Senin, 22 Agustus 2011

HE WAS SAYYIDINA MUHAMMAD S.A.W


Dia adalah RSULULLAH SAW, utusan ALLAH; tapi tidak mau ia menampakkan diri dalam gaya orang berkuasa, atau sebagai raja yang memegang kekekuasaan duniawi. Kepada sahabat-sahabatnya ia berkta: '' JANGAN AKU DI PUJA, seperti nasrani memuja ISA anak MARYAM. Aku adalah hamba ALLAH. Sebutkan saja hamba  ALLAH dan RASULNYA. '' Ah, alangkah tawadu'nya beliau.

Apabila mengunjungi sahabat-sahabatnya ia pun duduk dimana saja ada tempat yang terluang. Ia bergurau dengan sahabat-sahabatnya, bergaul dengan mereka, diajaknya mereka bercakap-cakap, anak-anak mereka pun diajak bermain-main dan didudukkannya mereka itu di pangkuannya. Dipenuhi undangan yang datang dari orang merdeka atu dari si budak dan si miskin. Dikunjunginya orang yang sedang sakit, yang jauh tinggal disana, di ujung kota. Orang yang minta maaf dimaafkannya. Dan dia yang memulai  memberi salam kepada orang yang dijumpainya. Ia yang lebih dulu mengukurkan tangan menjabat sahabat-sahabatnya. Apabila ada orang yang sedang menunggu ia sedang sholat, dipercepatnya sholatnya lalu ditanyanya orang itu akan keperluannya. Sesudah itu kembali ia meneruskan ibadahnya. Baik hati ia kepada setiap orang dan selalu senyum.

Dalam rumah tangga ia ikut memikul beban keluarga: ia mencuci pakaian, menambalnya, dan memerah susu kambing. Ia juga yang menjahit terompahnya, menolong dirinya sendiri, dan mengurus unta. Ia duduk makan bersama bujang, ia juga mengurus keperluan orang yang lemah yang menderita dan orang miskin. Apabila melihat seseorang yang sedang dalam kebutuhan, ia dan keluarganya mengalah. Sekalipun mereka dalam kekurangan. Tak ada sesuatu yang disimpannya untuk besok, sehingga tatkala ia wafat baju besinya sedang tergadai di tangan seorang yahudi – karena untuk keperluan belanja keluarganya. Sangat rendah hati, selalu memenuhi janji.

Begitu setianya ia, sehingga bila ada orang yang menyebut nama bunda KHODIJAH RA, selalu menimbulkan kenangan yang indah baginya. Di sinilah bunda AISYAH berkata: "Saya tidak pernah iri hati terhadap seorang wanita seperti terhadap KHODIJAH, bilamana saja ia mendengar, ia mengenangkannya."
Juga ia tdk segan menemani bunda Aisyah ra., istrinya yg masih remaja untuk bermain-main dgn boneka. Hingga suatu hari, sepeninggal Nabi, bunda Aisyah diminta untuk menceitakan tentang hal-hal yg paling mempesona yg pernah disaksikannya pd diri Nabi, dgn terisak menahan tangis, bunda Aisyah berkata dgn suara lirih, " KANA KULLU AMRIHI AJABA, Ah semua perilakunya menakjubkan bagiku."
Begitu halusnya perasaannya, begitu lembutnya hatinya, ia membiarkan cucunya bermain-main ketika ia solat. Bahkan ia solat dgn Umamah, putri SITI ZAINAB putrinya, sambil dibawa diatas bahunya, bila ia sujud diletakkannya, bila ia berdiri dibawanya lg.

Tidak hanya sampai disitu saja kasih sayangnya itu, melainkan melampaui sampai kpd binatang jg. Dia sendiri yg bangun membukakan pintu untuk sesekor kucing yg sedang berlindung ditempat itu. Dia sendiri yg merawat seekor ayam jantan yg sedang sakit, keduanya dielis-elusnya dgn lengan bajunya. Bila dilihatnya bunda Aisyah sedang naik seekor unta, krn menemui kesukaran lalu binatang itu ditarik-tariknya, iapun ditegurnya:"hendaknya kua berlaku lemah lembut." Kasih sayangnya itu meliputi sgl hal, dan selalu memberi perlindungan kpd siapa saja yg memerlukan.

Dan supaya jgn ada sesuatu dlm hidup ini yg dpt menguasainya, sebaliknya dia yg hrs menguasai, maka ia keras sekali menahan diri dlm arti hidup materi, begitu jauhnya ia menahan diri  sehingga lapik tempat dia tdr hanya terdiri dari kulit yg diisi dgn serat. Makanya tak prnh kenyang. Tak prnh ia makan roti dari tepung sya'ir 2 hr berturut-turut. Sebagian besar makannya adlh sawiq, bubur gandum yg dicampur kurma. Pd hr-hr yg lain ia hanya makan kurma. Jarang sekali ia dan keluarganya dpt makanan tharid, hidangan roti yg dibasahi kuah kaldu dan daging. Bukan sekali saja ia menahan lapar. Ia prnh perutnya diganjal dgn batu untuk menahan teriakan rongga pencernaannya itu. Meskipun begitu, tdk berarti ia pantang makan-makanan yg enk-enak. Juga ia dikenal suka sekali makan kaki nank kambing, labu, madu dan manisan.
Begitu jg kesederhanaannya dlm hal pakaian sama sprt dlm makanan. Pakaian yg dikenal terdiri dari sebuah baju dlm dan baju luar, yg terbuat dari wol, katun atau sebangsa serat. Tetapi sekali-sekali ia tdk menolak memakai pakaian dari tenunan Yaman sbg pakaian mewah ssesuai dgn acara bila memang menghendaki demikian. Juga alas kaki yg dipakainya sederhana sekali. Tak prnh ia memakai sepatu selain waktu mendpt hadiah dari Najasyi berupa sepasang sepatu dan seluar.

Sungguhpun begitu dlm hal menahan diri dan menjauhi masalah duniawi bukanlah berarti ia hidup menyiksa diri. Akan ttp ia ingin memberikan teladan yg begitu tinggi kpd manusia ttg arti kekuatan dlm menghadapi hidup itu, suatu kekuatan yg tak dpt dipengaruhi oleh perasaan lemah, tdk dpt diperbudak oleh kekayaan, harta benda, kekuasaan atau oleh apa saja yg akan menguasainya, selain Gusti Allah.

SUNNAH RASULULLAH SAW

Ketika Ali bin Abi Thalib bertanya kpd Rasulullah ttg sunnahnya, Rasulullah menjawab:"Ma'rifat adalah modalku, akal  pikiran sumber agamaku, cinta adalah dasar hidupku, rindu kendaraanku, berdzikir kpd Allah adalah kawan dekatku, keteguhan pembendaharaanku, duka adalah kawanku, ilmu adalah senjataku, ketabahan adalah pakaianku, kerelaan sasaranku, fakir adalah kebanggaanku, menahan diri adalah pekerjaanku, keyakinan makananku, kejujuran perantaraku, ketaatan adalah ukuranku, berjihad perangaiku, dan hiburanku adalah dlm solat.
Referehsi: Hayatu Muhammad
Karya Dr.Muhammad Husain Haekal, PH.d., Agar cinta bersemi indah
Karya Muhammad Fauzil Adhim 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar