Sabtu, 10 Maret 2012

♥♥˚◦☆•. (`'•.¸♥Bidadari Untuk Siapa?♥ ¸.•'´) .• ☆◦˚.♥♥ (BAGIAN 5,6 dan 7)



♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥

Tiada suatu kesusahan pun
melainkan pasti ada akhirnya
dan tiada satu keadaan pahit pun
yg dialami oleh seseorang,
melainkan akan datang sesudahnya
keadaan lainnya yg manis

♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥




Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari.
Huuriyah memandang mentari yg baru terbit terhalang awan mendung. Matanya berkaca-kaca,
dalam hati ia bertanya kapan lagi ia bisa menatap mentari ini.

Beberapa hari belakangan keadaannya semakin parah,
namun ia masih tetap menyembunyikan sakitnya dari keluarga maupun Nailah sahabatnya.

Semua obat ia sembunyikan di bawah ranjang kamarnya,
dan ia selalu mengunci kamarnya jika ia keluar.
Yang berubah dari dirinya hanya wajahnya yang selalu pucat dan tubuhnya menjadi kurus.

Pernah ia ditanya keluarganya mengapa ia terlihat kurus,
ia hanya berkata kalau dia sedang berdiet.

3 hari lagi Nailah menikah, persiapan telah dimulai dari seminggu yang lalu. Sementara adiknya, Nisa akan menikah 2 minggu kemudian.

Huuriyah bahagia melihat orang-orang yg dia sayangi bahagia,
dan ia pun akan selalu merasa bahagia, meski ia tak tahu apakah ada akhir yg membahagiakan untuknya.
Hari ini toko nya libur, ia diminta menemani Nailah melihat baju pengantinnya yg sudah jadi.

jam 9 pagi Nailah telah sampai dirumah Huuriyah.

Mereka pun segera berangkat menuju tempat penjahit langganan Nailah.

**************************

*******************

Wajah Nailah berbung-bunga ketika mencoba baju pengantinnya.

Gaun kebaya berwarna biru muda bermotif bunga, juga jilbab yang serasi di tubuhnya.

Ia sedari tadi tak henti tersenyum dan bertanya pada Huuriyah bagaimana penampilannya, Huuriyah sampai lelah menjawab pertanyaan Nailah yg diulang-ulang.

"Jadi gak sabar nunggu 3 hari lagi" ucap Nailah sambil tak henti memandangi cermin besar didepannya

Huuriyah tertawa sendiri melihat tingkah Nailah.

Betapa beruntung nya Nailah mendapatkan imam yang benar-benar ia cintai dan juga mencintainya, ucap Huuriyah dalam hati.

Seusai dari tempat penjahit mereka mampir makan bakso kesukaan mereka.

Mereka berdua makan sambil bercanda-bercanda mengingat-ingat hal-hal lucu yang pernah mereka lakukan.

Hingga Huuriyah tidak sadar jika hidungnya kembali mengeluarkan darah.

Nailah terkejut, ia menunjuk hidung Huuriyah dan berkata bahwa hidungnya mimisan. Huuriyah kaget setengah mati, takut Nailah tahu tentang sakit nya.

Huuriyah buru-buru mengelapnya dengan tissue,

"Ini sih bukan darah, tapi saos bakso. Ternyata makanku kayak anak kecil belepotan, hehe" Huuriyah mencoba mengelak.

Nailah sebenarnya tidak percaya, jelas-jelas ia tahu kalau itu adalah darah, namun ia tahu sifat Huuriyah,

Ia pasti tidak mau mengatakan yg sebenarnya, Jadi ia pura-pura percaya, namun dalam hati Nailah membatin bahwa ia harus mencari tahu yg sebenarnya.

Seusai makan bakso mereka lalu pulang, Nailah mengantar Huuriyah sampai rumah, Nailah terus saja memperhatikan Huuriyah, mencoba mencari tahu, karena iya yakin Huuriyah menyembunyikan sesuatu.

Ia sekilas melihat Huuriyah masuk ke dalam rumah, lama ia perhatikan ia baru sadar kalau wajah Huuriyah tidak seceria dulu,

wajahnya pucat dan menyimpan banyak kepedihan, tubuhnya juga lebih kurus dari beberapa waktu yang lalu.

Nailah merasa sedih melihat sahabat nya itu,

"Kamu sebenarnya kenapa? ada apa?" Nailah bergumam sendiri.

Ia pun menyalakan motornya dan kembali pulang.

**************************

*****************

Huuriyah melamun didalam kamarnya, keluarganya sedang tidak ada dirumah karena ada kepentingan masing-masing.

Huuriyah membuka jendela kamarnya, menghirup angin malam yang berbisik lirih menyapa sepinya.

"Tiada gunanya menampari pipi dan merobek-robek kerah baju sebagai ungkapan kecewa karena keberuntungan yang terlepas dari tangan, atau karena beban berat yg harus ditanggung.
Tiada gunanya bagi seseorang menghanyutkan pikiran dan semua perasaannya kepada kejadian yg telah ditelan oleh masa yang pada akhirnya akan menambah panas kepedihannya dan makin menyengat kalbunya.

Seandainya aku punya kemampuan menembus lorong waktu masa lalu untuk menahan kejadian-kejadian yg menentukan dan aku dapat mengubah hal-hal yg tidak aku sukai,
tentulah kembali ke masa lalu merupakan suatu keharusan,
namun hal itu adalah mustahil,.
Tiada jalan bagiku kecuali mencurahkan usaha keras untuk membangun kembali hari-hari dan malam-malam yg kujalani sekarang.

Jika bencana datang menimpa diriku,
maka sesungguhnya aku setegar batu karang dalam menghadapi badai bencana itu."

Tulisan itu tersusun rapi dalam diary yang sedang ia peluk.
Satu-satunya teman mencurahkan isi hati dan kepedihan.

--------------------------

--------------------------
---------------------

Hari pernikahan Nailah tiba,
Jam 9 pagi akad nikah akan dilangsungkan.
Nailah sudah berdandan cantik dengan baju pengantinnya.
Reza, calon suaminya sudah duduk di depan meja akad,
sementara Nailah ada di ruangan berbeda, baru keluar ketika ijab qabul telah terucap.

Nailah cemas, Huuriyah belum juga tiba, ia sudah menelponnya berkali-kali namun tak ada tanggapan.
Padahal ia ingin Huuriyah menemaninya untuk mengurangi ke gugupannya.

Ijab Qabul pun selesai diucapkan, Nailah keluar ditemani ibunya,
acara seserahan mas kawin pun dilakukan, diiringi senyum bahagia kedua mempelai.

Nailah masih belum tenang, Huuriyah belum juga tiba,
keluarga Huuriyah juga belum ada yg hadir.
Tak beberapa lama ia mendapat telpon dari Nisa, adik Huuriyah.

"Masuk rumah sakit?" Nailah kaget bercampur sedih mendengar berita dari Nisa.
Nisa bilang, tadi Huuriyah tengah bersiap untuk menghadiri acara pernikahan Nailah, namun ketika akan berangkat kepalanya sakit dan ia jatuh pingsan.
Keluarga pun membatalkan pergi ke rumah Nailah dan membawa Huuriyah ke rumah sakit.

Huuriyah masih belum sadar, keluarganya tak henti berdoa untuk kesembuhannya, keluarganya baru tahu bahwa selama ini Huuriyah sakit, dan ia tidak pernah menceritakannya sedikitpun.

Ibunya tak henti menangis, merasakan beban kesakitan yang dipikul putrinya seorang diri, hanya karena ia tak ingin membuat keluarganya cemas.

Nailah menangis terisak mendengar cerita Nisa,
hampir saja ia ikut jatuh pingsan.
Ia sedang bahagia, tapi ternyata sahabat tercintanya sedang mengalami musibah.
Reza menenangkan hatinya, dan berjanji nanti sore akan menjenguk Huuriyah dirumah sakit.
__________________________

__________________________

 
"Semua kerjadian itu sekalipun menampakkan penderitaan padamu
ia pulalah yg akan merasakan kepadamu kenikmatannya"
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


~


Nailah dan suaminya berangkat menjenguk Huuriyah dirumah sakit.
Keluarga Huuriyah masih berkumpul disana.

Sesampainya di kamar ruangan Huuriyah,
Nailah pun mengucap salam dan langsung duduk disamping Huuriyah yang belum sadar.

"Riyah...ini aku Nailah.." ucap Nailah berbisik ditelinga huuriyah,
Nailah memegang tangan Huuriyah, berharap ia dapat segera sadar.
Nailah terus saja berbicara pada Huuriyah,
ia yakin Huuriyah bisa mendengar suaranya.

"Riyah,, bangun.. kamu harus bangun.." mata Nailah berkaca-kaca.
Ia terus saja bercerita tentang acara pernikahannya, kebahagiaan yg ingin ia bagi dengan Huuriyah sahabatnya.

Tak berapa lama, jari tangan Huuriyah bergerak dan terlihat matanya menangis.
Nailah kaget bercampur gembira melihatnya.
Keluarganya langsung memanggil dokter dan segera memeriksanya.

Huuriyah membuka mata dan tersenyum melihat orang-orang yang ia cintai ada didekatnya.
Semua bahagia melihat Huuriyah sudah sadar,
meskipun keadaannya masih sangat lemah.
Nailah memeluk Huuriyah, seperti menumpahkan kerinduan yg lama tidak bertemu.

**************************

**************************
****

Beberapa hari setelah itu, Huuriyah terlihat lebih sehat meskipun masih duduk diatas kursi roda. Ia ingin sekali pulang, namun dokter belum mengijinkan.
Nailah datang menjenguk Huuriyah sendiri, sambil membawa kue kesukaan Huuriyah.

"Aku ingin jalan-jalan keluar" ucap Huuriyah menghiba
"ya sudah ayo kita ke taman" Nailah mendorong kursi rodanya sampai ke taman.

Mereka bercerita banyak hal, bercanda seperti biasanya,
Huuriyah bahkan terlihat begitu ceria, tak nampak wajah pucatnya seperti dulu.

"Kau tahu, aku sempat sangat kecewa ketika aku tahu aku sakit.
Aku merasa bukan orang yang beruntung.
Aku pun tak mampu mengatakannya, meski pada orangtuaku sendiri.
Aku menangis tanpa arti,
Namun aku sadar, ini adalah jalan hidup yg mesti ku lalui.
Dan kamu bagaikan mata air di gurun pasir untukku.

Aku sempat tak percaya pada takdir-Nya.
Aku ingin bahagia, menikah, punya anak,
hidup sampai tua dengan keluarga yg bahagia.

Aku pun ingin merasakan itu.
Aku merasa tak pernah ada yg mencintaiku,
Namun ternyata Tuhan cukup adil,
Mungkin Ia tak memberiku Cinta,
namun Ia memberi ganti dirimu yang selalu ada untukku.

Bukankah setiap orang punya jodohnya masing-masing?
Namun mungkin jodoh itu tak datang padaku saat ini,
Aku tak merasa sepi, bukankah aku punya keluarga yg bahagia?
Aku juga punya sahabat yg baik sepertimu.

Meskipun tak ada yg mencintaiku,
setidaknya aku bisa mencintai.
Mencintai keluargaku, dan kamu"
Ucap Huuriyah dengan airmata yg berjatuhan di pipinya

Nailah ikut menangis, ia mengusap airmata Huuriyah,
"Kamu pasti bisa mendapatkan cinta,
mungkin diluar sana ada seseorang yg mencintaimu dg tulus,
namun kamu tak mengetahuinya.
Kamu akan sembuh, dan akan ada orang yg datang membawa cinta kepadamu,"
Nailah memeluk Huuriyah dari samping.

"Seminggu lagi Nisa menikah, aku ingin pulang saja,
aku tidak mau menambah beban mereka jika terlalu lama disini.
Aku rindu rumah," ucap Huuriyah

"Nanti biar kita bicarakan dengan dokter,
sekarang kita masuk ya? langitnya udah mendung." ajak Nailah

**************************

**************************
**

Huuriyah tak henti merengek agar diperbolehkan pulang,
akhirnya dokter pun mengijinkannya pulang.

Huuriyah sampai dirumah dengan hati senang,
ia rindu tanaman mawarnya yg berbunga, berjejer rapi di halaman rumahnya.
Tersiram air hujan yang menyuburkan tiap helai daunnya,
Ia rindu kamarnya, buku diary nya, dan juga suasana rumahnya.

Mereka berkumpul duduk bersama diruang tengah, menonton tivi dan bercanda.
"Kak, Nisa gak keberatan kok kalau pernikahan Nisa diundur,
sampai kakak benar-benar sehat." ucap Nisa

"Jangan Nisa, kakak ingin melihat kamu menikah,
karena kakak sudah tidak sempat melihat Nailah menikah,
kakak ingin melihat kamu bahagia" jawab Huuriyah

"Tapi Nisa gak enak sama kakak, Kakak lagi sakit tapi Nisa malah mau nikah"
lanjutnya

"kalau kamu batalkan, kamu malah membuat kakak jadi tambah sakit.
kebahagiaanmu adalah kebahagiaan kakak.
Kalau kamu mau melihat kakak bahagia, kamu hanya perlu bahagia"
Huuriyah mencoba meyakinkan Nisa,
ia tak ingin hanya karena dia pernikahan Nisa jadi batal.

"Iya kak, Nisa ngerti. yang penting kakak sehat agar bisa melihat Nisa menikah"
ucapnya diiringi senyum
--------------------------

--------------------------
--------------------------------

Huuriyah masuk ke dalam kamarnya,
Ia tahu, ia harus sehat, agar bisa melihat Nisa menikah.
Ia mencoba sabar atas segala yg ia derita,
meski sakit diatas sakit,
Merasa tak punya cinta yang ada disampingnya,
Namun keluarga dan sahabat bagaikan Oase ditengah sahara.
Menyejukka hatinya, penyemangat jiwanya.

~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~

*Imanpun tak menggaransi kita selalu berlimpah & tertawa.
Ia hanya jaminkan lembut elusanNya dalam apapun dera nan menimpa.

Maka SABAR & SYUKUR adalah wahana yang akan membawa hamba,
menselancari kehidupan nan berrasa dua itu dengan iman dalam dada.

Tersebab SABAR & SYUKUR itulah,
Nabi nyatakan betapa menakjubkan hidup & ihwal orang beriman.
Semua urusannya adalah kebaikan.

Sebab atas musibah dia bersabar, & SABAR itu membuatnya meraih pahala tanpa hingga,
dicintaiNya, & dibersamai Allah di segala luka.

Sebab dalam nikmat dia bersyukur,
& SYUKUR itu membuat sang nikmat melekat,
kian berganda berlipat, menenggelamkannya dalam rahmat.

Tapi hakikat SABAR & SYUKUR sebenarnya 1 saja;
ungkapan iman menyambut penuh ridha akan segala kurniaNya, apa jua bentuknya.

Maka SABAR adalah sebentuk SYUKUR dalam menyambut kurnia nikmatNya
yang berbentuk lara, duka, nestapa, & musibah yang niscaya.

Maka SYUKUR adalah sebentuk SABAR dalam menyambut kurnia musibahNya
yang berbentuk kesenangan, kelapangan, suka-ria nan nikmat.

Maka tak ada kata henti untuk SABAR & SYUKUR,
sebab ia 2 tali yang hubungkan kita denganNya;
hingga hidup terasa surga sebelum surga

~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~

Huuriyah memejamkan matanya,
Esok ia ingin bangun dengan perasaan bahagia dan senyuman hangat.
Mentari telah rindu keceriaannya,
Ia pun tidur dengan senyuman bahagia dibibirnya.

-----------------------------------------------------------------------------


~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~

Aku memandang getir sebuah takdir yang tersulam.
'Bodoh...'
Suara itu terdengar di telingaku,
Suara dari hati kecilku mengatakan jika aku terlalu bodoh
karena menyalahkan takdir.

Untuk apa aku mengharapkan kebahagiaan yg sempurna?
Bukankah selama ini hidupku sudah lebih dari sempurna?
Ujian adalah tanda kasih sayang-Nya,
untuk apa aku bersedih atas apa yang menimpa.

Aku punya segalanya,
bahkan bukankah tidak semua orang punya keluarga?
Bukankah setiap orang pasti bahagia
Namun tak semua yang kita inginkan akan terwujud didunia ini.
Jika semua yg aku inginkan tercapai, darimana aku belajar sabar?

Tuhan...
Andai ibadahku selama ini tak cukup mampu Kau terima,
kemana lagi aku harus meminta pertolongan?

Ampuni aku..

Hamba-Mu yang kerdil lagi hina..

~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~

Nailah membaca tulisan dari buku Diary Huuriyah,
tak sengaja Nailah membacanya ketika Huuriyah sedang ke kamar mandi.
Mata nya berkaca-kaca.

"Udah lama?" tanya Huuriyah yg sudah berdiri di depan pintu kamarnya.

"Ohh,, baru aja kok. kamu udah siap?"
tanya Nailah dengan sedikit gugup sambil tangannya menyembunyikan Diary Huuriyah dibelakang punggungnya.

"Udah, ayo kita ke depan" ajak Huuriyah

"iya, kamu duluan aja, aku mau benerin jilbab dulu"

Nailah lalu meletakkan buku itu ke tempat awalnya.
dan berharap semoga Huuriyah tidak tahu jika ia membaca diary nya.

Hari ini adalah pernikahan Nisa,
semua keperluan telah siap. Kebahagiaan terpancar dari wajah Huuriyah.
Huuriyah dan Nailah duduk disamping Nisa,
menunggu ijab qabul selesai dibacakan Azhar, calon suaminya.
Reza terlihat duduk di ruangan tempat ijab Qabul diucapkan.

Nailah dan Huuriyah menuntun Nisa keluar setelah ijab qabul diucapkan. Dilanjutkan acara seserahan dan foto keluarga.
Acaranya memang tak terlalu mewah, hanya keluarga, sahabat, dan tetangga yg diundang.
Nisa tak mau acara yg terlalu mewah,
namun acaranya cukup ramai dan berjalan dengan lancar.
Sesi foto keluarga pun di lanjutkan.
Huuriyah, Nailah, dan keluarganya berfoto bersama,
kali ini buka dengan gaya formal, namun dengan gaya lucu-lucuan sehingga mengundang gelak tawa.

Mereka ingin merekam momen-momen bahagia dengan penuh senyum dan tawa.

**************************
***************

Huuriyah mampu bertahan dari rasa sakit yang menyerangnya,
setiap penyakitnya kumat ia berpura-pura tidak terjadi apa-apa agar keluarganya tidak mencemaskannya.
Hari itu, seminggu setelah pernikahan Nisa Huuriyah muntah darah begitu banyak.
Ia semakin kehilangan banyak darah.
ia pun dibawa kembali kerumah sakit.
Semua orang bersedih dan menangis melihat keadaannya.
Dokter bilang keadaannya sudah sangat kritis,
hanya doa dan keajaiban yang bisa menyelamatkannya.

Tiba-tiba matanya terbuka,
ia melihat sekeliling, ada Ayah, ibu, Nisa dan suaminya,
juga Nailah dan suaminya berkumpul disana.
Huuriyah menyungging senyum,

"hei, kenapa kamu menangis?" ucapnya ketika melihat Nailah menangis disampingnya
Nailah hanya diam saja sambil tak henti menangis.

Kali ini Huuriyah yang menyeka airmatanya.
Nailah menggenggam tangan Huuriyah dengan erat.

"Kamu juga, masak pengantin baru malah nangis, harusnya bahagia" ucap Huuriyah kepada Nisa.

"Kakak istirahat ya biar cepet sembuh" ucap Nisa.

Sementara Nailah masih tak henti menangis disampingnya.

"Maaf..
Maafkan aku jika selama ini banyak melakukan kesalahan.
Ayah, ibu, Riyah minta maaf ya?
Nisa, kamu harus jadi isteri yang baik, yang nurut sama suami,
kakak ingin kamu wanita yang baik, sholehah.

Nailah, hei... jangan nangis...

Ini kalung persahabatan kita,
Kalung mu telah terisi dengan foto suamimu,
sementara kalungku masih kosong,
berikan ini pada Nisa,
agar dia bisa mengisi foto dia dan suaminya"

Ucap Huuriyah sembari melepas kalungnya.

Nailah semakin sedih mendengar ucapan Huuriyah.

"Sudahlah, kamu istirahat saja dulu biar cepat sembuh"
ucap Nailah sembari menerima kalung Huuriyah.

"Aku tidak mau tidur, aku mau melihat wajah kalian sampai puas"
Ucap Huuriyah sambil tersenyum

Ayah dan Ibu Huuriyah hanya mengangguk, tak kuasa melihat penderitaan putrinya.
Sesekali airmata mereka turut mengalir di pipi.

"Aku ingin mendengar Nisa membaca Al-Qur'an, sudah lama aku tidak mendengarnya membaca Al-Qur'an" pinta Huuriyah

"Iya kak," Nisa lalu mengambil Al-Qur'an yang tergeletak di atas meja,
"Kakak ingin dibacakan Surat Al-Mulk" lanjut Huuriyah

Nisa lalu membuka Surat Al-Mulk, dan membacanya.
Saat pertama suaranya masih jelas dan keras, lama kelamaan suara Nisa terpatah-patah karena bercampur dengan tangisnya.

Huuriyah memejamkan matanya, meresapi suara lantunan ayat demi ayat yang dilantunkan adiknya.
Dalam hati ia ikut membaca, dengan mata yang tetap terpejam.

Nisa telah menyelesaikan bacaannya sampai ayat terakhir,
ia pun menutup Al-Qur'an nya dan melihat kakaknya.

"Kak, Nisa udah selesai," ucap Nisa

"Riyah,," Ayah, ibu, Nailah bergantian memanggil Huuriyah yang tidak bergerak sama sekali.
Nailah mengguncang-guncang bahu Huuriyah, namun tak ada respon.
Nisa berlari keluar memanggil dokter.
Semua orang panik, menangis dan takut bercampur menjadi satu.

Dokter pun masuk ruangan dan memeriksa Huuriyah,
"Maaf ibu, bapak, putri ibu sudah tidak ada" ucap dokter.

Bagaikan di hantam batu besar, semua orang yang ada disana menangis terisak seakan tak rela jika Huuriyah telah tiada.
Ibu nya jatuh pingsan, sementara Nailah duduk dipinggir bed menutup wajahnya dengan kedua tangan.

**************************

**************************

Aku ada disini
Ditempat biasa kau menatap langit nan biru
Atau terkadang ketika ia disapa hujan,pun aku masih ada disini.. ♥

Aku ada disini
Dimana ketika camar terbang mencari kawannya
Aku ikut mencarimu, teman setia.. ♥

Aku ada disini
Diantara rimbunan mawar yang wangi,
aku ada dicelahnya.
Meski aku hanya rumput teki yang tak berharga,
Namun aku selalu mencoba berdiri, tak ingin siapapun mematahkanku.. ♥

Aku masih disini
Bersama debur ombak yang memecah karang,
aku adalah karang itu,
tak pernah henti dihantam sang ombak,
namun aku tetap bertahan, meski akhirnya aku hancur berkeping.. ♥

Aku masih disini
Menanti selarik senyuman
Maka tersenyumlah untukku
Agar hatiku tenang melapang.. ♥

~~~~~~~~~~~ ♥ ♥ ~~~~~~~~~~~

Nailah membaca surat terakhir dari Huuriyah yang ia temukan didalam buku diary Huuriyah.
Tak terasa 3 tahun telah berlalu, ia masih mengenang Huuriyah sebagai sahabat terbaiknya.

"Huuriyah.. jangan cepat-cepat larinya" ucap Nailah pada Huuriyah

"iya ummiii..." suara teriakan kecil itu membuat Nailah menyungging senyum

Nailah telah memiliki seorang anak perempuan,
ia memberi nama Huuriyah padanya. agar sosok sahabatnya itu tetap terkenang didalam hatinya.
Yang takkan pernah ia lupakan, karena kini nama itu selalu bersamanya,
disisinya, dan akan selalu ia jaga.

"Ummi,, Huuriyah itu artinya apa?" tanya Huuriyah kecil
"Huuriyah itu artinya Bidadari sayang, anak ummi kan cantik seperti bidadari"
jawab Nailah sambil mencium pipi Huuriyah

"Bidadari itu apa?" tanya nya dengan wajah ingin tahu
"Bidadari itu cantik, baik hati, sholihah, dan tinggalnya didalam surga" jawab Nailah

"Berarti nanti aku bisa jadi bidadari ya ummi?"

"Iya sayang, kalau kamu pinter, sholelah, dan baik hati nanti anak ummi bisa jadi bidadari" Nailah menatap bidadari kecilnya dengan wajah sayang

Huuriyah kecil tersenyum, meski belum mengerti secara nyata, namun ia telah berharap agar bisa menjadi anak yg baik, secantik Bidadari.

=================== TAMAT ======================

♥ pelangi ♥


Tidak ada komentar:

Posting Komentar