Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka. Allah lebih mengetahui apa yang ada pada mereka. Sesungguhnya aku kalau begitu benar-benar termasuk orang-orang yang lalim.'" (QS. Hud: 28-31)<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Nuh mematahkan semua argumentasi orang-orang kafir dengan logika para nabi yang mulia. Yaitu, logika pemikiran yang sunyi dari kesombongan pribadi dan kepentingan-kepentingan khusus. Nabi Nuh berkata kepada mereka bahwa Allah SWT telah memberinya agama, kenabian, dan rahmat. Sedangkan mereka tidak melihat apa yang diberikan Allah SWT kepadanya. Selanjutnya, ia tidak memaksakan mereka untuk mempercayai apa yang disampaikannya saat mereka membenci. Kalimat tauhid (tiada Tuhan selain Allah) tidak dapat dipaksakan atas seseorang. Ia memberitahukan kepada mereka bahwa ia tidak meminta imbalan dari mereka atas dakwahnya. Ia tidak meminta harta dari mereka sehingga memberatkan mereka.<br />
<br />
<br />
Sesungguhnya ia hanya mengharapkan pahala (imbalan) dari Allah SWT. Allahlah yang memberi pahala kepadanya. Nabi Nuh menerangkan kepada mereka bahwa ia tidak dapat mengusir orang-orang yang beriman kepada Allah SWT. Meskipun sebagai Nabi, ia memiliki keterbatasan dan keterbatasan itu adalah tidak diberikannya hak baginya untuk mengusir orang-orang yang beriman karena dua alasan. Bahwa mereka akan bertemu dengan Alllah SWT dalam keadaan beriman kepada-Nya, maka bagaimana ia akan mengusir orang yang beriman kepada Allah SWT, kemudian seandainya ia mengusir mereka, maka mereka akan menentangnya di hadapan Allah SWT. Ini berakibat pada pemberian pahala dari Allah SWT atas keimanan mereka dan balasan-Nya atas siapa pun yang mengusir mereka. Maka siapakah yang dapat menolong Nabi Nuh dari siksa Allah SWT seandainya ia mengusir mereka?<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Demikianlah Nabi Nuh menunjukkan bahwa permintaan kaumnya agar ia mengusir orang-orang mukmin adalah tindakan bodoh dari mereka. Nabi Nuh kembali menyatakan bahwa ia tidak dapat melakukan sesuatu yang di luar wewenangnya, dan ia memberitahu mereka akan kerendahannya dan kepatuhannya kepada Allah SWT. Ia tidak dapat melakukan sesuatu yang merupakan bagian dari kekuasaan Allah SWT, yaitu pemberian nikmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya. Ia tidak mengetahui ilmu gaib, karena ilmu gaib hanya khusus dimiliki oleh Allah SWT. Ia juga memberitahukan kepada mereka bahwa ia bukan seorang raja, yakni kedudukannya bukan seperti kedudukan para malaikat. Sebagian ulama berargumentasi dari ayat ini bahwa para malaikat lebih utama dari pada para nabi (silakan melihat tafsir Qurthubi).<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Nabi Nuh berkata kepada mereka: "Sesungguhnya orang-orang yang kalian pandang sebelah mata, dan kalian hina dari orang-orang mukmin yang kalian remehkan itu, sesungguhnya pahala mereka itu tidak sirna dan tidak berkurang dengan adanya penghinaan kalian terhadap mereka. Sungguh Allah SWT lebih tahu terhadap apa yang ada dalam diri mereka. Dialah yang membalas amal mereka. Sungguh aku telah menganiaya diriku sendiri seandainya aku mengatakan bahwa Allah tidak memberikan kebaikan kepada mereka."<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Kemudian rezim penguasa mulai bosan dengan debat ini yang disampaikan oleh Nabi Nuh. Allah SWT menceritakan sikap mereka terhadap Nabi Nuh dalam flrman-Nya:<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Mereka berkata: 'Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.' Nuh menjawab: 'Hanyalah Allah yang akan mendatangkan azab itu kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri. Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasihatku jika aku hendak memberi nasihat kepada kamu, sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu. Dia adalah Tuhanmu, dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan. " (QS. Hud: 32-34)<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Nabi Nuh menambahkan bahwa mereka tersesat dari jalan Allah SWT. Allahlah yang menjadi sebab terjadinya segala sesuatu, namun mereka memperoleh kesesatan disebabkan oleh ikhtiar mereka dan kebebasan mereka serta keinginan mereka. Dahulu iblis berkata:</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Karena Engkau telah menghukum saya tersesat..." (QS. al-A'raf: 16)<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Secara zahir tampak bahwa makna ungkapan itu berarti Allahlah yang menyesatkannya, padahal hakikatnya adalah bahwa Allah SWT telah memberinya kebebasan dan kemudian Dia akan meminta pertanggungjawabannya. Kita tidak sependapat dengan pandangan al-Qadhariyah, al-Mu'tazilah, dan Imamiyah. Mereka berpendapat bahwa keinginan manusia cukup sebagai kekuatan untuk melakukan perbuatannya, baik berupa ketaatan maupun kemaksiatan. Karena bagi mereka, manusia adalah pencipta perbuatannya. Dalam hal itu, ia tidak membutuhkan Tuhannya. Kami tidak mengambil pendapat mereka secara mutlak. Kami berpendapat bahwa manusia memang menciptakan perbuatannya namun ia membutuhkan bantuan Tuhannya dalam melakukannya.<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Alhasil, Allah SWT mengerahkan setiap makhluk sesuai dengan arah penciptaannya, baik pengarahann itu menuju kebaikan atau keburukan. Ini termasuk kebebasan sepenuhnya. Manusia memilih dengan kebebasannya kemudian Allah SWT mengerahkan jalan menuju pilihannya itu. Iblis memilih jalan kesesatan maka Allah SWT mengerahkan jalan kesesatan itu padanya, sedangkan orang-orang kafir dari kaum Nabi Nuh memilih jalan yang sama maka Allah pun mengerahkan jalan itu pada mereka.</div><div align="justify"></div><div align="justify">Peperangan pun berlanjut, dan perdebatan antara orang-orang kafir dan Nabi Nuh semakin melebar, sehingga ketika argumentasi-argumentasi mereka terpatahkan dan mereka tidak dapat mengatakan sesuatu yang pantas, mereka mulai keluar dari batas-batas adab dan berani mengejek Nabi Allah.</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata: 'Sesungguhnya kami memandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata." (QS. al-A'raf: 60)<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Nabi Nuh menjawab dengan menggunakan sopan-santun para nabi yang agung.</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Nuh menjawab: 'Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikit pun tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku sampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi nasihat kepadamu, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui." (QS. al-A'raf: 61-62)<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Nabi Nuh tetap melanjutkan dakwah di tengah-tengah kaumnya, waktu demi waktu, hari demi hari, dan tahun demi tahun. Berlalulah masa yang panjang itu, namun Nabi Nuh tetap mengajak kaumnya. Nabi Nuh berdakwah kepada mereka siang malam, dengan sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, bahkan ia pun memberikan contoh-contoh pada mereka. Ia menjelaskan kepada mereka tanda-tanda kebesaran Allah SWT dan kekuasaan-Nya di dunia. Namun setiap kali ia mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT, mereka lari darinya, dan setiap kali ia mengajak mereka agar Allah SWT mengampuni mereka, mereka meletakkan jari-jari mereka di telinga-telinga mereka dan mereka menampakkan kesombongan di depan kebenaran. Allah SWT menceritakan apa yang dialami oleh Nabi Nuh dalam firman-Nya:<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Nuh berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan keterlaluan. Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka dengan cara yang terang-terangan, kemudian aku menyeru mereka lagi dengan terang-terangan dan dengan diam-diam, maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.'" (QS. Nuh: 5-12)</div><div align="justify"></div><div align="justify">Namun apa jawaban kaumnya?<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Nuh berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku, dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka. Mereka telah melakukan tipu-daya yang amat besar. Dan mereka berkata: 'Janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali meninggalkan (penyembahan) wadd, suwa, yaghuts, yauq, dan nasr. Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang lalim itu selain kesesatan,'" (QS. Nuh: 21-24)<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Nuh tetap melanjutkan dakwah di tengah-tengah kaumnya selama 950 tahun. Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. " (QS. aPAnkabut: 14)<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Sayangnya, jumlah kaum mukmin tidak bertambah sedangkan jumlah kaum kafir justru bertambah. Nabi Nuh sangat sedih namun ia tidak sampai kehilangan harapan. la senantiasa mengajak kaumnya dan berdebat dengan mereka. Namun kaumnya selalu menghadapinya dengan kesombongan, kekufuran, dan penentangan. Nabi Nuh sangat bersedih terhadap kaumnya namun ia tidak sampai berputus asa. la tetap menjaga harapan selama 950 tahun. Tampak bahwa usia manusia sebelum datangnya topan cukup panjang. Dan barangkali usia panjang bagi Nabi Nuh merupakan mukjizat khusus baginya.<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Datanglah hari di mana Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Nuh bahwa orang-orang yang beriman dari kaumnya tidak akan bertambah lagi. Allah SWT mewahyukan kepadanya agar ia tidak bersedih atas tindakan mereka. Maka pada saat itu, Nabi Nuh berdoa agar orang-orang kafir dihancurkan. la berkata:</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi." (QS. Nuh: 26)<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Nabi Nuh membenarkan doanya dengan alasan:<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat dan kafir. " (QS. Nuh: 27)</div><div align="justify"></div><div align="justify">Allah SWT berfirman dalam surah Hud:<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Dan diwahyukan kepada Nuh, bahwasannya sekali-kali tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang-orang yang telah beriman saja, karena itu janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang selalu mereka kerjakan. Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang lalim itu. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. (QS. Hud: 36-37)<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Kemudian Allah SWT menetapkan hukum-Nya atas orang-orang kafir, yaitu datangnya angin topan. Allah SWT memberitahu Nuh, bahwa ia akan membuat perahu ini dengan "pengawasan Kami dan wahyu kami," yakni dengan ilmu Allah SWT dan pengajaran-Nya, serta sesuai dengan pengarahan-Nya dan bantuan para malaikat.<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Allah SWT menetapkan perintah-Nya kepada Nuh:<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang lalim itu. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. (QS. Hud: 37)<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Allah SWT menenggelamkan orang-orang yang lalim, apa pun kedudukan mereka dan apa pun kedekatan mereka dengan Nabi. Allah SWT melarang Nabi-Nya untuk berdialog dengan mereka atau menengahi urusan mereka. Nabi Nuh mulai menanam pohon untuk membuat perahu darinya. Ia menunggu beberapa tahun, kemudian ia memotong apa yang ditanamnya dan mulai merakitnya. Akhirnya, jadilah perahu yang besar, yang tinggi, dan kuat.<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Para mufasir berbeda pendapat tentang besarnya perahu itu, bentuknya, masa pembuatannya, tempat pembuatannya dan lain-lain. Berkenaan dengan hal tersebut Fakhrur Razi berkata: "Ketahuilah bahwa pembahasan ini tidak menarik bagiku karena ia merupakan hal-hal yang tidak perlu diketahuinya. Saya kira mengetahui hal tersebut hanya mendatangkan manfaat yang sedikit." Mudah-mudahan Allah SWT merahmati Fakhrur Razi yang menyatakan kebenaran dengan kalimatnya itu. Kita tidak mengetahui hakikat perahu ini, kecuali apa yang telah Allah SWT ceritakan kepada kita tentang hal itu. Misalnya, kita tidak mengetahui dimana ia dibuat, berapa panjangnya atau lebarnya, dan kita secara pasti tidak mengetahui selain tempat yang ditujunya setelah ia berlabuh.<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Allah SWT tidak memberikan keterangan secara detail berkenaan dengan hal tersebut yang tidak memberikan kepentingan pada kandungan cerita dan tujuannya yang penting. Nabi Nuh mulai membangun perahu, lalu orang-orang kafir lewat di depannya saat ia dalam keadaan serius membuat perahu. Saat itu, cuaca atau udara sangat kering, dan di sana tidak terdapat sungai atau laut yang dekat. Bagaimana perahu ini akan berlayar wahai Nuh? Apakah ia akan berlayar di atas tanah? Di manakah air yang memungkinkan bagi perahumu untuk belayar? Sungguh Nuh telah gila! Orang-orang kafir semakin tertawa terbahak-bahak dan semakin mengejek Nabi Nuh.<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Puncak pertentangan dalam kisah Nabi Nuh tampak dalam masa ini. Kebatilan mengejek kebenaran dan cukup lama menertawakan kebenaran. Mereka menganggap bahwa dunia adalah milik mereka dan bahwa mereka akan selalu mendapatkan keamanan dan bahwa siksa tidak akan terjadi. Namun anggapan mereka itu tidak terbukti. Datangnya angin topan menjungkirbalikkan semua perkiraan mereka. Saat itu, orang-orang mukmin mengejek balik orang-orang kafir dan ejekan mereka adalah kebenaran. Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Dan mulailah Nuh membuat bahtera itu. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan metewati Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nuh: 'Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) akan mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek kami. Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa oleh azab yang menghinakan dan yang akan ditimpa azab yang kekal." (QS. Hud: 38-39)<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Selesailah pembuatan perahu dan duduk menunggu perintah Allah SWT. Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Nuh bahwa jika ada yang mempunyai dapur, maka ini sebagai tanda dimulainya angin topan. Di sebutkan bahwa tafsiran dari at-Tannur ialah oven (alat untuk memanggang roti) yang ada di dalam rumah Nabi Nuh. Jika keluar darinya air dan ia lari maka itu merupakan perintah bagi Nabi Nuh untuk bergerak. Maka pada suatu hari tannur itu mulai menunjukkan tanda-tandanya dari dalam rumah Nabi Nuh, lalu Nabi Nuh segera membuka perahunya dan mengajak orang-orang mukmin untuk menaikinya. Jibril turun ke bumi. Nabi Nuh membawa burung, binatang buas, binatang yang berpasang-pasangan, sapi, gajah, semut, dan lain-lain. Dalam perahu itu, Nabi Nuh telah membuat kandang binatang buas.<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Jibril menggiring setiap dua binatang yang berpasangan agar setiap spesies binatang tidak punah dari muka bumi. Ini berarti bahwa angin topan telah menenggelamkan bumi semuanya, kalau tidak demikian maka buat apa ia harus mengangkut jenis binatang-binatang itu. Binatang-binatang mulai menaiki perahu itu beserta orang-orang yang beriman dari kaumnya. Jumlah orang-orang mukmin sangat sedikit. Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Hingga apabila perintah Kami datang dan tannur telah memancarkan air, Kami berfirman: 'Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkanlah pula) orang-orang yang beriman.' Dan tidak beriman bersama Nuh itu kecuali sedikit. " (QS. Hud: 40)<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Istri Nabi Nuh tidak beriman kepadanya sehingga ia tidak ikut menaiki perahu, dan salah satu anaknya menyembunyikan kekafirannya dengan menampakkan keimanan di depan Nabi Nuh, dan ia pun tidak ikut menaikinya. Mayoritas manusia saat itu tidak beriman sehingga mereka tidak turut berlayar. Hanya orang-orang mukmin yang mengarungi lautan bersamanya. Ibnu Abbas berkata: "Terdapat delapan puluh orang dari kaum Nabi Nuh yang beriman kepadanya."<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Air mulai meninggi yang keluar dari celah-celah bumi. Tiada satu celah pun di bumi kecuali keluar air darinya. Sementara dari langit turunlah hujan yang sangat deras yang belum pernah turun hujan dengan curah seperti itu di bumi, dan tidak akan ada hujan seperti itu sesudahnya. Lautan semakin bergolak dan ombaknya menerpa apa saja dan menyapu bumi. Perut bumi bergerak dengan gerakan yang tidak wajar sehingga bola bumi untuk pertama kalinya tenggelam dalam air sehingga ia menjadi bola air. Allah SWT berfirman:<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air maka bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditetapkan. Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku. (QS. al-Qamar: 11-13)<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Air meninggi di atas kepala manusia, dan ia melampaui ketinggian pohon, bahkan puncak gunung. Akhirnya, permukaan bumi diselimuti dengan air. Ketika mula-mula datang topan, Nabi Nuh memanggil-manggil putranya. Putranya itu berdiri agak jauh darinya. Nabi Nuh memanggilnya dan berkata:</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir." (QS. Hud: 42)<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Anak itu menjawab ajakan ayahnya:</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah." (QS. Hud: 43)</div><div align="justify"></div><div align="justify">Nabi Nuh kembali menyerunya:<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Tidak add yang melindungi hari ini dari azab Allah selain orang yang dirahmati-Nya. " (QS. Hud: 43)</div><div align="justify"></div><div align="justify">Selesailah dialog antara Nabi Nuh dan anaknya.<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan. " (QS. Hud: 43)<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Perhatikanlah ungkapan AI-Qur'an al-Karim: Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya. Ombak tiba-tiba mengakhiri dialog mereka. Nabi Nuh mencari, namun ia tidak mendapati anaknya. Ia tidak menemukan selain gunung ombak yang semakin meninggi dan meninggi bersama perahu itu. Nabi Nuh ddak dapat melihat segala sesuatu selain air. Allah SWT berkehendak—sebagai rahmat dari-Nya—untuk menenggelamkan si anak jauh dari penglihatan si ayah. Inilah kasih sayang Allah SWT terhadap si ayah. Anak Nabi Nuh mengira bahwa gunung akan mencegahnya dari kejaran air namun ia pun terkejar dan tenggelam. Angin topan terus berlanjut dan terus membawa perahu Nabi Nuh. Setelah berlalu beberapa saat, pemandangan tertuju kepada bumi yang telah musnah sehingga tiada kehidupan kecuali sebagian kayu yang darinya Nabi Nuh membuat perahu di mana ia menyelamatkan orang-orang mukmin, begitu juga berbagai binatang yang ikut bersama mereka. Adalah hal yang sulit bagi kita untuk membayangkan kedahsyatan topan itu. Yang jelas, ia menunjukkan kekuasaan Pencipta. Perahu itu berlayar dengan mereka dalam ombak yang laksana gunung. Sebagian ilmuwan meyakini bahwa terpisahnya beberapa benua dan terbentuknya bumi dalam rupa seperti sekarang adalah sebagai akibat dari topan yang dahulu.<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Topan yang dialami oleh Nabi Nuh terus berlanjut dalam beberapa zaman di mana kita tidak dapat mengetahui batasnya. Kemudian datanglah perintah Ilahi agar langit menghentikan hujannya dan agar bumi tetap tenang dan menelan air itu, dan agar kayu-kayu perahu berlabuh di al-Judi, yaitu nama suatu tempat di zaman dahulu. Ada yang mengatakan bahwa ia adalah gunung yang terletak di Irak. Dengan datangnya perintah Ilahi, bumi kembali menjadi tenang dan air menjadi surut. Topan telah menyucikan bumi dan membasuhnya. Allah SWT berfirman:<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Dan difirmankan: 'Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah,' dan air pun disurutkan, perintah pun diselesaikan dan bahtera itu pun berlabuh di atas bukitjudi. Dan dikatakan: 'Binasalah orang-orang yang lalim. " (QS. Hud: 44)<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Dan air pun disurutkan, yakni air berkurang dan kembali ke celah-celah bumi. Segala urusan telah diputuskan dan orang-orang kafir telah hancur sepenuhnya. Dikatakan bahwa Allah SWT me-mandulkan rahim-rahim wanita selama empat puluh tahun sebelum datangnya topan, karena itu tidak ada yang terbunuh seorang anak bayi atau anak kecil.<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Firman-Nya: Dan bahtera itu pun berlabuh di atas bukit judi, yakni ia berlabuh di atasnya. Di sebutkan bahwa hari itu bertepatan dengan hari Asyura' (hari kesepuluh dari bulan Muharam). Lalu Nabi Nuh berpuasa dan memerintahkan orang-orang yang bersamanya untuk berpuasa juga.<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Dikatakan: 'Binasalah orang-orang yang lalim, 'yakni kehancuran bagi mereka. Topan menyucikan bumi dari mereka dan membersihkannya. Lenyaplah peristiwa yang mengerikan dengan lenyapnya topan. Dan berpindahlah pergulatan dari ombak ke jiwa Nabi Nuh. Ia mengingat anaknya yang tenggelam. Nabi Nuh tidak mengetahui saat itu bahwa anaknya menjadi kafir. Ia menganggap bahwa anaknya sebagai seorang mukmin yang memilih untuk menyelamatkan diri dengan cara berlindung kepada gunung. Namun ombak telah mengakhiri percakapan keduanya sebelum mereka menyelesaikannya. Nabi Nuh tidak mengetahui seberapa jauh bagian keimanan yang ada pada anaknya. Lalu bergeraklah naluri kasih sayang dalam hati sang ayah. Allah SWT berfirman:<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya. " (QS. Hud: 45)<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Nuh ingin berkata kepada Allah SWT bahwa anaknya termasuk dari keluarganya yang beriman dan Dia menjanjikan untuk menyelamatkan keluarganya yang beriman. Allah SWT berkata dan menjelaskan kepada Nuh keadaan sebenarnya yang ada pada anaknya:<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan). Sesungguhnya perbuatannya tidak baik. Sebab itu, janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakikatnya). Aku memperingatkan kepa-damu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.'" (QS. Hud: 46)<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Al-Qurthubi berkata—menukil dari guru-gurunya dari kalangan ulama—ini adalah pendapat yang kami dukung: "Anaknya berada di sisinya (yakni bersama Nabi Nuh dan dalam dugaannya ia seorang mukmin). Nabi Nuh tidak berkata kepada Tuhannya: "Sesungguhnya anakku termasuk keluargaku," kecuali karena ia memang menampakkan hal yang demikian kepadanya. Sebab, mustahil ia meminta kehancuran orang-orang kafir kemudian ia meminta agar sebagian mereka diselamatkan."<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Anaknya menyembunyikan kekufuran dan menampakkan keimanan. Lalu Allah SWT memberitahukan kepada Nuh ilmu gaib yang khusus dimiliki-Nya. Yakni Allah SWT memberitahunya keadaan sebenarnya dari anaknya. Allah SWT ketika menasihatinya agar jangan sampai ia menjadi orang-orang yang tidak mengerti. Dia ingin menghilangkan darinya anggapan bahwa anaknya beriman kemudian mati bersama orang-orang kafir.<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Di sana terdapat pelajaran penting yang terkandung dalam ayat-ayat yang mulia itu, yang menceritakan kisah Nabi Nuh bersama anaknya. Allah SWT ingin berkata kepada Nabi-Nya yang mulia bahwa anaknya bukan termasuk keluarganya karena ia tidak beriman kepada Allah SWT. Hubungan darah bukanlah hubungan hakiki di antara manusia. Anak seorang nabi adalah anaknya yang meyakini akidah, yaitu mengikuti Allah SWT dan nabi, dan bukan anaknya yang menentangnya, meskipun berasal dari sulbinya. Jika demikian seorang mukmin harus menghindar dari kekufuran. Dan di sini juga harus di teguhkan hubungan sesama akidah di antara orang-orang mukmin. Adalah tidak benar jika hubungan sesama mereka dibangun berdasarkan darah, ras, warna kulit, atau tempat tinggal.<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Nabi Nuh memohon ampun kepada Tuhannya dan bertaubat kepada-Nya. Kemudian Allah SWT merahmatinya dan memerintahkannya untuk turun dari perahu dalam keadaan dipenuhi dengan keberkahan dari Allah SWT dan penjagaan-Nya:<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">"Nuh berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakikatnya). Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh mbelas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi. " (QS. Hud: 47) "Difirmankan: 'Hai Nuh, turunlah dengan selamat dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang beriman) dari orang-orang yang bersamamu.'" (QS. Hud: 48)<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Nabi Nuh turun dari perahunya dan ia melepaskan burung-burung dan binatang-binatang buas sehingga mereka menyebar ke bumi. Setelah itu, orangorang mukmin juga tumn. Nabi Nuh meletakkan dahinya ke atas tanah dan bersujud. Saat itu bumi masih basah karena pengaruh topan. Nabi Nuh bangkit setelah salatnya dan menggali pondasi untuk membangun tempat ibadah yang agung bagi Allah SWT. Orang-orang yang selamat menyalakan api dan duduk-duduk di sekelilinginya. Menyalakan api sebelumnya di larang di dalam perahu karena dikhawatirkan api akan menyentuh kayu-kayunya dan membakarnya. Tak seorang pun di antara mereka yang memakan makanan yang hangat selama masa topan.<br />
<br />
</div><div align="justify"></div><div align="justify">Berlalulah hari puasa sebagai tanda syukur kepada Allah SWT. Al-Qur'an tidak lagi menceritakan kisah Nabi Nuh setelah topan sehingga kita tidak mengetahui bagaimana peristiwa yang dialami Nabi Nuh bersama kaumnya. Yang kita ketahui atau yang perlu kita tegaskan bahwa Nabi Nuh mewasiatkan kepada putra-putranya saat ia meninggal agar mereka hanya menyembah Allah SWT.</div></div><div class="post-footer"></div></div><br />
<br />
<br />
</div>El Ghibran http://www.blogger.com/profile/16052675761095552507noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4700137061092936302.post-88559118398914634342011-11-05T05:49:00.002+07:002011-11-05T05:56:34.294+07:00Untaian Historis “MISTERI MALAKUT ISRA’ MI’RAJ”<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">(+) Allahu Akbar.... Allahu Akbar.... Allahul Qodirul Jalil... dalam segala hal dan dalam segala keadaan, sepanjang hari dan sepanjang malam... Beta bersaksi bahwa tiada Tuhan yg patut disembah selain ALLAH sang Pemurah, penabur cahaya Rahmah dan pengatur putaran estetik cakrawala.<br />
<br />
(-) Betapun bersaksi bahwa Muhammad utusan pilihan-Nya. Disaat bumi persada goyah penuh dengan fitnah, porak poranda ikatan nidzomnya, dikala seten-setan disembah dan di puja, sang iblis menyelinap ke dalam aqidah... muhammad bin Abdillah terutus tuk memadamkan bara apinya dan memudarkan percikan baranya.<br />
<br />
(+) Kalimat nikmat yg terkarunia kepada nabi-Nya... puncak keistimewaan yg tercurah kemuliaan...dan ketinggian yg tiada mendua itulah ISRA’ MI’RAJ yg tertulis abadi dalam luasnya lembaran historis.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
(-) ISRA’ MI’ROJ merupakan peristiwa FISIK dan METAFISIK. Peristiwa keagungan baginda Nabi... preistiwa yg tiada pupus dan lapuk oleh ujannya zaman, tiada lekang oleh panas kerontangnya putaran masa, dan peristiwa yg menyirat sejuta misteri berarti.<br />
(+) Disaat malam nan kelam miskin cahaya... Muhammad tidur diatas Hijir Isma’il. Tiba-tiba hadirlah JIBRIL dan MIKA’IL tuk membawanya ke alam keindahan panorama telaga zam-zam.<br />
(-) Disana tempat Baginda Nabi dibaringkan dan dioperasi tuk dibuang kotoran maknawinya hingga sucilah hati beliau dari perangai dengki dan sifat syaithoni.<br />
<br />
(+) JIBRIL membawa satu loyang emas berisikan mutiara hikmah dan nur iman, dituangkannya kedalam dada Nabi, hingga penuhlah kkalbu beliau dengan kesabaran, ilmu, iman dan islam.<br />
(-) “Cap keNABIan” pun di kalongkan sebaga cendra mata dari Allah azza wajalla.<br />
(+) Tuk penuhi panggilan suci Ilahi beliau di perlengkapi dengan kekuatan dan sarana serba suci tuk menmbus alam suci MALAKUT.<br />
(-) BUROQ dicipta sebagai kendaraan spesial, sebagai guide dan penunjuk jalannya Allah, perintahkan JIBRIL dan MIKA’IL tuk menyertainya.<br />
(+) Mereka dua delegasi JIBRIL dan MIKA’IL menaiki Buroq bersama Nabi, seraya mengucap tsana’ dan madah kepada Allah, berharap agar sentosa dalam safari menembus punggung samawi hadir di hadapan <i><b>MAHLIGAI HADROTUL QUDSI</b></i><b>.</b><br />
<br />
*BUROQ melangkahkan kakinya dengan cepat sekali... Di tengah-tengah safari ISRA’nya... baginda Nabi menjumpai rentetan peristiwa berarti... Muhamma... Muhammad... Muhammad... (di ucapkan banyak orang)<br />
<br />
(-) JIBRIL... Ku lihat segerombolan Jin sedang berdiskusi yg dipimpim IFRIT, mereka memanggil-manggil aku, sesaat ku pandang msih ada... sebentar lagi ku pandang masih ada... membawa obor lagi... Apakah ini artinya waahai Jibril...?<br />
(+) Baginda Nabi... mereka gambaran ummat Baginda bahwa kelak pasti akan di goda dan di rayu setan jika tak berserah diri kepada Allah dan mohon perlindungan-Nya, utamanya dikala melakukan Sholat yg merupakan kontak Vertikal.<br />
(-) Jibril... ku lihat disana sekelompok penduduk sedang bercocok tanam, sekali menanam diketam seketika itu jua... begitu seterusnya tiada henti... apa arti semua itu wahai Jibril...?<br />
(+) Baginda Nabi... itulah metafora ummat baginda yg membela agama Allah dengan keIKHLASan dan mendermakan hartanya demi kepintingan syi’ar Dinul Islam, sekali beramal bajik akan dilipat gandakan pahalanya sampai 700 kali.<br />
(-) Hmmm... harumya..sedaap lagiii semerbak mewangi...ini baunya apa?<br />
(+) Nabi yg mulia... inilah bau makam Siti Mashitoh dan anak-anaknya juru sisir putri Fir’aun... Mereka rela mempertaruhkan nyawa di telan didihan minyak yg amat panas, kendati sang anak meronta menangis teriris-iris, demi mempertahankan aqidah dan keyakinan mereka.<br />
<br />
*Setapak demi setapak Buraq melangkah berjalan laju membawa Baginda Nabi Muhammad dan dua pengawalnya.<br />
<br />
(-) Jibril... Jibril... ku pandang nun jauh disana ada sekelompok manusia yg memuku kepalanya sendiri dengan pau gadam..., hingga kepalanya pecah, arkian kembali lagi dan pulih... dipukul lagi... pecah dan pecah lagi... begitu seterusnya... apa gerangan semua ini wahai Jibril...?<br />
(+) Mereka perumpamaan ummat Baginda yg terasa berat melaksanak SHOLAT, malas-malasan Sholat dan enggan mengikuti praktek Sholat.<br />
(-) Jibril..... (+) Ya... Baginda Nabi....<br />
(-) Bolehkah tanya lagi...? (+) Oh... tentu Baginda...<br />
(-) Jibril... siapakah mereka itu...? (+) Yang mana baginda....?<br />
(-) Itu... tu... kusaksikan segerombol manusia setrengah telanjang, mereka bagai binatang yg sedang di gembala, bak UNTA dan KAMBING... Mereka makan pohon onak berduri dan zaqqum yg pahit serta bara-bara dan bebatua n Jahannam...? Ach... sungguh mengerikan Jibril.... siapa mereka itu....?<br />
(+) Baginda... Baginda... Mereka adalah ilustrasi ummat yg cerdik pandai, pinter dan intlek, namun... tiada pandai beramal, tak becus manfaatkan ilmunya. Dan, sebagai gambaran si KAYA... yg enggan berbagi rasa dengan si PAPA.<br />
(-) Mereka itu siapa Jibril....? Mereka yg makan rakus daging busuk... pada hal disisnya tersedia daging yg enak serta lezaaattt....<br />
(+) Mereka adalah gambaran si Mata Keranjang, si hidung belang, si buas yg tiada pernah buas, pada hal disisinya tersanding istri dan suami yg HALAL, cantik jelita serta tampan rupawan.<br />
(-) Jibril... siapa itu...? Mereka yg berenang terhempas-hempas dalam bengawan darah... dilemparin batu lagi... Ach.... sungguh kasihaaan sekali....!<br />
(+) Baginda... mereka adalah lambang pemakan harta HARAM, ahli KORUPSI, Pungli dan Manipulasi. Mereka pemakan uang rakyat, oknum-oknum kredit macet, mereka adalah PERAMPOK harta Negara.<br />
<br />
*Tak selang berapa lama mereka meneruskan perjalanannya, sampailah pada sebuah peristiwa yg mengherankan....<br />
<br />
(-) Jibril... itu ada orang yg menumpuk kayu bakar tak kuat mengangkatnya, tapi masih ditambah lagi... lambang apa itu jibril...?<br />
(+) Mereka lamabng pemegang Amanah dan Janji, tapi tak kuasa melaksanakannya, serta sebagai lamabang orang yg ambisi dan gila kedudukan dan jabatan.<br />
(-) Jibril... ada lagi Jibril... kupandang ada segerombolan manusia menggunting bibirnya dengan gunting besi... habis digunting kembali lagi... habis digunting pulih kembli, begitu seterusnya.... apa makna peristiwa itu... wahai Jibril....?<br />
(+) Mereka adalah gambaran <i><b>ORATOR</b></i><b>, </b>ahli pitutur, dah ahli nasehat... namun sayang dikasih, mereka hanya pandai berceramah dan membual, tapi bodoh dalam beramal....<br />
<br />
*BUROQ lari dengan kecepatannya. Akhirnya sampailah disuatu tempat.... Baginda Nabi dihadapakan pada peristiwa yg mendebarkan....<br />
Dari samping kanan ada suara memamnggi-manggil... <i><b>Muhammad... Muhammad... . tunggulah aku... sebab aku akan bertanya....!</b></i><br />
Dari sebelah kiri juga terdengar....<i><b> Muhammad... Hai... Muhammad berhentilah kau aku mau bertanya....!</b></i><br />
*Baginda Nabi tiada menggubris dua suara itu....<br />
<br />
(-) Jibril...siapa sih dua suara yg memanggil-manggil tadi...?<br />
(+) Baginda...kekasih ILAHI.... Mereka yg memanggil Baginda adalah orang YAHUDI dan NASHRANI... Andai Baginda menjawab panggilan yg pertama niscaya ummat Baginda akan menjadi YAHUDI. Dan andai Baginda menjawab panggilan yg kedua niscaya kelak ummat Baginda.... kelak semuanya akan menjadi NASHRANI.<br />
<br />
*Setelah Baginda Nabi bertemu para Nabi dalam menembus tujuh petala langit itu, lantas Jibril membawanya ke <i><b>SIDROTUL MUNTAHA</b></i> yang diliputi oleh awan yg beraneka ragam warna, tempat ter-SUCI yg tak dapat dijamah oleh makhluk Allah apapun selain beliau.<br />
Muhammad dihadirkan di hadapan mahligai ke-AGUNG-an ALLAH, untuk menerima perintah SHOLAT lima kali dalam sehari semalam.<br />
<br />
(-) Kerjakan DHUHUR...., Niscaya noda dosamu akan terkubur....<br />
(+) Kejakan ASHAR...., Dosa-dosamu akan terkapam dan terdampar....<br />
(-) Laksanakan MAGHRIB...., Nirwana akan merindukanmu dan semakin QARIB...<br />
(+) Dirikanlah ISYA’...., Niscaya ganjaranmu akan semakin banyak dan beranak pinak...<br />
(-) Kerjakan SUBUH...., Dosa dan salahmu jelas tak akan kambuh dan lagi berlabuh...<br />
(+) Wahai... Baginda Nabi jamahlah kami dalam rona syafa’atmu. Amien...<br />
<br />
<br />
el_Ghibran...<br />
<br />
</div>El Ghibran http://www.blogger.com/profile/16052675761095552507noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4700137061092936302.post-75097202846367838992011-11-05T05:46:00.000+07:002011-11-05T05:46:04.590+07:00Untaian Historis "HIJROTUN NABI"<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">(+) Petiklah apa yg kau tanam dahulu... entah baik... entah buruk.... Nasib kekasih tak lebih kayu pembakar sang Martir. Terpujilah Allah yg menyebabkan rembulan ini terbit. Menyatukan sepasang kekasih. Sebab... siapa yg pernah melihat Matahari dan Bulan sekaligus...?? Siapa yg pernah...??<br />
<br />
<br />
(-) Maha Suci Allah Sang Pencipta segala kauniyah. Tuhan yg berhak memuja dan dipuja. Atas limpahan Rahmat-Nya. Atas untaian nikmat-Nya. Atas pancaran hidayah-Nya. Dan... atas uluran ma’unah-Nya. Kaum muslimin tenteram... berlayar ditepian-Nya.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
(+) Ya... Allah... Ya... Azizu..., Engkaulah yg memperdaya keangkuhan syaithoniyah.<br />
(-) Ya... Allah... Ya Qohharu..., Engkaulah pembasmi aneka ragam durjana.<br />
(+) Bersama allam semesta nan indah mempesona, tak lupa kami panjatkan, semoga Salam dan Sejahtera melimpah ruah, pada yg mulia, Muhammad Ibni Abdillah.<br />
(-) Ketabahannya dalam pengabdian. Pengorbanannya dalam perjuangan. Betul-betul menyulut sukma, yg telah lalai oleh impiannya.<br />
<br />
(+) Makhluk-makhluk hidup atau tak bernyawa.<br />
(-) Yang mangangkasa atau yg melata.<br />
(+) Yang merayap atau yg menderap.<br />
(-) Yang menyelam atau yg berenang, turut berkasidah, manyanjung, keagungannya.<br />
(+) Dari semenannjung padang sahar yg tandus ddan gersang. Manyeruakkan historis yg seduh menyedihkan dan tegang mengangkan. Peristiwa itu, adalah detik-detik hijrahnya Baginda Muhammad SAW.<br />
<br />
(-) Emangnya ada apa sih kak...?<br />
(+) Adikku yg manisss.... Kakak amu cerita, tapi ada syaratnya adik... setelah kakak cerita, adik harus mendoakan kakak agar sukses dunia dan akhirat, gimanaaa???<br />
<br />
(-) Ahhh... kakak mau cerita aja ada syaratnyaaaa..... males ach.....<br />
(+) Yah... sudah kakak mau cerita.... Tidak terketukkah hati kita...! Melihat keadaan Baginda yg memperihatinkan... ketik orang-orang Quraisy beerminat membunuh beliau, karena orang-orang Quraisy mendengar beliau akan Hijrah, mereka khawatir jangan-jangan Muhammad menyusun kekuatan jika sampai keluar dari MEKKAH.<br />
<br />
(-) Dengar-dengar bahwa Nabi Muhamad terkepung rapat dalam rumahnya, tapi kenapa lolos juga kak..?<br />
(+) E...e...e... adikku... ketahuilah keangkuhan dan kedengkian tak kan mampu membendung kekuatan Allah, Yang Maha Kuat lagi Perkasa. Walau mereka menghunus pedang di tangan, dan pengepungan sudah tersusun mapan. Namun dimalam itu tiba-tiba mereka terlelap dalam tidurnya, berkat doa Baginda.<br />
<br />
Akhirnya sang Baginda bersembunyi didalam goa TSUR, bersama sahabat setianya ABU BAKAR. Namun dari kejauhan terdengar suara-suara manusia dengan derap langkahnya, yg semakin lama semakin terasa dekat.<br />
<br />
(-) Hahaha... Sekarang Muhammad tak akan lolos lagi dari kejaran kita. Dia pasti bersembunyi di dalam goa itu....<br />
(+) Tuan... saya kira Muhammad tidak ada dalam goa ini, lihat saja sarang laba-laba yg menutup ga ini tuan, serta dua merpati yg sedang bertelur itu, dan pepohonan yg tumbuh ditengah-tengah mulut goa. Andaikan ada orang masuk tentu sarang laba-laba sudah rusak, dua merpati tak mungkin diam disitu apa lagi bertelur, dan pepohonan itu akan roboh dan tumbang.<br />
<br />
(-)Sebaiknya kita tinggalkan tempat ini, kita cari Muhammad di tempat lain.<br />
(+) Berkat mukjizatnya, akhirnya mereka pulang dengan tangan hampa dan Rasulullah pun selamat dari pelacakan mereka.<br />
(-) Cahaya terang mulai bersinar di cakrawala.<br />
(+) Bintang-gemintang mulai tersenyaum menyinari Alam Panorama.<br />
(-) Burung-burung bersiul sambil bercanda.<br />
(+) Hembusan angin menyemilir enak di telinga.<br />
(-) Deburan ombak menggemakan lagu-lagu suka.<br />
(+) Gulungan pasir saling bersolek kemana-mana.<br />
(-) Fajar menyingsing tidak seperti biasanya.<br />
<br />
(+) Rerumputan bergoyang-goyang tiada terasa, dan seolah-olah semuanya menyimpan misteri, misteri sejuta gembira.<br />
(+-) Allahu Akbar.... Allahu Akbar.... Allahu Akbar.... Allahu Akbar.... Ternyata dan ternyata kekasih idolanya telah datang tak terduga, gegap gempita, teriak manusia, saling bergantian, kerinduan yg sekian lama menunggu, mencair diterpa cinta dalam senandung, cita yg sekian lama terpendam mencurah ruah dalam penuh kebahagiaan.<br />
<br />
(-) Demikianlah peristiwa peristiwa bersejarah, hari-hari penting di masa hijrahnya RASUL. Dari Madinah itulah kemudian Baginda Nabi mempersatukan bangsa dari segala Ras dan suku dengan ikatan Islam dan Iman. Sahabat Anshor dan Muhajirin terpadu, berdamai menjadi satu. Hingga akhirnya Islam pun mengokoh dan meluas ke segenap lapisan.<br />
(+) Namun sayang disayanag masa kejayaan itu pun kini tinggal kenangan. Kemenangan Khilafah Islamiyah, keemasan Andalusia, hanya menjadi dongeng sejarah.<br />
<br />
(-) Wahai Kaum Muslimin, para Cendikiawan, para Pemikir Islam, tokoh Agamawan, mungkin sudah saatnya Kaum Muslimin bangkit bersatu tuk melewan arus kebathilan yg melaju seraya membangun kembali KEMEGAHAN ISLAM yg hancur berantakan.<br />
Insya’Allah Ada Jalan.<br />
<br />
<br />
el_Ghibran !<br />
<br />
</div>El Ghibran http://www.blogger.com/profile/16052675761095552507noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4700137061092936302.post-19912993228339405342011-09-19T11:08:00.003+07:002011-11-05T05:42:00.366+07:00Untaian Historis "NUR MUHAMMAD"<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
<h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":1}" style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}">Duhai kekasihku...!<br />
Kapankah... cintaku kan menyatu dengan cintamu?<br />
Sedang hatiku sakit karena selalu mengenang akan kebaikanmu.<br />
<span class="text_exposed_show"> Wahai Rabbi... Jangan jauhkan dia dariku.<br />
<br />
(+) Aku berlindung dari godaan setan yg terkutuk. Katakanlah: Wahai Tuhan yg memiliki kerajaan. Engkau berikan kerajaan kepada yg orang Engkau kehendaki. Engkau cabut kerajaan dari orang yg Engkau kehendaki. Engkau mulyakan orang yg Engkau kehendaki. Engkau nistakan orang yg Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.<a name='more'></a><br />
<br />
(-) Memang tak ada yg Maha Besar. Hanyalah Allah....<br />
(+) Memang tak ada yg Maha Esa. Hanyalah Allah....<br />
(-) Tiada yg Maha Perkasa. Hanyalah Allah...<br />
(+) Tiada yg Maha Digdaya. Hanyalah Allah....<br />
(-) Yang Maha Segalanya. Hanyalah Allah.... Limpahan karunia-Nya, abadi didamba sebesar-besarnya.<br />
(+) Kepemurahan-Nya senantiasa di mohon segenap manusia.<br />
(-) Rahmat Karunia-Nya tercurah ruah, uluran Kasih Sayang-Nya yg tiada tara, tak pernah putus kepada hamba-hamba-Nya.<br />
<br />
(+) Suara itu terus menggema, membahana dan merasuk dalam sukma.<br />
(-) Suara itu tiada putus menjelma, merangkai kata menembus kedalaman jiwa.<br />
(+) Berjuta Insan bersholawat kepadanya.<br />
(-) Berjuta Ikan dilautan bersholawat kepadanya.<br />
(+) Berjuta Hewan di hutan bersholawat kepadanya.<br />
(-) Berjuta Burung di awan bersholawat kepadanya. Berjuta ciptaan sang Rahman bersholawat kepadanya.<br />
(+) Alunan puji tak henti, bak deru ombak samudera yg tak kenal reda.<br />
(-) Rekah bunga madah nan semerbak bagai kasturi, selelu segar penuh pesona, tak kunjung layu bagai bunga sorga.<br />
<br />
(+) Memang kalimat itu melukis sejarah tak pernah usang, walau aneka kendala melintang, baik pagi, siang, sore, petang seringkali atupun kadang-kadang, sekarang dan masa mendatang.<br />
(-) Kalimat itu memang mengusik hati mekar bersuka ria, rana duka, gundah gulana, dan nestapa jadilah hilang.<br />
(+) Betapa bahagia malam ini, malam nan penuh pancaran cahaya raksasa tiada dua.<br />
(-) Cahaya cikal bakal wujud kauniyah. Cahaya itu tercipta 2000 tahun sebelum Adam AS di cipta.<br />
(+) Cakrawala ini tercipta karena dia.<br />
(-) Mayapada ini tercipta karena dia....<br />
(+) Manusia ini tercipta karena dia...<br />
(-) Pepohonan dan bebatuan terwujud jelas-jelas karena dia. Gunung-gunung tinggi menjulang, pasti...pasti.. karena dia.<br />
<br />
(+) Bumi dan langit beserta petalanya jug karena dia.<br />
(-) Jadi dia Ainiul Wujud....? Bener... benar...dia Ainul Wujud...<br />
(+) Wah.... Masya’Allah.... Nur cahaya itu benar-benar bersinar dan berbinar.<br />
(-) Yaaa ... sinar itu sungguh memancar, apakah itu Nur Adam..?<br />
(+) Tidak...<br />
(-) Nur Nabi Nuh kah...?<br />
(+) Tidak.....<br />
(-) Lantas... Nur siapa itu...?<br />
<br />
(+) Dialah cahaya seorang Nabi keturunan dari silsilah yg suci tiada oleh prilaku rendah dan nista, bermartabat tinggi, berketurunan mulia dan sangat di hormati masyarakat, ibarat sebuah pohon yg berakar kokoh di bumi dan bercabang menjulang tinggi ke langit. Nur itu senantiasa di pindah dari sulbi-sulbi yg suci kerahim-rahim yg bersih, akhirnya cahaya itu terlahirlah dari dua sejoli, Melati Quraisy yg harum semerbak dan Pemuda Quraisy yg gagah perkasa, peramah, pemurah, dan bermartabat mulia, mereka adalah ABDULLAH dan AMINAH yg telah mendayung bahtera kehidupan barunya nan bertabur MAWADDAH WARAHMAH.<br />
<br />
(-) Aminah... aku bahagia hidup selalu bersamamu, aku mencintaimu..... Aminah apakah kau merasa apa yg aku rasa???<br />
(+) Kanda...Abdullah... aku tak dapat melukiskan pesona cinta yg kini bergelora dalam dada, aku telah ahanyut dalam cintamu.<br />
(-) Aku juga Aminah... Bahkan aku melebihi apa semua yg kau rasa.<br />
(+) Dua sejoli Abdullah dan Aminah mulai memasuki kehidupan yg tenang dan tenteram.<br />
(-) Dua suami istri itu duduk berdampingan, berbincang-bincang berbagai soal yg melegakan hati dan merekahkan senyum semais madu.<br />
(+) Masing-masing teringat suratan takdir yg mengantar keduanya dalam kehidupan bersama yg penuh kasih sayang.<br />
<br />
(-) Menjelang tengah malam, Aminah tertidur pulas, sedang Abdullah disampingnya tak tidur menanti fajar menyingsing, Sambil mengamati istrinya yg tersenyum kecil tenggelam di alam mimpi yg indah dan mempesona. Setelah bangun dari kenyenyakan tidurnya Aminah bercerita.<br />
<br />
(+) Kanda Abdullah... dalam mimpi aku melihat sinar terang benderang memancarkan cahaya lembut dari sekitar diriku, hingga aku seakan-akan dapat melihat istana-istana BUSHROH di negeri Syam Kanda... tak lama kemudian aku mendengar suara yg mengatakan: “Aminah... engkau telah hamil dan akan melahirkan orang termulia di jagat raya ini”.<br />
<br />
(-) Cahaya itu telah datang..... Engkau datang wahai RASULULLAH. Engkaulah cahaya dan nyala Islamiyah.<br />
(+) Cahayamu indah menyinari bukit SHOFA dan MARWAH.<br />
(-) Padamu kembang hidup kehidupan nan wujud Taufan dahsyat ABROHAH mencair di dasar gelombang.<br />
(+) Dahaga menelan tipu daya pasukan bergajah. Burung-burung ABABIL menghembuskan lumpur Neraka.<br />
(-) Engkau datang wahai RASULULLAH. Rumah berhala dan api majusi berlumur darah.<br />
(+) MASJIDIL HARAM meniupkan wewangian Surga, Matahari dan Rembulan hidup dengan keperkasaannya.<br />
(-) Rahmatnya abadi di jalan Shirotol Mustaqim... Muhammad kekasih Allah, mahkota keemasanmu abadi.<br />
<br />
el_Ghibran !</span></span></span></h6></div>El Ghibran http://www.blogger.com/profile/16052675761095552507noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4700137061092936302.post-50512163098347312022011-09-19T11:04:00.001+07:002011-11-05T05:42:24.232+07:00Untaian Historis “BUMI DAN LANGIT”<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
<div class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"></span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(+) Maha suci Allah, yg telah menjalankan hamab-Nya pada suatu malam, dari Al-Masjidil Haram di makkah ke Al-Masjidil Aqsho di Paletina yg telah kami berkahi sekelilingnya, agar kami memperlihatkan kepadanya sebagian dari tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalaha Maha Mendengar lagi Maha Melihat.</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(-) Sholawat serta salam sejahtera semoga abadi tercurah kepada<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"> Muhammad Ibni Abdillah, </b>Nabi pembawa hidayah dan Dinillah kepada sekalian<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"> JIN</b> dan <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">MANUSIA</b>, Arab dan bukan Arab. Dia yg berhias budi pekerti luhur, perilaku utama dan perangai mulia. Dialah cahaya langit dan bumi raya, Sang buana bersinar binar karena cahayanya. Dan jiwa yg mencabik tirai kegelapan, berenang dalam cahaya kebesarannya.</span></div><a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(+) Sesungguhnya telah datang kepada kalian bukti kebenaran dari Allah, <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Muhammad</b> dan Mu’jizatnya serta cahaya terang benderang <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Al-Qur’an</b> Yg Mulia.</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(-) Benar.....memang benar, <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Muhammad</b> adalah bukti kebenaran, bukti puncak keadilan dan bukti mega kerahmatan Sang Rahman.</span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(+) Peristiwa <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">ISRO’ MI’ROJ</b> sebagai klimaks keistimewaan pribadi dan sifat <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Muhammad</b>. Tak ada makhluk selain beliau, beroleh martabat dan pangkat sehebat yg beliau sandang, baik itu kalangan Anbiyaa’, Mursaliin, ataupun Malaikat Muqorrobin,.</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(-) <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">ISRO’ MI’ROJ</b> adalah peristiwa fisik dan metafisik, audiensi hamba mulia dengan Sang Kholiq, sungguh asyiik memang unik jadikan nafas segala yg wujud tuk berbisik.</span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(+) <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">ISRO’</b> adalah perjalanan Nabi di malam hari dari Masjidil Haram sampai Majdil Aqsho. Sedang <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">MI’ROJ</b> adalah perjalanan naiknya Nabi dari Masjidil Aqsho menembus tujuh petala langit, menuju Sidrotul Muntaha Hadrtul Qudsi.</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(-) Cikal-Bakal Mi’raj ada yg berkata bermula dari debat adu argument anatara Bumi dan Langit yg berebut piala kebaikan.</span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(+) Hai Langit........ </span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(-) Hai Bumi.............</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(+) Aku lebih baik dari pada kamu... Langit.... </span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(-) Loh... kok bisa...? Aku lah yg lebih baik dari pada kamu Bumi...</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(+) Tidak bisa, jangan macam-macam langit...!!??</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(-) Mana aku tahu, emang situ menangnya sendiri sih... Bumi....???</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(+) Pokoknya aku yg lebih baik... Langit....</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(-) Apa lalasanmu, Bumi....???</span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(+) Hai langit...., coba kamu pandang, <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Allah</b> telah menghias rias hamparan diriku dengan aneka negara, berikut kemegahannya, samudera biru membentang, beragam bengawan panjang dan pendek, pepohonan, bebatuan, gemunung dan gedung tinggi menjulang, semuanya bukti kebesaranku.</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(-) Wahai bumi...., kalau itu alasanmu aku pun berargumentasi padamu atas kehebatanku, coba kau lihat sang Surya obor raksasa, mentari pancarkan cahaya seluruh jagat raya, wow....keren..., itu menghiasi aku. Rembulan dengan keayuannya, bintang-gemintang nan menabur sejuta pesona, cakrawala, buruj tempat kumpulan bintang, arsy, kursi singgasana dan nirwana alam surgawi, didalamnya berjuta bidadari molek bersolek, panorama indah menawan menggiurkan bikin pemandang mabuk kepayang, wow.... semua milikku wahai Bumi, pikir-pikir dulu donk kalau ngomong.</span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(+) Hai langit..........</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(-) Apa Bumi..........</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(+) Diatas diriku berdiri Baitullah, wahai Langit..... Berkunjung dan berthowaf mengelilingnya barisan Anbiyaa’ Mursaliin, Auliyaa’ dan Mu’miniin, seantero jagat raya.</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(+) Bumi... kalau dirimu punya Baitullah, aku punya Baitul Ma’mur yg senantiasa dikelilingi malaikat langit. Dan pada diriku terdapat surga tempat arwah Anbiyaa’ dan Musaliin, Auliyaa’ dan Sholihin, bagaimana Bumi, kamu ga punya surga kan...???</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(-) Baiklah langit... sekarang aku lontarkan alasan terakhir, bahwa aku lebih baik dari kamu. Dengarkan yaaa.....!!!</span></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.75pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(+) Oke, Bumi....</span></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.75pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.75pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(-) Langit...... Gusti para Rasul, pamungkas para Nabi dan kasih-kinasih <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Tuhan</b> semesta, serta Nabi palinh utama dari segala yg ada.... berdiam diatas diriku. Syari’atnya pun lestari diatasku. Ayo... jawab langit.... ini argument terakhirku, ayo jawab.........., kok diam.... kalah ya.....?? </span></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.75pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(+) Ah.... ah.... ach aku ga bisa jawab, hmmm.... kemana aku harus mencari jawaban...?? <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">ILAHI Robbul Izzati</b>... Engkaulah... Penerima si pendo’a... aku mohon kepada ENGKAU.... naikkanlah <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Muhammad</b> dalam ketinggianku agar aku jadi mulia, bangga, bahagia karena-Nya.</span></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.75pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.75pt;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">*</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Akhirnya..... terkabullah do’a langit, <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Muhammad</b> di Mi’rojkan menembus punggung samawi dengan guide, penunjuk jalan JIBRIL dan kendaraan spesial SURGA.....BUROQ sebutannya.</span></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.75pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.75pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(-) Hai... Bumi.... aku memang kalah...... tapi sekarang aku sudah bahagia, karena makhluk yg enkau banggakan telah ada padaku.</span></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.75pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(+) Hmmm... jadi sekarang kita sama yaaaa.......</span></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.75pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(-) Aneka misteri dijumpai Nabi dalam safari ISRO’ MI’ROJ menembus tujuh petala samawi.</span></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.75pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(+) Mereka sekelompok JIN memanggil-manggil <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Muhammad</b> dan api bawaannya.</span></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.75pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(-) Gambaran ummat Muhammad akan dirayu sang Syaithon Jahannam.</span></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.75pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(+) Mereka yg bercocok tanam diketam seketika itu, kontinoue tak bertepi.</span></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.75pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(-) Ilustrasi..... bagi mereka yg meneliti jalan <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Allah</b> dengan <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Ikhlas</b> tak terkotori.</span></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.75pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(+) Hemm.... bau harum itu bau apa sih.......??</span></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.75pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(-) Si Dia... pahlawan agama <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Dewi Masyithoh</b>.</span></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.75pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.75pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(+) Ah.....mengerikan sekali, mereka yg setengah telanjang bak binatang itu siapa.... makannya duri... batu Jahannam lagi....??</span></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.75pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(-) Mereka metafora si pintar tapi tak benar, fasih dalam kata bodoh dalam amaliyahnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.75pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(+) Lho... itu siapa..... daging mentah kok dimakan, disisinya kan ada yg massak....???</span></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.75pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(-) Hmmm.... itu gamabaran si mata keranjang, si buas berhidung belang, laki-laki maupun perempuan.</span></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.75pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(+) Mereka yg berenang di bengawan darah......??????</span></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.75pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(-) Gambaran ahli korupsi, pungli dan manipulasi.</span></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.75pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(+) Dia yg menggunting bibirnya.......?????</span></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.75pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(-) Gamabaran si tukang pidato, tukang petuah dan nasehat, namun tak pandai praktek diri.</span></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.75pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(+) Aduh.....aduh....sakitttttt, kepalaku sakittt, siapa sih tu orang....kepalanya kok di pukul sendiri, sampai pecah kembali lagi....</span></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.75pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(-) Oh...... itu orang yg <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">malas</b> dan berat melaksanakan <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Sholat</b>.</span></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.75pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(+) Apa...??? Sholat...??? Sholat seperti yg diperktekan Nabi itu kah....???</span></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.75pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(-) Iya..., makanya ta’atilah <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Nabi Muhammad</b>..., ikutilah ajarannya dengan benar.</span></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.75pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">(+) Iya... ya... ingatlah Nabi Muhammad... dan Sholatnya........, Nabi saja masih melaksanakan Sholat meski sudah di jamin Surga, sebab kata beliau itulah cara beliau bersyukur kepada Allah atas segalanya....!!!</span></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.75pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 99.75pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">el_Ghibran !</span></div></div>El Ghibran http://www.blogger.com/profile/16052675761095552507noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4700137061092936302.post-19017458950744086222011-09-19T10:57:00.003+07:002011-11-05T05:42:56.699+07:00“ SANG NABI ”<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Lahir kedunia seorang anak yatim</span> </div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">di pedalaman padang tandus,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">jauh dari peradapan dan sangat terbelakang.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kerasnya kehidupan padang pasir</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">menjadikanya kuat bertahan </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">membentuknya dekat dengan alam sejak kecil</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">ia di gembleng untuk menjadi dirinya sendiri.</span></div><a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Muhammad sang Nabi,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">adalah seorang ummi yang di pilih Allah</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">untuk menjadi cahaya,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">bagi peradaban ummat manusia.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Allah yang mengajarinya,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Allah pula yang membimbingnya,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Allah membentuknya,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">menjadi seorang manusia paripurna.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Tugas utamanya menyampaikan risalah</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">untuk menyalamatkan manusia</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">dari keserakahan angkara murka.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dialah sang Guru,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">yang tak pernah menyebut dirinya guru.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Berangkat dari dari seorang buta huruf</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">ia menjadi ilmuan jenius.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dia sang penyelamat,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">yang selalu berfikir untuk umat,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">hidupnya sangat sederhana,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">jauh dari kemewahan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dialah sang Ayah,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">suri tauladan bagi anak-anaknya</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">dan suami yang sangat santun kepada istri.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dia jugalah sang Panglima,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Yang pantang menyerah di medan laga.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Saat orang-orang kafir beringas,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Menebaskan pedang berlumuran darah.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dia adalah kepala negara,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">yang sangat peduli kepada rakyat,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> saat umat butuh seorang pemimpin,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> yang jauh dari keserakahan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Muhammad adalah sahabat,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">bagi siapa saja yang ingin perjalanan hidupnya,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">berakhir di pangkuan ilahi robbi,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dzat yang begitu dekat.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Maka Allah dan para malaikat pun,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">menyampaikan shalawat kepada sang nabi,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">penutup seluruh umat.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dialah saksi atas segala umat di padang mahsyar,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">saat malaikat berkitaran di sekitar Arsy Allah.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Ilmu yang visinya jauh kedepan,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">buah pergulatan bathin bersama jibril,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">sang malaikat,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> Allah menugasi untuk selalu mendampingi,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">agar ia belajar memahami ayat-ayat,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">yang terhampar di seluruh ufuk langit dan bumi,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">dan yang ada di dalam dirinya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dialah manusia sejati,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">yang pantas untuk kita teladani,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">saat seluruh umat telah kehilangan hati nurani.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div></div>El Ghibran http://www.blogger.com/profile/16052675761095552507noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4700137061092936302.post-33743840153420860092011-09-19T10:56:00.002+07:002011-11-05T05:40:32.666+07:00“ ADAM ADALAH MAHLUK SURGA ”<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Adam sang manusia modren dan pertama,</span> </div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> adalah mahluk surya,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">segala kebutuhannya tersedia disana,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">termasuk hawa istrinya,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">yang dicipta dari jenis yang sama.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Adam adalah mahluk surya,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">sebuah taman yang indah,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">di planet bumi yang mempesona.</span></div><a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Tak ada planet lain,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Seindah planet surga ini.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Asmosfer kokoh yang menyejukkan,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">dari terik sang surya. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Mata air dan sungai mengalir,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">di seluruh penjuru bumi ,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">lembah dan ngarai,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">pepohonan dan buah-buah,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">bergelantungan dimana-mana.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Adam dan hawa adalah penghuni surga,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">yang tak lain adalah bumi,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">planet ke 3 dalam tata surya ini.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Nikmat surga hanya terasa bagi mereka</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">yang bisa menata hati,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">dalam ke taatan dan keikhlasan,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">mengharap rahmad dan karunia Allah.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Bukan mereka yang suka membangkang,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">atau siapa saja yang suka menentang fitrahnya sendiri.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Iblis adalah sang pemimpin</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">bagi siapa saja yang ingin keluar dari surga.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Keluar dari fitrah kemanusiannya,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">menuju derita neraka yang menyala-nyala,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">karena iblis adalah api yang membara</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">sedang manusia adalah air dan sari patih tanah.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Ya iblis adalah neraka. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Sedangkan manusia adalah surga.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Syajaratul Khuldi adalah pohon kekekalan</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">dan kerajaan yang tidak akan musnah,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">begitulah kata setan saat membujuk manusia Adam dan Hawa</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">untuk membangkang kepadanya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Allah menguji Adam dan Hawa</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">akankah ia taat dan ikhlas mengikuti fitrahnya</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">agar tetap berada di surga</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">ataukah ia membangkang mengikuti iblis dan masuk neraka.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Terserah saja.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Yang jels Allah membuka pintu taubat</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">dan rahmat seluas-luasnya,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">bagi hamba-hamba yang ingin kembali kepada-Nya,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">ingin kembali kepada fitrah surganya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><br />
</div><div class="MsoNormal">Agus M</div></div>El Ghibran http://www.blogger.com/profile/16052675761095552507noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4700137061092936302.post-23831673004968482422011-09-19T10:12:00.002+07:002011-09-19T10:12:38.360+07:00SUARA-SUARA SUCI<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><!--[if gte mso 9]><xml> <o:OfficeDocumentSettings> <o:RelyOnVML/> <o:AllowPNG/> </o:OfficeDocumentSettings> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--"/> <m:smallFrac m:val="off"/> <m:dispDef/> <m:lMargin m:val="0"/> <m:rMargin m:val="0"/> <m:defJc m:val="centerGroup"/> <m:wrapIndent m:val="1440"/> <m:intLim m:val="subSup"/> <m:naryLim m:val="undOvr"/> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
</style> <![endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;"><span style="mso-tab-count: 9;"></span>Mungkin...</span><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;"> </div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">di saat mulut - mulut <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>membuka ruang,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>bagi <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kehidupan kata - kata.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Suara <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>suci berhamburan,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">mencari selajur <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sungai yang airnya mengkristal,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">namun tetap mengalir,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">ada 1000 mata bersinar <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>membayang <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kedalamannya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Seperti batu cadas,</span></div><a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>yang pasrah di telan keserakahan,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">rupanya ada suara yang di timbun kebisuan,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">sejak kehidupan terkepung oleh Kematian.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Suara <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>perahu <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>di dayung <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ke <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>samudra,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">anak berlari <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>menginjak <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>pasir,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">dan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>gema riuhnya terbawa malaikat kelangit.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Di junjung ke awan hitam,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">dan terlahir menjadi hujan,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">suara angin yang hening,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">menyatu pada ketulusan sang surya yang bening,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">suara halilintar menggelegar,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">suara daun-daun berbisik,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">berjabat tangan tanda kasih yang tertusuk. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Mungkin...</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">di saat <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>suara-suara mendatangi <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sungai,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">membungkukan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>wajah,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">dan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>membunuh bait-bait syair ia segera berucap</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">“ Sucikan aku dengan setetes embun itu.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">el_Ghibran !</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><br />
</div></div>El Ghibran http://www.blogger.com/profile/16052675761095552507noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4700137061092936302.post-27271329014821502692011-09-19T10:01:00.000+07:002011-09-19T10:01:37.919+07:00Untaian Historis “SI SINGA PADANG PASIR”<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--"/> <m:smallFrac m:val="off"/> <m:dispDef/> <m:lMargin m:val="0"/> <m:rMargin m:val="0"/> <m:defJc m:val="centerGroup"/> <m:wrapIndent m:val="1440"/> <m:intLim m:val="subSup"/> <m:naryLim m:val="undOvr"/> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
</style> <![endif]--> <div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Marilah kita telusuri lembaran-lembaran historis yg bertintakan emas.</span></span> </div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Kita hadapkan seluruh perhatian, pendengaran, dan penglihatan kita kepada orang yg terpercaya.</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Kepada seorang Maha Guru yg tak ada bandingnya.</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Seorang pemimpin yg dikenal memiliki temperamen keras, tegas, tandas dan lugas.</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Dia adalah pemimpin Islam, yg jikalau kepala-kepala negara dan pemimpin-pemimpin sekarang disebut satu persatu, maka tanpa berlebihan.</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Ia-lah yg paling besar, paling baik dan paling suci....</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Dia seorang yg sholeh, dimana kesholehannya memancarkan kedinamisan serta karya pembangunan...</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Dan Dia tampil menjadi pemuka dari orang-orang yg bertaqwa.</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Siapakah dia....???</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Dialah...... <b>Si Singa Padang Pasir</b> “UMAR IBNUL KHATTHAB, RA” yang bergelar <b>Al Farouq</b>, pemisah antara hak dan bathil. Pejuang Islam ketiga sesudah Rasulullah SAW dan Abu Bakar As Shiddiq RA.</span></span></div><a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">A</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">: Maha Suci Allah yg telah menurunkan perkataan yg paling baik yaitu: Al Qur’an yg serupa mutu ayat-ayatnya, lagi berulang-ulang.</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">B</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">: Gemetar... gemetar karenanya kulit orang-orang yg takut Robb-nya, kemudian menjadi tenang, lembut, kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah.</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">A</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">: Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yg dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yg disesatkan Allah maka tidak ada seorangpun petunjuk baginya.</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">B</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">: Orang-orang yg kalbunya dibuka Allah untuk menerima Islam dan beroleh cahaya Ilahi, Dialah yg terpancar hidayah narwastu, tak sama dengan hatinya yg keras membatu.</span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">A</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">: Sholawat... dan salam sejahtera.... bagimu... Wahai <b>Mishbahus Shudur</b>....Wahai <b>Syamsun</b>... Wahai <b>Badrun</b>.... Duhai <b>Nurun Fauqo Nur</b>...</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">B</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">: Salam sejahtera bagimu... Wahai yg denganmu Allah memuliakan Islam... Salam bagimu Wahai Al Farouq.... Yang membelah hak dengan bathil dalam Islam.</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">A</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">: Salam bagimu Wahai yg selalu berkata benar... Salam bagimu Wahai... yg mengasuh anak-anak yatim... dan gemar menghubungkan <b>Shilaturrahim</b>...</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">B</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">: Keselamatan atasmu berkat kesabaranmu... Dan alangkah nikmat dan baiknya tempat kesudahan itu....</span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">A</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">: Nabi Muhammad pernah bersabda.... Sesungguhnya aku memiliki dua penasehat dari ahli langit dan dua penasehat dari ahli bumi. Yang dari ahli langit yaitu <b>Jibril</b> dan <b>Mika’il</b>. Sedangkan yg dari ahli bumi adalah <b>Abu Bakar</b> dan <b>Umar</b>. Merekalah pendengaran dan penglihatanku.</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">B</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">: Benar... benar... dialah Umar. Dialah Umar yg sesungguhnya... Umar yg jika melintasi jalan. Syetan-syetan pada menyingkir dan menghindar.</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Dialah Umar... Si<span> </span>Laki-Laki.... Jika berbicara</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">A</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">: Orang akan terpaksa mendengarkannya....</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">B</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">: Jika Ia berjalan.....</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">A</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">: Maka derap langkahnya tegap, tegap dan cepat bagai dikejar orang.</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">B</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">: Jika Ia berkelahi...</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">A</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">: Maka pukulannya. Adalah maut yg mematikan... Dialah Umar yg sejati.</span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">*Apakah yg menyebabkan Umar masuk Islam...??? Pada suatu hari sedang panas membara, mentari bagai membakar bumi, Umar keluar dari rumahnya, dengan memendam tekad menyala dan dengan pedang terhunus. Ia mengarahkan langkahnya ke rumah <b>Arqom</b>, tempat <b>Rasulallah</b> beribadah dan berdzikrullah bersama para sahabatnya.</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Umar yg roman wajahnya terlihat bagaikan sedang menyemburkan api karena dendam dan murkanya, ditengah jalan bertemu dengan Nu’aim bin Abdillah.</span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Nu’aim</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;"> : Hendak kemana engkau wahai Umar...???</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Umar</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;"><span> </span>: Nu’aim... Aku sedang mencari Muhammad yg telah memecah belah kesatuan Quraisy serta mempersetankan cendikiawannya, menghina agama kita, dan mencaci-maki Tuhan-tuhan kita. Akan aku tamatkan riwayatnya....!!!</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Nu’aim</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;"> : Demi Allah.... kamu telah tertipu oleh dirimu sendiri Umar.</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Umar</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;"><span> </span>: Hai... Nu’aim... apa maksudmu..??? Mungkin kau telah murtad. Kalu itu benar akan ku bunuh kau.....</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Nu’aim </span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">: Hai... Umar....! Apakah kamu<span> </span>mengira Bani ABDI MANAF akan membiarkanmu berjalan leluasa di muka bumi, setelah kamu berhasl membunuh Muhammad...???</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Sebaiknya kamu pulang saja, luruskanlah urusan keluargamu sendiri...!</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Umar</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;"><span> </span>: Siapa yg kau maksud dengan keluargaku dan apa maksudmu...???</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Nu’aim</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;"> : Heee... belum tahu kamu Umar... ketahuilah...! Adikmu Fatimah bersama suaminya Sa’id bin Zaid telah masuk Islam mengikuti agama Muhammad.</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Umar</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;"><span> </span>: Apa...? Adik kandungku sendiri...? Keparat...! Kalau begitu apa perlunya aku kerumah Arqom bila api itu menyala di rumah saudarku sendiri... Akan aku habisi mereka.... </span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">*Mendengar perkataan Nu’aim, Umar bagai disengat kalajengking... bagai disambar halilintar... tak terkirakan terkejutya.</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Dengan penuh kemarahan, Umar langsung merubah haluan dan pergi menuju rumah kedua keluarganya.</span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">*Dikala Sa’id, Fatimah dan Khabbab bin Arat berkumpul menggenggam Shohifah yg berisiskan ayat-ayat dari wahyu Ilahi yg mereka pelajari... tiba-tiba pintu ada yg menggedor dengan kerasnya..... (door...door...door...)</span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Sa’id</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;"><span> </span><span> </span><span> </span>: Siapa.....???</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Umar</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;"><span> </span><span> </span><span> </span>: Aku... Umar...!!!<span> </span>(lantas pintu dibuka)</span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">*Fatimah bersama suaminya menyambut kedatangan Umar di dekat pintu, diliputi kebingungan dan kekalutan yg luar biasa.</span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Umar</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;"><span> </span><span> </span><span> </span>: Aku dengar kalian telah murtad dan mengikuti agama Muhammad...??</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Sa’id</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;"><span> </span><span> </span><span> </span>: Bagaimana pendapat anda wahai Umar... jika kebenaran itu berada dipihak kami...???</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Umar</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;"><span> </span><span> </span><span> </span>: Haaahhh... rupanya engkaulah biang keladinya....</span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">*Tanpa pikir panjang Umar langsung menerkam Sa’id dan membantingkannya ke tanah dan pukulan Umar pun mendarat di wajah Fatimah yg berusaha membela suaminya, pekikan Fatimah seakan-akan bunyi serunai dari langit yg meraung berkepanjangan.</span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Fatimah</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;"> <span> </span>: Hai... Umaaar...... kamu telah berani memukul saya disebabkan saya beriman kepada Allah.... sekarang perbuatlah apa yg kamu suka..... kami tak gentar.....sedikitpun, dan tetap bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan ALLAH...dan Muhammad adalah Rasulullah.</span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">*Setelah Umar melihat darah mengucur dari kepala Fatimah... ia mearasa menyesal. Ia yg semula bagai badai yg menghancurkan, sekarang telah berubah laksana angin sepoi-sepoi yg mengalir semilir lembut.</span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Umar</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;"><span> </span><span> </span><span> </span>: Fatimah...! Berikanlah shohifah itu kepadaku, agar aku dapat melihat isinya.</span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">*Shohifah dibuka dan tertulis <b><u>Surat THOHA</u></b></span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><span style="font-size: small;"> </span><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Artinya</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">: “ Aku berlindung pada Allah dari goda’an syetan yg terkutuk dengan nama Allah y maha Pengasih lagi maha Penyayang.</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Thoha</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">...Kami tidak menurnkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah, tetapi sebagai peringatan bagi orang yg takut (kepada Allah). Yg diturunkan dari Allah yg menciptakan bumi dan langit, yaitu Dzat yg maha pemurah, yg bersemayam diatas <b>Arsy</b>. Milik-Nyalah semua yg terdapat diantara keduanya serta semua yg dibawah tanah. Jika kamu mengeraskan suara ucapanmu, maka sesungguhnya Ia mengetahui rahasia dan yg lebih tersembunyi lagi. Ia-lah Allah tiada Tuhan melainkan Dia. Ia mempunyai nama-nama (sebutan) yg paling baik’’.<span> </span></span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Umar</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;"><span> </span><span> </span>: Alangkah indahnya kata-kata ini dan alangkah mulianya. Tidak pantas bagi Allah yg ayat-ayat’Nya sebegini rupa, untuk mempunyai sekutu yg harus disembah....</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Tunjukkan kepadaku dimana <b>Muhammad</b>... aku akan menemuinya... dan aku akan masuk Islam....</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;">Khabbab</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 115%;"> : Bergembiralah dan berbahagialah hai Umar.... karena demi Allah do’a Rasulullah agar dirimu menjadi beneng Islam telah terkabulkan </span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div></div>El Ghibran http://www.blogger.com/profile/16052675761095552507noreply@blogger.com0