Asiyah, istri raja Fir’aun yang dijadikan simbol sebagai seorang istri penyabar, meski telah mendapat perlakuan buruk dari sang suami. Semula Asiyah adalah satu-satunya wanita yang sangat dicintai oleh raja Fir’aun. Meski Fir’aun dikenal sebagai raja kejam yang tak segan-segan melakukan pembunuhan terhadap siapa saja yang menentangnya, namun terhadap wanita ini Fir’aun sepertinya masih ada perasaan “bertekuk lutut”nya.
Kepada wanita ini Fir’aun rela mempersembahkan apa saja sebagai bukti rasa cintanya, termasuk salah satunya mengangkat Musa sebagai anak angkat atas permintaan Asiyah, yang sebenarnya kelak akan menjadi musuhnya sendiri. Disebutkan bahwa Asiayah memang seorang wanita yang begitu cantik.
Kecantikan wajah yang dimiliki juga diimbangi dengan keluhuran budi yang mulia. Maka tak heran jika Fir’aun mau menberikan cintanya kepada istrinya itu, konon Fir’aun membangun sebuah istana kecil di pinggir sungal Nila yang khusus dipersembahkan kepada Asiyah, istri tercintanya.
Di awal-awal kehidupan berumah tangga tentu Asiyah masih bisa merasakan kebahagiaan sebagai istri seorang raja. Namun kebahagian itu tidak bisa dirasakan dalam jangka waktu yang lama. Sejak Fir’aun mengaku diri sebagai Tuhan, sekaligus memaksa kepada semua rakyatnya untuk menyembahnya, sejak saat itulah tekanan batin mulai dirasakan Asiyah. Paksaan Fir’aun supaya disembah dan diakui sebagai Tuhan tidak hanya berlaku bagi semua rakyat, namun juga terhadap Asiyah, istri Fir’aun sendiari. Dalam posisi seperti itu Asiyah tidak bisa berbuat banyak kecuali harus menuruti apa yang dipaksakan suami, meski dalam hati ia berontak.
Asiyah bukanlah tipe wanita yang gampang minta cerai. Ya, wanita ini bukan model istri yang sedikit-sedikit ngambek, ngga sabaran, hingga gampang memutuskan untuk minta pisah. Asiyah adalah contoh wanita yang begitu sabar menghadapi keburukan sikap dari sang suami. Meski suami terus memperlakukan tidak baik terhadapnya, namun tetap saja ia berusaha untuk sabar dan tabah menghadapi cobaan derita tersebut. Begitu sabar dan tabahnya sikap Asiyah, sampai-sampai ia mau berkorban nyawa menghadapi perlakuan suaminya itu.
Dikisahkan bahwa Asiyah sebenarnya mulai meyakini ajaran agama yang dibawa oleh Musa, anak angkatnya. Sejak Musa bersama Harun berusaha untuk meyadarkan Fir’aun, diam-diam Asiyah mulai sadar bahwa Tuhan yang sesungguhnya bukanlah suaminya, melainkan Dzat yang menciptakan bumi berserta isinya ini. Dan puncak dari ketabahan Asiyah hingga ia harus menerima siksaan dari Fir’aun adalah ketika Fir’aun menerima kekalahaan atas Musa pada saat pertarungan adu kekuatan antara ahli sihir Fir’aun dengan kekuatan mu’jizat yang diberikan Allah kepada Musa.
Ternyata Asiyah yang telah menyaksikan jalannya pertarungan sihir tersebut mendapat hidayah dari Allah atas peritiwa itu dan langsung beriman kepada Tuhannya Musa. Bertahun-tahun lamanya ia memendam ketidakpercayaan terhadap suaminya yang mengakui sebagai Tuhan, kini wanita tersebut menjadi sadar bahwa ada Tuhan yang sesungguhnya. Peristiwa yang baru disaksikan adalah sebuah bukti dari kekuasaan Allah yang mampu membuka mata batinnya untuk menerima keimanan sebagai pegangan hidup. Seketika itu Asiayah menyatakan diri sebagai muslim bahkan dia juga berani berterus terang kepada Fir’aun.
Firaun murka dan menjatuhkan hukuman kepadanya. Para algojo diperintahkan Firaun untuk segera melakukan penyiksaan kepada Asiyah, yang olehnya dianggap murtad itu. Tubuh Asiyah ditelantangkan di atas tanah di bawah terik sinar matahari. Kedua tangannya diikat kuat ke tiang-tiang yang dipatok ke tanah agar ia tak dapat bergerak-gerak. Wajahnya yang telanjang di hadapankan langsung ke arah datangnya sinar matahari. Asiyah pastilah tidak akan tahan akan sengatan panas matahari, dan akhirnya ia akan mengubah keimanannya kepadaku, demikian pikir Firaun.
Tetapi, apa yang terjadi? Ternyata Tuhan tidak membiarkan hambanya menderita akibat kekafiran Firaun. Setiap kali para algojo meninggalkan Asiyah dalam hukumannya, segera malaikat menutup sinar matahari itu, sehingga langit menjadi teduh dan Asiyah tak merasakan sengatan matahari yang ganas itu. Asiyah tetap segar-bugar meskipun sudah dihukum berat.
Kemarahan Fir’aun terhadap Asiyah semakin menjadi-jadi manakala Asiyah tetap tidak mau mengakui Fir’aun sebagai Tuhan dan lebih memilih mempercayai aqidah yang dibawa Musa dan Harun, walaupun Fir’aun sudah berusaha membujuknya, bahkan mengancamnya. Dan kemudian Fir’aun mengutus seseorang untuk datang kepada istrinya itu. Kepada utusan tersebut Fir’aun berkata, “Bawalah sebuah batu yang besar. Jika Asiyah tetap beriman pada Tuhan Musa dan Harun, pukulkan batu besar itu ke kepadanya. Namun jika ia mengubah pendiriannya maka tetaplah ia menjadi istriku”.
Maka pada saat utusan tersebut sampai kepada Asiyah, istri Fir’aun ini sedang mendongakkan kepalanya ke langit. Untuk selanjutnya ia berdo’a kepada Allah. Al qur’an mengabadikan do’a Asiyah tersebut dalam sebuah ayat berikut:
“Wahai Tuhan, bangunkanlah untukku sebuah rumah disisi-Mu dalam surga dan selamatkan daku dari Fir’aun dan perbuatannya dan selamatkan daku dari kaum yang dzalim.” (QS. Ath-Tahrim: 11).
Utusan Fir’aun itu mendekat dan menanyakan perihal keimanan yang dipegang teguh Asiyah. Wanita ini dengan tegarnya menjawab bahwa dia tetap dalam pendiriannya; mengakui bahwa ajaran yang dibawa Musa dan Harun adalah ajaran yang benar. Asiyah menyatakan dengan tegas bahwa tiada Tuhan selain Allah. Sesuai dengan perintah Fir’aun , utusan itupun langsung mengangkat batu besar yang akan dipukulkan ke kepala Asiyah. Namun sebelum batu tersebut mengenai kepalanya, terlebih dahulu Allah memerintahkan kepada malaikat Izrail untuk mencabut nyawa wanita mulia ini. Dengan demikian Asiyah selamat dari siksaan pukulan batu yang akan dibenturkan oleh utusan Fir’aun. baru setelah tubuh Asiyah ambruk tak bernyawa lagi, utusan itu langsung membenturkan batu besar ke kepala Asiyah hingga kepalanya berlumuran darah.
Subhanallah! Begitu tegar hati Asiyah dalam mempertahankan keimannya. Dia rela menerima kemurkaan suami, bahkan rela menaruhkan nyawanya demi mempertahankan iman dan taqwanya kepada Allah. Adakah wanita semacam Asiyah di era dimana banyak kaum wanita yang menuntut adanya emansipasi ini?. Entahlah! Yang jelas sungguh sangatlah pantas jika Allah mengabadikan kisah kesabaran dan ketabahan Asiyah didalam Al Qur’an. Bahkan sangat tak berlebihan jika Nabi sendiri menyerukan kepada umat perempuannya untuk banyak banyak belajar kepada wanita yang satu ini.malah Nabi menyatakan dengan tegas bahwa siapapun yang bisa menjalani hidup sabar atas penderitaanya dalam rumah tangga, maka ia akan diberi pahala surga, sebagaimana Asiyah.
(Istri2 Calon Penghuni Surga & Neraka / Asrifin An Nakhrawie S.ag & Berbagai sumber)
~Mee~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar