Aku memandang horizon yang membiru,
menatapnya lekat diantara dua bola mataku.
Tanganku masih mengepal merasakan dingin yang masih membalut kulitku,
diantara riak-riak tetes embun yang masih melekat pada hijaunya dedaunan
aku terduduk lesu memikirkan sebuah kecemasan yang tiada kunjung menghilang.
Aku pernah berfikir, mengapa aku tak bisa mendapatkan apa yang aku inginkan.
"Bukankah aku pantas mendapatkan yang lebih dari ini?" gumamku dalam hati.
Saat itu bayangan kelam menelisik sudut hatiku,
mulai mengeja angan tentang sebuah kata 'Kebahagiaan'.
Mereka bilang, bahagia itu adalah pilihan,
sementara di sisi lain mereka mendendangkan bahwa kebahagiaan adalah kewajiban.
Kewajiban yang harus kita miliki lewat sebuah perjuangan.
Aku berbisik dalam hati "Tidakkah aku cukup bahagia dengan semua ini?"
Terkadang ketakutan pada bayangan masa lalu itu muncul,
mengobrak-abrik dinding hatiku yang telah susah payah kubangun dengan kokoh.
Hal itu membuat kecemasan pada masa depan menghantuiku.
"Mengapa harus takut pada masa lalu?
Mengapa harus cemas pada bayangan masa depan?" fikirku.
Aku kembali menghela nafas,
mencoba memaknai setiap goresan takdir yang telah di catat-Nya dengan sempurna.
Pagi itu, sang surya memberi pesan kepadaku,
mungkin kita merasa sulit untuk berbahagia,
itu bukan karena kita yang tidak bahagia,
namun kita lah yang tidak dapat memahami apa itu bahagia.
"Bahagia adalah ketika kau mampu membuat semua orang yang berada didekatmu bisa tersenyum dengan hangat, melepas segala kecemasan di hati, dan mengubahnya menjadi cinta dan kasih sayang.
Dan itu semua berkat sinar cintamu yang kau biaskan kepada mereka".
Aku pun mengambil sebuah pensil dan penghapus,
mulai menulis apa itu kebahagiaan.
Berkali-kali aku menulis, mungkin sudah ribuan kata,
namun tetap saja tak ku jumpai, aku pun menghapusnya dengan penghapus karet yang menurutku tak berarti.
Hingga tiba-tiba dari sebuah penghapus karet itu aku memahami apa itu kebahagiaan.
"Kebahagiaan adalah rela berkorban untuk orang lain,
Seperti penghapus karet, yang dimata ku hanya sebuah benda kecil tiada guna,
namun ia memberikan manfaat bagi yang lain.
Ia rela kehilangan sedikit demi sedikit bagian dari tubuhnya hanya untuk membantu menghilangkan kesalahan yang ditulis oleh pensil.
Meskipun ia tahu lambat laun ia akan habis, dan akan diganti dengan penghapus yang baru, namun ia tetap rela menghapus segala kesalahan-kesalahan yang kita buat".
Itulah kebahagiaan,
kebahagiaan ada disini, namun kita sendirilah yang tak mampu merasakannya.
Kebahagiaan adalah dengan membuat orang lain bahagia.
Bukan ke egoan kita yang hanya ingin bahagia sendiri.
"Hiduplah dengan bahagia, dan buatlah oranglain bahagia"
kini kalimat itu telah terpatri dilubuk hatiku.
Dan aku pun menyadari, bahwa hanya dengan berbagi kebahagiaanlah
kita bisa merasakan apa itu bahagia.
Bahagia melihat oranglain tersenyum karena kita,
Bahagia dengan bersyukur, menikmati hari dengan penuh rasa sabar dan ikhlas.
Itulah kebahagiaan sejati...
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Tersenyumlah,
berbahagialah,
agar akupun berbahagia jika melihatmu bahagia, sahabatku...
♥ pelangi ♥
Tidak ada komentar:
Posting Komentar