Mengharap Engkau ada
Menguak pintu-Mu untukku
Mataku terpejam
Tak bisa membayangkan wajah amal yang akan kutemui kelak
Saat jasad terbaring sendiri di dalam tanah
Terkubur bersama akhir langkah para pelayat
Gigiku gemeretak
Tak bisa membayangkan apa jadinya pertemuan dengan-Mu kelak
Saat tak ada tabir yang menghalangi semua keburukan amalku
Saat tangan, kaki, mata menjadi sebenar-benar saksi dalam peradilan-Mu
Gemetar hati ini ya Rabb...
Perlahan kuketuk pintu-Mu...
Berharap masih ada setetes ampunan
Yang Kau sisakan untukku
Sebagai tanda rahman dan rahiimnya Engkau
Aku semakin menggigil ya Rabb...
Saat kupandangi wujudku di depan cermin kejujuran
Betapa nistanya aku
Betapa lusuhnya aku di hadapan-Mu
Meski mungkin di mata manusia aku adalah intan
Padahal di mata-Mu aku tak lebih dari onggokan batu biasa
Yang nyaris tak berguna
Rabb...
Lunglai sudah tangan ini
Saat kusadari betapa sombongnya aku di hadapan-Mu
Betapa angkuhnya aku di mata-Mu
Padahal semua milik-Mu dan akan kembali pada-Mu
Ya Rabbi...
Lemah kuketuk pintu-Mu
Mengantarkan separuh asa yang kian menipis
Bersama lemahnya jiwa dan sempitnya hati
Dengan persembahan ruh yang tak seberapa
Dalam lusuh wajah penuh debu
Dan pengkhianatan yang tiada henti...
Berharap Engkau datang...
Rabbi...
Masihkah ada pintu-Mu untukku?
Menguak pintu-Mu untukku
Mataku terpejam
Tak bisa membayangkan wajah amal yang akan kutemui kelak
Saat jasad terbaring sendiri di dalam tanah
Terkubur bersama akhir langkah para pelayat
Gigiku gemeretak
Tak bisa membayangkan apa jadinya pertemuan dengan-Mu kelak
Saat tak ada tabir yang menghalangi semua keburukan amalku
Saat tangan, kaki, mata menjadi sebenar-benar saksi dalam peradilan-Mu
Gemetar hati ini ya Rabb...
Perlahan kuketuk pintu-Mu...
Berharap masih ada setetes ampunan
Yang Kau sisakan untukku
Sebagai tanda rahman dan rahiimnya Engkau
Aku semakin menggigil ya Rabb...
Saat kupandangi wujudku di depan cermin kejujuran
Betapa nistanya aku
Betapa lusuhnya aku di hadapan-Mu
Meski mungkin di mata manusia aku adalah intan
Padahal di mata-Mu aku tak lebih dari onggokan batu biasa
Yang nyaris tak berguna
Rabb...
Lunglai sudah tangan ini
Saat kusadari betapa sombongnya aku di hadapan-Mu
Betapa angkuhnya aku di mata-Mu
Padahal semua milik-Mu dan akan kembali pada-Mu
Ya Rabbi...
Lemah kuketuk pintu-Mu
Mengantarkan separuh asa yang kian menipis
Bersama lemahnya jiwa dan sempitnya hati
Dengan persembahan ruh yang tak seberapa
Dalam lusuh wajah penuh debu
Dan pengkhianatan yang tiada henti...
Berharap Engkau datang...
Rabbi...
Masihkah ada pintu-Mu untukku?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar