Sabtu, 10 Maret 2012

♥♥˚◦☆•. (`'•.¸♥Bidadari Untuk Siapa?♥ ¸.•'´) .• ☆◦˚.♥♥ (BAGIAN 1 dan 2)




Seuntai kalung berbentuk hati tergeletak di atas meja kamar.
Penghuni kamar sedari tadi tak beranjak dari atas sajadah nya,
jam menunjukkan pukul 03.15 pagi.

Airmata bening nya turun membasahi wajah nya hingga mukena yang dipakainya bak cucian basah yg belum kering. Bibirnya bergetar, di pandangi nya Al-Qur'an bersampul hijau tua yang ada di pangkuannya.
Al-Qur'an yang baru saja dibeli nya, dan ia memilih warna hijau yang melambangkan warna Surga.
Di dalam nya tertulis nama indahnya,
"Huuriyah Mawaddah".

Di bukanya pada surat Ar-Rahmaan, bibirkan terbuka kecil dan mulai mengeja tiap kalimatnya dengan suara parau.
"Fabiayyi aalaa Irabbikumaa Tukadzdzibaan.."
airmata nya kembali meleleh, hampir-hampir ia tak dapat meneruskan bacaannya.
Ia memeluk Al-Qur'an itu erat,
sejenak ia menghentikan bacaannya, ia memulai mengatur nafas dan melanjutkan bacaannya sampai selesai.

***********************************************

20 November 2011 jam 08.00 pagi,

"Huuriyah, tunggu aku".
Terdengar suara seorang wanita memanggilnya, pemilik suara itu adalah Nailah, sahabatnya.

"Ayo lah, kita sudah hampir terlambat".
ucap Huuriyah sembari menggandeng tangan Nailah.
Mereka menuju sebuah toko buku bernama "Sakinah",
tempat mereka bekerja.


Pukul 12.00 siang,
Jam istirahat bagi karyawan toko,
toko buku tersebut mempunyai 9 orang karyawati,
semuanya perempuan.
Huuriyah sebagai salah seorang kasir nya, sementara Nailah sebagai karyawati biasa.

Para karyawati bergantian untuk istirahat shalat dzuhur dan makan siang.
Huuriyah dan Nailah bergandengan menuju rumah makan yg terletak disamping toko buku seusai mereka shalat dzuhur.
Mereka duduk berhadapan di pojok ruangan.

"Riyah, mana kalung kembaran kita? kenapa tidak kau pakai?"
tanya Nailah sambil menyibak jilbab Huuriyah.

"Oh, tertinggal diatas meja kamar mungkin". jawabnya singkat diiringi senyum tipis.

"Aku perhatikan wajahmu lesu, matamu bengkak, habis nangis ya?" goda Nailah.

"Aku hanya kurang tidur," tepisnya.

"Kau tahu, sebentar lagi adikku akan menikah, ia akan melangkahiku,"
ucap Nailah yang kemudian dilepasnya kalung hati yang ia pakai,
ia membuka kalung itu, hanya ada foto dirinya dibagian kiri kalung itu, bagian kanannya masih kosong.
Nailah membeli 2 buah kalung yg sama, yang 1 ia berikan kepada Huuriyah sahabatnya.
Berharap kelak kalung itu akan mereka isi dg wajah pria yang akan mendampingi hidup mereka kelak.

"Usia kita sudah 22 tahun,apakah terlalu muda untuk kita menikah?"
Nailah tersenyum

Huuriyah hanya diam mendengar ucapan Nailah,
dalam hati iapun membatin, "apa aku bisa menikah?"

Rangkaian awan membentuk gumpalan lembut diiringi terik mentari bersinar pekat,
Huuriyah terdiam dalam lamunannya, sementara Nailah menggenggam kalung nya erat-erat.

Pandangannya menerawang jauh, mencari ingatan masa lalunya, ia belum pernah merasakan apa itu Cinta.

**********************************************

21 November 2011 jam 07 pagi,

Huuriyah tengah bersiap-siap untuk berangkat kerja.

Ia memandang wajahnya lekat-lekat di cermin,
Ia mengenakan gamis berwarna coklat dan jilbab panjang mengulur sampai ke pinggangnya.

Matanya mulai berkaca-kaca,
"Apa kebahagiaan hanya tercipta untuk wanita-wanita yang cantik saja?" ia bergumam lirih dalam hati.

Ia memang tak terlalu cantik,
Kadang ia berfikir akankah ada orang yang akan mencintai nya dengan wajahnya yang 'biasa-biasa saja'?


اَلْخـَبِيـْثــاَتُ لِلْخَبِيْثـِيْنَ وَ اْلخَبِيْثُــوْنَ لِلْخَبِيْثاَتِ وَ الطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِيْنَ وَ الطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبَاتِ

.
“ Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik. (Qs. An Nur:26)

Penggalan ayat itu melintas di fikirannya,
"aku yakin aku juga bisa bahagia" lirih nya dalam hati diiringi bulir airmata nya yang membasahi ujung bibirnya.

***********************************************



Angin sepoi berhembus cukup kencang,
gerimis turun seirama kicau burung mencari tempat berteduh di bawah rindang pohon.

"Riyah berangkat bu, Assalamu'alaikum.."
ucap Huuriyah kepada sang Ibu, sembari menyalakan motor matic nya.

"Pakai jas hujan yah... mendung nya tebal" ucap sang Ibu.

"Ndak pa pa bu, baru gerimis, lagipula kan deket" jawabnya

"Ya sudah, jangan ngebut, wa'alaikumsalam"

Huuriyah bergegas menuju tempat kerja nya, sesampainya disana terlihat Nailah tengah bersiap membuka pintu toko.

Hari ini Nailah yang bertugas membuka toko, jadi ia datang lebih awal dari biasanya.

"Eheemm... nona manis udah nyampe rupanya" ledek Huuriyah pada sahabat nya itu.

"Aku kan memang selalu datang pagi, biar rejeki ku ndak di patok ayam"
jawabnya sambil tertawa Huuriyah membantunya membuka gembok toko yang lumayan besar,
mereka berdua lalu masuk, membereskan rak buku, dan menyapu toko agar terlihat bersih.

Tak lama kemudian para pegawai yang lain pun berdatangan,
mereka pun bertugas di tempatnya masing-masing.

********************************************************

"Tolong buku ini mba'.." ucap seorang pria kepada Huuriyah
sembari menyodorkan sebuah buku

("Engkau Bidadariku Dunia Akhirat": Abdurrahman Al Kaffi).

Huuriyah tersenyum kecil melihat buku itu, lalu mengambilnya dan membungkusnya.
Pria itu pun membayarnya.

"Terimakasih mba', mari.. assalamu'alaikum". ucap pria itu

"Wa'alaikumsalam.." jawabnya.

Huuriyah pun termenung, baru kali ini ada pelanggan yang begitu sopan dan mengucap salam padanya.

********************************************************

Mentari terbenam di ufuk barat,
Sejenak Huuriyah memejamkan mata,
mencoba mendengarkan tasbih alam raya,
meski tak mengerti.
Ada cericit yang ceria, ada kerik yang berirama, ada desir yang menelisik.

"Mentari beranjak ke peraduan
Siang berganti malam menjelang
Ku lihat burung terbang melayang
Pohon-pohon tenang dan diam
Seakan bertasbih akan kekuasaan
Dan keagungan Allah Ar-Rahman"

Huuriyah mengambil air wudhu, beranjak untuk shalat maghrib.
Kembali bercumbu dengan Sang Pemilik Hidup, mengadu atas segala rasa di kalbu.

********************************************************

Denting berbunyi dari dinding kamarnya,
jam 7 malam, ia merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur, membuka-buka lembaran buku yang tertata rapi diatas meja kamarnya.

Dia sangat senang bekerja di toko buku, karena membaca adalah hobi nya,
dari sana ia sering mendapat potongan harga dari bos nya, bahkan kadang bos nya memberi hadiah buku jika kerjanya bagus.

Ia merasa sedang tidak berselera untuk membaca,
lalu menuju ruang tengah dimana keluarganya sedang berkumpul.

"Ibu, besok temenku mau datang kesini boleh?" ucap adik huuriyah,
Adik huuriyah bernama Nisa, usianya 20 tahun, hanya terpaut 2 tahun dari nya.

"Temanmu siapa? yang mana?" tanya ibu huuriyah.

"Nama nya Azhar, ada hal penting yang dia mau sampaikan katanya"
jawab Nisa

"Laki-laki ya? tapi jangan malam-malam datangnya,
ibu sama bapak mau nengok nenek yang masih sakit"

"Beres bu.." ucap Nisa dengan senang Huuriyah duduk disebelah sang ayah sambil menekan-nekan remot tivi, dan tangannya berhenti menekan pada channel berita.
Acara favorit ayahnya.

Huuriyah duduk sambil menyandarkan kepalanya di lengan kiri ayahnya.

*********************************************************

Hp Huuriyah berdering, telepon dari Nailah,

"Ada apa malam-malam telfon?" ucap huuriyah seusai menjawab salam
Nailah hanya tertawa diujung telepon.

"Ada apa? kayaknya bahagia banget?" Huuriyah tambah bingung

"Aku jatuh cinta" jawab Nailah sambil berbisik Huuriyah tertawa melihat jawaban dari Nailah,

"sama siapa?" Huuriyah semakin penasaran

"Kakak kelasku dulu, namanya Reza," jawab Nailah

"Ayo, awas hati-hati sama penyakit hati, hehe"
Huuriyah mencoba mengingatkan sahabatnya itu.

"Siap komandan, besok ketemu ya? aku mau cerita banyak"

"Oke"

Nailah pun menutup telponnya, Huuriyah masih bingung dengan ucapan Nailah,
baru kali ini ia melihat sahabatnya begitu gembira.

********************************************************

Esoknya,
Jam istirahat, di rumah makan dekat toko buku.
Huuriyah dan Nailah terlihat duduk berhadapan.

"Dia bilang dia menyukaiku dan mau melamarku"
Nailah tiba-tiba membuka percakapan sembari jemari nya mengaduk-aduk gelas es sirupnya dengan sedotan.

"benarkah? lalu kamu bilang apa?" tanya Huuriyah

"Aku bilang aku mau saja, karena aku juga menyukai nya. Orangnya baik,
tapi dia sekarang masih ada di Bandung, masih terikat kontrak kerja, 2 tahun lagi mungkin kontraknya habis"
ucap Nailah dengan nada sedih.

"Lalu bagaimana dengan orangtuamu?" tanya Huuriyah

"Kami sudah membicarakannya lewat telefon, dan orangtuaku setuju-setuju saja, karena mereka sudah mengenal Kak Reza dari dulu, hanya saja Ibu sempat bertanya apakah aku mau menunggunya selama 2 tahun."
jelas Nailah

"Harusnya kalian membicarakannya dengan bertemu secara langsung, biar sama-sama jelas" jawab Huuriyah

"iya aku tahu, mungkin minggu depan ia akan kemari bersama orangtuanya" jawab Nailah

"hemm syukurlah kalau begitu, aku ikut senang" ucap Huuriyah sembari tersenyum

Nailah membalas tersenyum, mereka pun melanjutkan makan siang sama-sama

********************************************************

Malam Hari, pukul 19.00

"Assalamu'alaikum,," seorang pria mengucap salam didepan pintu rumah Huuriyah

"Wa'alaikumsalam.." jawab ibu Huuriyah

"Teman nya Nisa ya? mari silakan duduk" Ibu Huuriyah lalu mempersilakan duduk,
di ikuti Ayah dan Nisa yang keluar ke ruang tamu,
pria itu duduk di depan ayahnya. Tangannya gemetar.

"hmm,, kedatangan saya kemari saya mau melamar Nisa pak, bu.." ucap pria itu.
Ibu dan ayah Huuriyah kaget, lalu saling menatap Nisa.

Nisa hanya diam menunduk sambil tersenyum.
Mereka terdiam sesaat, pria itu pun menunduk diam.

"Apa kamu benar-benar yakin?" tanya ayah Huuriyah

"InsyaAllah pak, saya sudah memikirkannya dengan baik" jawabnya

Ayahnya pun mulai bertanya, tentang keluarga Azhar, pekerjaan, dan riwayat sekolah.
Azhar menjawab setiap pertanyaan yg ditanyakan oleh ayah Huuriyah.

"Kalau kamu memang serius dan Nisa pun mau, harusnya kamu datang bersama orangtuamu,
tapi ya gimana ya, Nisa itu masih punya kakak perempuan yang belum menikah,
jadi kita mesti membicarakannya dulu dengan kakanya" ucap ayah Huuriyah.

Huuriyah berdiri di ruang tengah, menguping percakapan mereka.
Airmata nya menetes, antara bahagia dan sedih bercampur menjadi satu.

Entah mengapa ia merasa sendiri...
Ia lalu kembali ke kamar nya, duduk diatas tempat tidurnya sambil bersandar pada tembok,
Bukan hanya airmata nya yang menetes,
Darah pun keluar dari hidung nya, ia mimisan.

**********************************************************

 Bersambung


<3 pelangi <3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar