"Kalau begitu saya pamit dulu pak, bu, Nisa.." ucap Azhar memohon pamit, ketika sudah sama-sama membicarakan jalan keluar yang terbaik.
Ia pun mengucap salam dan pulang.
"Lalu bagaimana yah?" tanya Nisa kepada ayahnya
"Ya sudah, nanti kita bicarakan dulu dengan kakakmu. Lagipula tidak baik kalau cuma tunangan dan menunda nikah sambil menunggu kakakmu menikah dulu. Antara lamaran dan pernikahan tidak boleh terlalu lama" ucap ayahnya.
"kakak mu mana? ayah kok tidak lihat dari tadi" tanya ayah
"Mungkin sudah tidur yah, kecapek'an" jawab ibunya.
"Riyah....." panggil ayah
Huuriyah mencari tissue untuk menghapus bekas darah yang mengucur dari hidungnya.
"Iya yah..." jawabnya agak gugup.
Huuriyah bergegas keluar dengan wajah biasa,
"Ada apa yah?" tanya nya
Kemudian ayahnya menceritakan tentang lamaran Azhar untuk Nisa, dan menanyakan pendapat Huuriyah.
"Riyah gak pa pa kok yah, kalau Nisa mau menikah dulu,
lagipula mereka sudah sama-sama cocok, kan tidak baik kalau kelamaan nunggu Riyah nikah dulu, jadi lebih baik di segerakan saja" jawab Huuriyah.
Ayah nya mengerti, Nisa pun terlihat sangat senang dan ia berterima kasih pada kakaknya.
**************************
******************
Kuncup mawar mulai merekah, pertanda musim hujan tengah datang menyapa.
Mawar-mawar yang kering di musim kemarau kini bermekaran tesentuh rintik hujan.
Huuriyah berangkat ke toko buku setelah sempat berpamitan pada keluarganya.
Sesampainya disana ia melihat Nailah tengah sibuk menata buku yang berantakan di rak.
"Tumben telat, biasanya selalu pagi" ucap Nailah
Huuriyah hanya tersenyum pada Nailah.
Ia meletakkan tas di loker, kamudian membantu Nailah membereskan buku.
"Baraak" buku yang dipegang Huuriyah jatuh,
kepalanya pusing dan seperti hilang keseimbangan.
"kamu kenapa?" tanya Nailah
"Tidak apa-apa... cuma agak pusing" jawabnya
"Ya udah kamu duduk saja, ini juga udah selesai aku beresin sama temen-temen" ucap Nailah.
Huuriyah lalu duduk di meja kasir, kepalanya masih pusing, tubuhnya lemas sekali dan merasa pegal-pegal.
Waktu berjalan,
Jam pulang kerja pun tiba.
hari ini ia lembur sampai jam 9 malam.
Sampai dirumah ia merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur.
Badan nya benar-benar tidak seperti biasanya.
**************************
******************
Hari ini hari libur,
Reza akan datang untuk melamar Nailah.
Semua hal sudah dipersiapkan.
Huuriyah membantu Nailah membuat kue-kue untuk di suguhkan kepada keluarga Reza.
"Wah, sebentar lagi ganti Nisa yang mau nyusul Nailah,
kamu kapan nih Riyah??" ibu Nailah menggoda Huuriyah yang sedang menata kue.
"Riyah belum tahu budhe, belum ada yang mau"
Huuriyah menjawab sambil tertawa kecil.
"Masak sih gak ada yang mau? kamu sih terlalu pendiam dan tertutup, beda sama Nailah yang periang dan cerewet"
ucap ibu Nailah.
"ah ibu, Nailah kan gak cerewet..." Nailah yang mendengarnya langsung cemberut dan menggelitik ibunya.
Huuriyah tertawa melihat kelucuan ibu dan anak itu.
Hingga tiba-tiba hidungnya kembali berdarah.
Huuriyah kaget dan langsung menutup hidungnya.
Ketika dilihatnya Nailah dan ibu nya masih saling bercanda, ia buru-buru lari ke toilet.
"mau kemana?" tanya Nailah ketika melihat Huuriyah berlari
"Ke kamar mandi sebentar" jawabnya tanpa menoleh
Di kamar mandi ia membersihkan darah dari hidungnya.
Ia mulai merasa kalau ada yang tidak beres dengan tubuhnya.
Ia pun memutuskan untuk ke dokter sendiri setelah ini.
"Nailah, maaf aku tidak bisa ikut melihat acara lamaranmu malam ini, aku ada urusan penting" ucap Huuriyah
"Acara apa? Ini kan hari libur?" nailah bingung
"a...aku mau kerumah nenek,kamu kan tahu nenek ku sedang sakit, aku diminta menemaninya, maaf ya Nailah," jawab Huuriyah mencoba meyakinkan Nailah.
Nailah pun mengiyakannya, meskipun dalam hati ia agak kecewa.
Huuriyah pun pamit, dan menuju rumah sakit untuk memeriksakan diri.
**************************
********************
"Dari hasil pemeriksaan, anda menderita Leukemia myeloid akut (AML), itu sebabnya anda selalu mimisan, pucat dan lelah"
ucap dokter
Huuriyah seperti tersengat listrik, ia bingung harus berkata apa.
Bahkan ia hanya bisa diam dan menangis.
Dokter pun memberi resep obat setelah menjelaskan tentang penyakitnya itu.
Huuriyah lalu pulang kerumah dengan wajah lesu.
Ia memasukkan motornya kedalam rumah.
Dirumah ia melihat keluarganya sedang asyik bercanda, ayah, ibu dan adiknya sedang tertawa riang.
Huuriyah memasang wajah ceria dan ikut tertawa bersama mereka. Ia sama sekali tak ingin keluarganya tahu tentang sakit yang ia derita.
Pukul 8 malam, Huuriyah masuk ke kamarnya dan mengunci pintu kamar.
Ia membuka dan membaca lagi surat hasil diagnosa dari dokter.
Hingga tiba-tiba hp nya berdering.
Telepon dari Nailah.
"Riyah... aku sangat bahagia hari ini, acaranya baru saja selesai.
Kami sudah sepekat tentang tanggal pernikahan. Sebulan lagi tepatnya. Kalau saja kamu tahu betapa gemetarnya tanganku tadi,
ah coba saja tadi kamu ada disana pasti kamu lihat aku sangat gugup sekali" Nailah bercerita panjang lebar tentang acara lamaran nya tadi. Ia terus saja bercerita, dan mengungkapkan kebahagiaannya.
Sementara Huuriyah hanya diam saja dan menangis mendengar suara Nailah. Ia menutupi HP nya dengan tangan kanannya, agar Nailah tak tahu jika ia sedang menangis.
Air matanya kembali mengalir
Melancar diatas angin, terbang jauh jauh
Air mata dingin tetap mengalir, jatuh terus menerus....
******************************************************************
Rintik hujan berjatuhan
Semburat jingga mengerucut samar
Hening...
Rumput ilalang menyapa pagi
Memercik embun enyahkan mimpi...
Semalam ketika menerima telefon dari Nailah ia hanya bisa menangis, namun Nailah tidak menyadarinya.
Huuriyah tetap bersikap biasa, dengan ekspresi biasa,
memberi selamat pada Nailah, sahabat tercintanya.
Nailah pun tak menaruh rasa curiga dan belum tahu keadaan Huuriyah yang sebenarnya.
Jam 07 pagi,
Nailah datang kerumah Huuriyah.
"Assalamu'alaikum cinta..." ucapnya memberi salam ketika melihat Huuriyah sedang membantu ibunya meyiapkan sarapan.
"Wa'alaikumsalam, tumben pagi-pagi udah sampai sini,"
jawab Huuriyah dengan senang.
"Motorku masuk bengkel,jadi aku mau nebeng ke toko buku." jawab Nailah
"Ohh.. ya udah kalau gitu ayo ikut sarapan dulu" ajak ibu Huuriyah
"Aku udah sarapan tadi, aku ikut ngeteh aja deh" jawab Nailah.
Nailah duduk bersama Huuriyah dan Ibu nya di meja makan.
Nisa dan ayahnya sedang ada dirumah neneknya.
"Gimana acara lamaran kemarin Nailah? lancar kan?" tanya ibu Huuriyah.
"Alhamdulillah lancar,InsyaAllah acara pernikahan sebulan lagi" jawab Nailah.
"Nisa juga mau menikah, mungkin 2 bulanan lagi." ucap Ibu Huuriyah
"Bener itu? Kok Riyah belum cerita sama aku?" Nailah terlihat kaget mendengarnya.
"Aku lupa.. maaf ya..." ucap Huuriyah
"Lalu kamu sendiri kapan?" Nailah menyindir Huuriyah.
Ibu Huuriyah terlihat senyum mendengar ucapan Nailah itu.
"Udah ah ayo kita berangkat, nanti telat". Huuriyah mencoba mengelak.
**************************
********************Semburat jingga mengerucut samar
Hening...
Rumput ilalang menyapa pagi
Memercik embun enyahkan mimpi...
Semalam ketika menerima telefon dari Nailah ia hanya bisa menangis, namun Nailah tidak menyadarinya.
Huuriyah tetap bersikap biasa, dengan ekspresi biasa,
memberi selamat pada Nailah, sahabat tercintanya.
Nailah pun tak menaruh rasa curiga dan belum tahu keadaan Huuriyah yang sebenarnya.
Jam 07 pagi,
Nailah datang kerumah Huuriyah.
"Assalamu'alaikum cinta..." ucapnya memberi salam ketika melihat Huuriyah sedang membantu ibunya meyiapkan sarapan.
"Wa'alaikumsalam, tumben pagi-pagi udah sampai sini,"
jawab Huuriyah dengan senang.
"Motorku masuk bengkel,jadi aku mau nebeng ke toko buku." jawab Nailah
"Ohh.. ya udah kalau gitu ayo ikut sarapan dulu" ajak ibu Huuriyah
"Aku udah sarapan tadi, aku ikut ngeteh aja deh" jawab Nailah.
Nailah duduk bersama Huuriyah dan Ibu nya di meja makan.
Nisa dan ayahnya sedang ada dirumah neneknya.
"Gimana acara lamaran kemarin Nailah? lancar kan?" tanya ibu Huuriyah.
"Alhamdulillah lancar,InsyaAllah acara pernikahan sebulan lagi" jawab Nailah.
"Nisa juga mau menikah, mungkin 2 bulanan lagi." ucap Ibu Huuriyah
"Bener itu? Kok Riyah belum cerita sama aku?" Nailah terlihat kaget mendengarnya.
"Aku lupa.. maaf ya..." ucap Huuriyah
"Lalu kamu sendiri kapan?" Nailah menyindir Huuriyah.
Ibu Huuriyah terlihat senyum mendengar ucapan Nailah itu.
"Udah ah ayo kita berangkat, nanti telat". Huuriyah mencoba mengelak.
**************************
Rintik hujan belum juga berhenti.
Huuriyah duduk di meja kasir dengan mata sayu, tatapan mata nya kosong. Seperti banyak masalah yang muncul di fikirannya.
"Aku ini kurang bersyukur" ia mengucap dalam hati.
Nailah semenjak tadi mengamati Huuriyah, ia merasakan ada yang berbeda pada sahabatnya itu.
Tapi Nailah hanya merasa mungkin Huuriyah sedang banyak fikiran.
"Kamu kenapa?" tanya Nailah yang tiba-tiba menghampiri Huuriyah
"ee.. gak pa pa, memangnya ada apa?" Huuriyah balik bertanya
"Ya aku cuma merasa kamu lagi banyak fikiran, ada apa? kamu bisa kok cerita sama aku" ucap Nailah.
"Gak apa-apa, bener deh" Huuriyah tersenyum pada Nailah agar Nailah percaya dengan ucapannya.
--------------------------
--------------------------
Jam pulang kerja tiba,
Huuriyah dan Nailah bergegas pulang karena sepertinya hujan akan turun.
Huuriyah berboncengan dengan Nailah, Huuriyah yang mengendarai motornya.
Ditengah perjalanan gerimis mulai menyapa, semakin lama semakin deras,
Huuriyah tidak membawa jas hujan saat itu,
"Hujannya deras, apa kita mau berteduh dulu?" ucap Nailah
"Mau berteduh dimana? gak ada tempat berteduh" ucap Huuriyah
saat itu Huuriyah tidak lewat jalan raya, namun memotong jalan agar cepat sampai rumah dan tidak terlalu jauh.
Tidak ada tempat berteduh, mereka pun memutuskan untuk meneruskan perjalanan meskipun hujan turun lumayan deras.
Huuriyah baru menyadari kalau sedari tadi hidungnya kembali mimisan, hingga mengotori jilbab putihnya.
"Apa yang harus ku lakukan?" Huuriyah membatin dalam hati. Antara bingung dan takut jika Nailah sampai tahu.
Kepala nya mulai pusing, hingga kadang motornya oleng.
"Riyah, hati-hati.. Sini biar aku saja yang gantiin kamu nyetir." ucap Nailah
Huuriyah pun menghentikan motornya, ia meyingkap jilbabnya yang telah kotor oleh darah,
dan menutup wajahnya dengan helm agar Nailah tidak tahu.
Nailah pun menggantikannya menyetir hingga sampai dirumah Nailah, mengantar Nailah pulang dulu.
"Aku langsung pulang ya?" ucap Huuriyah
Ia berusaha menutupi jilbabnya dengan tas nya.
"Aku ambilkan jas hujan dulu" ucap Nailah,
Nailah langsung masuk rumah dan mengambil jas hujan.
Huuriyah sudah tidak kuat, ia pun langsung pulang.
Sesaat kemudian Nailah keluar sambil membawa jas hujan, namun ia dapati Huuriyah sudah tak ada disana.
**************************
********************
Sesampainya dirumah Huuriyah cepat-cepat masuk ke dalam kamar dan mengunci kamarnya.
Ia memandang ke cermin dan menangis melihat begitu banyak darah yang membekas di jilbabnya.
Ia pun membersihkan diri, minum obat dan langsung beranjak tidur. Namun matanya tak bisa terpejam,
ia pun berucap lirih "Berapa lama lagi waktuku?"
Airmatanya kembali jatuh.
♥ ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ♥
Bila kau memandang segalanya dari tuhanmu
Yang maha menciptakan segalanya
Yang menimpakan ujian kepadamu
Yang menjadikan sakit hatimu
Yang membuat terhalangnya keinginanmu
Serta yang menyusahkan hidupmu
Pasti akan terasa damailah hatimu
Karena adakah Allah mentakdirkan segalanya
Untuk sesuatu yang sia-sia
Bukannya Allah tidak tahu
Derita hidupmu dan retaknya hatimu
Tapi itulah yang Dia tahu
Yang terbaik untukmu
Karena hati yang seperti itulah
Akan lebih lunak dan mudah
Tuk akrab dan dekat dengan-Nya
--------------------------
--------------------------
(Bersambung)
♥ pelangi ♥
Tidak ada komentar:
Posting Komentar