Selasa, 13 Maret 2012

[♥] .•*•. [♥] (`'•.¸ Ku Pinang Kembali Islam Sebagai Agamaku ¸.•'´) [♥] .•*•. [♥]





Alunan House musik menghentak cepat, Visual lampupun berubah menyesuaikan musik yang dimainkan,
membuat orang-orang yang semula hanya duduk Sambil ngobrol akhirnya bangkit Dan turun untuk melantai.

Alya Terhenyak dari obrolan dg teman-temannya.
jam menunjukkan Tepat pada angka 9 malam.
Harusnya Aku sudah tiba dirumah majikanku "ucap Alya".
Sambil terhuyung-huyung Alya segera bangkit Sambil menahan pening.
Entah berapa gelas bir yang masuk kedalam perutnya tadi.Yang ku tahu habis tuang - habis tuang,begitu seterusnya.

Senin, 12 Maret 2012

LENTERA DUA HATI


Daun itu akhirnya luruh setelah angin tak henti-hentinya menggoyangkan dahan tempatnya bernaung. Syaira menatapnya dengan miris, “ Begitukah aku saat ini? Seperti daun itu yang akhirnya melayang jatuh ketanah”. Syaira menghembuskan nafas dan melihat sekeliling. Sudah lebih dari dua jam dia ditempat ini, tempat yang menjadi favoritnya. Sebuah taman disudut kota, tempat dia tinggal sekarang.

♥♥˚◦☆•. (`'•.¸♥Siapa Aku?♥ ¸.•'´) .• ☆◦˚.♥♥





Jika saat ini kita masih sering bertanya
"Siapa kamu?"
Maka cobalah untuk merubah pertanyaan itu menjadi
"Siapa aku?"

Jika kita masih sering bertanya
"Apa yang kamu miliki?"
Maka cobalah untuk mengubahnya menjadi
"Apa yang aku miliki?"

♥♥˚◦☆•. (`'•.¸♥Kisah Seekor Anak Kucing♥ ¸.•'´) .• ☆◦˚.♥♥




Ada seekor anak kucing yang muncul di halaman belakang rumahku.
Dahulu pertama kali aku melihatnya, ia terlihat ceria bermain bersama anak-anak kucing lainnya, dan menyusu kepada ibunya.

Ia bermain dengan riang gembira,
kadang mereka saling berkejaran, atau memainkan ekor mereka.
Hingga pada suatu hari, sang ibu meninggalkannya sendiri.
Ibu nya membawa serta anak-anak kucing lainnya,

Sabtu, 10 Maret 2012

♥♥˚◦☆•. (`'•.¸♥Bidadari Untuk Siapa?♥ ¸.•'´) .• ☆◦˚.♥♥ (BAGIAN 5,6 dan 7)



♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥

Tiada suatu kesusahan pun
melainkan pasti ada akhirnya
dan tiada satu keadaan pahit pun
yg dialami oleh seseorang,
melainkan akan datang sesudahnya
keadaan lainnya yg manis

♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥ ~ ♥

♥♥˚◦☆•. (`'•.¸♥Bidadari Untuk Siapa?♥ ¸.•'´) .• ☆◦˚.♥♥ (BAGIAN 3 dan 4)




"Kalau begitu saya pamit dulu pak, bu, Nisa.." ucap Azhar memohon pamit, ketika sudah sama-sama membicarakan jalan keluar yang terbaik.
Ia pun mengucap salam dan pulang.

"Lalu bagaimana yah?" tanya Nisa kepada ayahnya

♥♥˚◦☆•. (`'•.¸♥Bidadari Untuk Siapa?♥ ¸.•'´) .• ☆◦˚.♥♥ (BAGIAN 1 dan 2)




Seuntai kalung berbentuk hati tergeletak di atas meja kamar.
Penghuni kamar sedari tadi tak beranjak dari atas sajadah nya,
jam menunjukkan pukul 03.15 pagi.

Airmata bening nya turun membasahi wajah nya hingga mukena yang dipakainya bak cucian basah yg belum kering. Bibirnya bergetar, di pandangi nya Al-Qur'an bersampul hijau tua yang ada di pangkuannya.
Al-Qur'an yang baru saja dibeli nya, dan ia memilih warna hijau yang melambangkan warna Surga.
Di dalam nya tertulis nama indahnya,
"Huuriyah Mawaddah".

Di bukanya pada surat Ar-Rahmaan, bibirkan terbuka kecil dan mulai mengeja tiap kalimatnya dengan suara parau.
"Fabiayyi aalaa Irabbikumaa Tukadzdzibaan.."
airmata nya kembali meleleh, hampir-hampir ia tak dapat meneruskan bacaannya.
Ia memeluk Al-Qur'an itu erat,
sejenak ia menghentikan bacaannya, ia memulai mengatur nafas dan melanjutkan bacaannya sampai selesai.

***********************************************

20 November 2011 jam 08.00 pagi,

"Huuriyah, tunggu aku".
Terdengar suara seorang wanita memanggilnya, pemilik suara itu adalah Nailah, sahabatnya.

"Ayo lah, kita sudah hampir terlambat".
ucap Huuriyah sembari menggandeng tangan Nailah.
Mereka menuju sebuah toko buku bernama "Sakinah",
tempat mereka bekerja.


Pukul 12.00 siang,
Jam istirahat bagi karyawan toko,
toko buku tersebut mempunyai 9 orang karyawati,
semuanya perempuan.
Huuriyah sebagai salah seorang kasir nya, sementara Nailah sebagai karyawati biasa.

Para karyawati bergantian untuk istirahat shalat dzuhur dan makan siang.
Huuriyah dan Nailah bergandengan menuju rumah makan yg terletak disamping toko buku seusai mereka shalat dzuhur.
Mereka duduk berhadapan di pojok ruangan.

"Riyah, mana kalung kembaran kita? kenapa tidak kau pakai?"
tanya Nailah sambil menyibak jilbab Huuriyah.

"Oh, tertinggal diatas meja kamar mungkin". jawabnya singkat diiringi senyum tipis.

"Aku perhatikan wajahmu lesu, matamu bengkak, habis nangis ya?" goda Nailah.

"Aku hanya kurang tidur," tepisnya.

"Kau tahu, sebentar lagi adikku akan menikah, ia akan melangkahiku,"
ucap Nailah yang kemudian dilepasnya kalung hati yang ia pakai,
ia membuka kalung itu, hanya ada foto dirinya dibagian kiri kalung itu, bagian kanannya masih kosong.
Nailah membeli 2 buah kalung yg sama, yang 1 ia berikan kepada Huuriyah sahabatnya.
Berharap kelak kalung itu akan mereka isi dg wajah pria yang akan mendampingi hidup mereka kelak.

"Usia kita sudah 22 tahun,apakah terlalu muda untuk kita menikah?"
Nailah tersenyum

Huuriyah hanya diam mendengar ucapan Nailah,
dalam hati iapun membatin, "apa aku bisa menikah?"

Rangkaian awan membentuk gumpalan lembut diiringi terik mentari bersinar pekat,
Huuriyah terdiam dalam lamunannya, sementara Nailah menggenggam kalung nya erat-erat.

Pandangannya menerawang jauh, mencari ingatan masa lalunya, ia belum pernah merasakan apa itu Cinta.

**********************************************

21 November 2011 jam 07 pagi,

Huuriyah tengah bersiap-siap untuk berangkat kerja.

Ia memandang wajahnya lekat-lekat di cermin,
Ia mengenakan gamis berwarna coklat dan jilbab panjang mengulur sampai ke pinggangnya.

Matanya mulai berkaca-kaca,
"Apa kebahagiaan hanya tercipta untuk wanita-wanita yang cantik saja?" ia bergumam lirih dalam hati.

Ia memang tak terlalu cantik,
Kadang ia berfikir akankah ada orang yang akan mencintai nya dengan wajahnya yang 'biasa-biasa saja'?


اَلْخـَبِيـْثــاَتُ لِلْخَبِيْثـِيْنَ وَ اْلخَبِيْثُــوْنَ لِلْخَبِيْثاَتِ وَ الطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِيْنَ وَ الطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبَاتِ

.
“ Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik. (Qs. An Nur:26)

Penggalan ayat itu melintas di fikirannya,
"aku yakin aku juga bisa bahagia" lirih nya dalam hati diiringi bulir airmata nya yang membasahi ujung bibirnya.

***********************************************



Angin sepoi berhembus cukup kencang,
gerimis turun seirama kicau burung mencari tempat berteduh di bawah rindang pohon.

"Riyah berangkat bu, Assalamu'alaikum.."
ucap Huuriyah kepada sang Ibu, sembari menyalakan motor matic nya.

"Pakai jas hujan yah... mendung nya tebal" ucap sang Ibu.

"Ndak pa pa bu, baru gerimis, lagipula kan deket" jawabnya

"Ya sudah, jangan ngebut, wa'alaikumsalam"

Huuriyah bergegas menuju tempat kerja nya, sesampainya disana terlihat Nailah tengah bersiap membuka pintu toko.

Hari ini Nailah yang bertugas membuka toko, jadi ia datang lebih awal dari biasanya.

"Eheemm... nona manis udah nyampe rupanya" ledek Huuriyah pada sahabat nya itu.

"Aku kan memang selalu datang pagi, biar rejeki ku ndak di patok ayam"
jawabnya sambil tertawa Huuriyah membantunya membuka gembok toko yang lumayan besar,
mereka berdua lalu masuk, membereskan rak buku, dan menyapu toko agar terlihat bersih.

Tak lama kemudian para pegawai yang lain pun berdatangan,
mereka pun bertugas di tempatnya masing-masing.

********************************************************

"Tolong buku ini mba'.." ucap seorang pria kepada Huuriyah
sembari menyodorkan sebuah buku

("Engkau Bidadariku Dunia Akhirat": Abdurrahman Al Kaffi).

Huuriyah tersenyum kecil melihat buku itu, lalu mengambilnya dan membungkusnya.
Pria itu pun membayarnya.

"Terimakasih mba', mari.. assalamu'alaikum". ucap pria itu

"Wa'alaikumsalam.." jawabnya.

Huuriyah pun termenung, baru kali ini ada pelanggan yang begitu sopan dan mengucap salam padanya.

********************************************************

Mentari terbenam di ufuk barat,
Sejenak Huuriyah memejamkan mata,
mencoba mendengarkan tasbih alam raya,
meski tak mengerti.
Ada cericit yang ceria, ada kerik yang berirama, ada desir yang menelisik.

"Mentari beranjak ke peraduan
Siang berganti malam menjelang
Ku lihat burung terbang melayang
Pohon-pohon tenang dan diam
Seakan bertasbih akan kekuasaan
Dan keagungan Allah Ar-Rahman"

Huuriyah mengambil air wudhu, beranjak untuk shalat maghrib.
Kembali bercumbu dengan Sang Pemilik Hidup, mengadu atas segala rasa di kalbu.

********************************************************

Denting berbunyi dari dinding kamarnya,
jam 7 malam, ia merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur, membuka-buka lembaran buku yang tertata rapi diatas meja kamarnya.

Dia sangat senang bekerja di toko buku, karena membaca adalah hobi nya,
dari sana ia sering mendapat potongan harga dari bos nya, bahkan kadang bos nya memberi hadiah buku jika kerjanya bagus.

Ia merasa sedang tidak berselera untuk membaca,
lalu menuju ruang tengah dimana keluarganya sedang berkumpul.

"Ibu, besok temenku mau datang kesini boleh?" ucap adik huuriyah,
Adik huuriyah bernama Nisa, usianya 20 tahun, hanya terpaut 2 tahun dari nya.

"Temanmu siapa? yang mana?" tanya ibu huuriyah.

"Nama nya Azhar, ada hal penting yang dia mau sampaikan katanya"
jawab Nisa

"Laki-laki ya? tapi jangan malam-malam datangnya,
ibu sama bapak mau nengok nenek yang masih sakit"

"Beres bu.." ucap Nisa dengan senang Huuriyah duduk disebelah sang ayah sambil menekan-nekan remot tivi, dan tangannya berhenti menekan pada channel berita.
Acara favorit ayahnya.

Huuriyah duduk sambil menyandarkan kepalanya di lengan kiri ayahnya.

*********************************************************

Hp Huuriyah berdering, telepon dari Nailah,

"Ada apa malam-malam telfon?" ucap huuriyah seusai menjawab salam
Nailah hanya tertawa diujung telepon.

"Ada apa? kayaknya bahagia banget?" Huuriyah tambah bingung

"Aku jatuh cinta" jawab Nailah sambil berbisik Huuriyah tertawa melihat jawaban dari Nailah,

"sama siapa?" Huuriyah semakin penasaran

"Kakak kelasku dulu, namanya Reza," jawab Nailah

"Ayo, awas hati-hati sama penyakit hati, hehe"
Huuriyah mencoba mengingatkan sahabatnya itu.

"Siap komandan, besok ketemu ya? aku mau cerita banyak"

"Oke"

Nailah pun menutup telponnya, Huuriyah masih bingung dengan ucapan Nailah,
baru kali ini ia melihat sahabatnya begitu gembira.

********************************************************

Esoknya,
Jam istirahat, di rumah makan dekat toko buku.
Huuriyah dan Nailah terlihat duduk berhadapan.

"Dia bilang dia menyukaiku dan mau melamarku"
Nailah tiba-tiba membuka percakapan sembari jemari nya mengaduk-aduk gelas es sirupnya dengan sedotan.

"benarkah? lalu kamu bilang apa?" tanya Huuriyah

"Aku bilang aku mau saja, karena aku juga menyukai nya. Orangnya baik,
tapi dia sekarang masih ada di Bandung, masih terikat kontrak kerja, 2 tahun lagi mungkin kontraknya habis"
ucap Nailah dengan nada sedih.

"Lalu bagaimana dengan orangtuamu?" tanya Huuriyah

"Kami sudah membicarakannya lewat telefon, dan orangtuaku setuju-setuju saja, karena mereka sudah mengenal Kak Reza dari dulu, hanya saja Ibu sempat bertanya apakah aku mau menunggunya selama 2 tahun."
jelas Nailah

"Harusnya kalian membicarakannya dengan bertemu secara langsung, biar sama-sama jelas" jawab Huuriyah

"iya aku tahu, mungkin minggu depan ia akan kemari bersama orangtuanya" jawab Nailah

"hemm syukurlah kalau begitu, aku ikut senang" ucap Huuriyah sembari tersenyum

Nailah membalas tersenyum, mereka pun melanjutkan makan siang sama-sama

********************************************************

Malam Hari, pukul 19.00

"Assalamu'alaikum,," seorang pria mengucap salam didepan pintu rumah Huuriyah

"Wa'alaikumsalam.." jawab ibu Huuriyah

"Teman nya Nisa ya? mari silakan duduk" Ibu Huuriyah lalu mempersilakan duduk,
di ikuti Ayah dan Nisa yang keluar ke ruang tamu,
pria itu duduk di depan ayahnya. Tangannya gemetar.

"hmm,, kedatangan saya kemari saya mau melamar Nisa pak, bu.." ucap pria itu.
Ibu dan ayah Huuriyah kaget, lalu saling menatap Nisa.

Nisa hanya diam menunduk sambil tersenyum.
Mereka terdiam sesaat, pria itu pun menunduk diam.

"Apa kamu benar-benar yakin?" tanya ayah Huuriyah

"InsyaAllah pak, saya sudah memikirkannya dengan baik" jawabnya

Ayahnya pun mulai bertanya, tentang keluarga Azhar, pekerjaan, dan riwayat sekolah.
Azhar menjawab setiap pertanyaan yg ditanyakan oleh ayah Huuriyah.

"Kalau kamu memang serius dan Nisa pun mau, harusnya kamu datang bersama orangtuamu,
tapi ya gimana ya, Nisa itu masih punya kakak perempuan yang belum menikah,
jadi kita mesti membicarakannya dulu dengan kakanya" ucap ayah Huuriyah.

Huuriyah berdiri di ruang tengah, menguping percakapan mereka.
Airmata nya menetes, antara bahagia dan sedih bercampur menjadi satu.

Entah mengapa ia merasa sendiri...
Ia lalu kembali ke kamar nya, duduk diatas tempat tidurnya sambil bersandar pada tembok,
Bukan hanya airmata nya yang menetes,
Darah pun keluar dari hidung nya, ia mimisan.

**********************************************************

 Bersambung


<3 pelangi <3

♥♥˚◦☆•. (`'•.¸♥Mengukir Bahagia♥ ¸.•'´) .• ☆◦˚.♥♥




Aku memandang horizon yang membiru,
menatapnya lekat diantara dua bola mataku.
Tanganku masih mengepal merasakan dingin yang masih membalut kulitku,
diantara riak-riak tetes embun yang masih melekat pada hijaunya dedaunan
aku terduduk lesu memikirkan sebuah kecemasan yang tiada kunjung menghilang.

Aku pernah berfikir, mengapa aku tak bisa mendapatkan apa yang aku inginkan.
"Bukankah aku pantas mendapatkan yang lebih dari ini?" gumamku dalam hati.
Saat itu bayangan kelam menelisik sudut hatiku,
mulai mengeja angan tentang sebuah kata 'Kebahagiaan'.

Mereka bilang, bahagia itu adalah pilihan,
sementara di sisi lain mereka mendendangkan bahwa kebahagiaan adalah kewajiban.
Kewajiban yang harus kita miliki lewat sebuah perjuangan.
Aku berbisik dalam hati "Tidakkah aku cukup bahagia dengan semua ini?"

Terkadang ketakutan pada bayangan masa lalu itu muncul,
mengobrak-abrik dinding hatiku yang telah susah payah kubangun dengan kokoh.
Hal itu membuat kecemasan pada masa depan menghantuiku.

"Mengapa harus takut pada masa lalu?
Mengapa harus cemas pada bayangan masa depan?" fikirku.
Aku kembali menghela nafas,
mencoba memaknai setiap goresan takdir yang telah di catat-Nya dengan sempurna.

Pagi itu, sang surya memberi pesan kepadaku,
mungkin kita merasa sulit untuk berbahagia,
itu bukan karena kita yang tidak bahagia,
namun kita lah yang tidak dapat memahami apa itu bahagia.
"Bahagia adalah ketika kau mampu membuat semua orang yang berada didekatmu bisa tersenyum dengan hangat, melepas segala kecemasan di hati, dan mengubahnya menjadi cinta dan kasih sayang.
Dan itu semua berkat sinar cintamu yang kau biaskan kepada mereka".

Aku pun mengambil sebuah pensil dan penghapus,
mulai menulis apa itu kebahagiaan.
Berkali-kali aku menulis, mungkin sudah ribuan kata,
namun tetap saja tak ku jumpai, aku pun menghapusnya dengan penghapus karet yang menurutku tak berarti.

Hingga tiba-tiba dari sebuah penghapus karet itu aku memahami apa itu kebahagiaan.
"Kebahagiaan adalah rela berkorban untuk orang lain,
Seperti penghapus karet, yang dimata ku hanya sebuah benda kecil tiada guna,
namun ia memberikan manfaat bagi yang lain.
Ia rela kehilangan sedikit demi sedikit bagian dari tubuhnya hanya untuk membantu menghilangkan kesalahan yang ditulis oleh pensil.
Meskipun ia tahu lambat laun ia akan habis, dan akan diganti dengan penghapus yang baru, namun ia tetap rela menghapus segala kesalahan-kesalahan yang kita buat".

Itulah kebahagiaan,
kebahagiaan ada disini, namun kita sendirilah yang tak mampu merasakannya.
Kebahagiaan adalah dengan membuat orang lain bahagia.
Bukan ke egoan kita yang hanya ingin bahagia sendiri.

"Hiduplah dengan bahagia, dan buatlah oranglain bahagia"
kini kalimat itu telah terpatri dilubuk hatiku.
Dan aku pun menyadari, bahwa hanya dengan berbagi kebahagiaanlah
kita bisa merasakan apa itu bahagia.
Bahagia melihat oranglain tersenyum karena kita,
Bahagia dengan bersyukur, menikmati hari dengan penuh rasa sabar dan ikhlas.

Itulah kebahagiaan sejati...

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Tersenyumlah,
berbahagialah,
agar akupun berbahagia jika melihatmu bahagia, sahabatku...

♥ pelangi ♥


♥♥˚◦☆•. (`'•.¸♥Melukis Kata Sepi♥ ¸.•'´) .• ☆◦˚.♥♥





Mentari tersenyum dengan ceria, memanggilnya untuk ikut tersenyum pula.
Namun tiada senyum di raut wajahnya,
tiada kembali ceria, malah terkadang terusik duka.

Ia masih terdiam diantara seribu canda,
ia masih terpaku pada luka nan menusuk pilu.
Terkadang ia hendak beranjak dari segala galau yang menerpa,
berlari bersama cahaya, namun ia tetap tenggelam dalam mimpi hampa.

Ia tersenyum dalam tangis, mencari jutaan cara untuk keluar dari sepi,
namun hanya sunyi yang ia dapat.

Ia berjalan diantara rumput ilalang malam,
mencari seekor kunang-kunang untuk dijadikan penerang,
namun yang ia dapati hanya rumput teki.

Ia pernah mencoba melewati jembatan angan,
berpegangan pada tiang-tiang penyangga, berharap tak terjatuh ke jurang,
namun sekuat apapun ia menggenggam erat tiang, tetap saja ia jatuh dan tenggelam.

Ia hanya inginkan teman,
tempat berbagi segala kebahagiaan dan kepedihan
Tempat berdiskusi segala mimpi dan angan
Tempat ia bisa tertawa dan menangis bahagia.

Namun yang ia dapati hanya sunyi dan sepi.

Ia pun menyerah,
sejauh apapun ia melangkah yang ia temui hanya sepi.
Seberapa kencang ia berlari yang ia dapati hanya sunyi.

Pernah sang mentari memberi janji untuk setia menemani,
namun janji hanya tinggal janji.
Kala malam datang ia pun pergi,
meninggalkan temaram senja yang lambat laut berubah menjadi gelap.

Ia menangis,
tak percaya lagi pada janji mentari.

Pernah jua ia beranjak meninggalkan kesunyian,
mencari sekeping bintang yang akan ia jadikan kawan,
namun ia tak sanggup menjangkaunya,
ia pun jatuh terjerembab penuh luka.

Kini ia menyadari,
Ia hanya sepi..
Dan sepi adalah teman sejatinya,
karena bukankah ia pun akan sepi ketika meninggalkan dunia ini?
Di tinggal, dilupakan, dan lambat laun tak di kenang saat telah tiada nanti..

Ia belajar apa arti sepi,
Karena jika ia belajar arti sunyi dan sepi mulai saat ini,
maka ia telah terbiasa merasakan sepi di akhir nanti...

`°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°``°``°•.¸¸.•°

Namun seberapa kita rasa apa itu sepi
Cinta-Nya akan tetap menemani
Meski dalam bentuk cobaan dan ujian
Ia tetap ada,
menjadi pengusir sepi... ♥

♥ pelangi ♥


♥♥˚◦☆•. (`'•.¸♥Bukan Ingin Berhenti♥ ¸.•'´) .• ☆◦˚.♥♥



Ia tersenyum hangat, mencairkan kebekuan suasana hati.
Ia, tak pernah letih berhenti berlari
Meski kadang duri-duri di kakinya tajam menancap
Namun ia tak pernah berhenti berlari.

Ia terkadang membawa tangis,
saat beban di pundak terasa berat menimpa
saat perih di kaki serasa hampir membunuhnya
Namun ia tetap tak ingin berhenti berlari.

Ia, membawa telaga kesejukan di sanubari
Tatap matanya indah membawa binar-binar cahaya
Mentari pun seakan tak mampu menggantikannya.

Ia, hanya ingin terus berlari dan berlari
Jika pun tak mampu,
Ia berharap bisa terus berjalan
Meski dalam pekat malam, meski dalam rinai hujan
Ia berharap bisa terus berjalan.

Ia, akan tetap berjalan
Meski berjuta halangan tersusun rapi di depan
Ya,
Ia hanya ingin tetap berjalan

Tak ada alasan untuk berhenti,
Meski perjalanan panjang mungkin hanya sebuah mimpi tak bertepi..

Terus bergerak,
Terus berjalan..
Meski kadang harus melewati kerikil tajam..

Hanya ingin terus berjalan..
Terus dan terus..
Tak ingin berhenti..

Bahkan jika harus memilih,
Ia lebih memilih untuk berjalan mundur,
Ketika jalan di depan telah buntu..

Meski membuatnya kecewa dan tenggelam dalam airmata,

Karena yg diinginkan hanya terus berjalan, bukan berhenti...

`°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°``°``°•.¸¸.•°

Ia adalah aku
Ia adalah kau

Yang berharap dapat terus bergerak,
Yang berharap bisa mengukir sebuah keabadian di kanvas kehidupan...
Namun ketika langkah itu tertahan, aku lebih memilih mundur ke belakang, bukan berhenti...
Dan berharap suatu saat nanti aku bisa kembali mengulurkan kakiku untuk melangkah ke depan...
Karena yang ku inginkan hanya ingin tetap berjalan, bukan berhenti...


♥ pelangi ♥

♥♥˚◦☆•. (`'•.¸♥Menanti Janji Illahi♥ ¸.•'´) .• ☆◦˚.♥♥





Wajahnya yang ceria tak menampakkan getar kepedihan di hatinya.
Ia masih bisa tersenyum bahagia,
meskipun sejujurnya hatinya di rengkuh pilu nan menyiksa.

Sebagai wanita, aku mengerti apa yang ia rasa.
Saat kebanyakan wanita se usianya sudah hidup berbahagia
berdua dengan belahan jiwa,
atau mungkin juga telah memiliki jundi-jundi kecil sebagai penghias hari,
namun ia masih bergelut dengan rasa sepi yang menyiksa.
Rasa sepi yang hanya ia sendiri lah yang tahu.

"Aku merasa usiaku sudah terlambat untuk menikah".
itu yang ia ucapkan kepadaku.
Bagai ikut teriris, aku merasa sedih mendengar ucapannya.

Itulah yang kini ia rasa, sepi...
Terkadang ia berkhayal dalam angan,
"Bukankah seharusnya di usiaku ini aku sudah hidup berbahagia
dengan sebuah keluarga yang ceria,
menjadi seorang isteri sekaligus ibu yang baik.
Namun hingga kini kebahagiaan itu tak kunjung menghampiri".

Yang aku tahu, langkahnya masih tetap tenang,
meski kadang di terpa gelombang yang besar bagai ingin menenggelamkannya.

Pernah suatu ketika seorang insan menambatkan cinta dihatinya,
namun ternyata ia bukanlah yang Allah pilihkan sebagai pengusir rasa sepi dihatinya.
"Mungkin memang belum jodoh, bersabarlah".
hanya itu yang mampu ku katakan padanya.

Ia pun kembali menata hati nya yang retak,
meski mungkin tak bisa kembali sempurna seperti sedia kala.
Ia kokohkan kembali tekadnya untuk bersabar.

Pernah juga rasa lelah akan panjangnya penantian membuatnya jatuh tersungkur dan kecewa.
Hampir ia tak percaya lagi pada janji Allah,
dan berusaha menjauhinya.
Namun ia menyadari, semakin ia mencoba untuk tak membutuhkan-Nya,
semakin ia merasa bahwa hanya DIA yang bisa memberikannya pertolongan
dan mengeluarkannya dari berbagai persoalan.
Dan hingga saat ini ia tak pernah lagi meninggalkan tahajjud disetiap malamnya.

Ia penuh dengan kesabaran,
darinya aku mengerti, bahwa tak ada kebahagiaan yang instan.
Kita harus melalui kesabaran yg panjang jika ingin mendapat yg terbaik.

Memang ia menyadari, bahwa di fikiran banyak orang, usia sepertinya dipandang terlambat untuk menikah.
Namun ia yakin, bahwa Allah telah menyiapkan jodoh terbaik untuknya,
dan Allah akan mempertemukan mereka disaat yang tepat, diwaktu yg indah.

Allah lebih tahu kapan saat yg tepat,
maka bersabarlah...
Ia pasti akan datang,
membawa setangkai cinta yang tiada kan berkurang,
karena dihatimu tersimpan secawan kasih
yang tak kunjung habis...

♥ pelangi ♥


♥♥˚◦☆•. (`'•.¸♥Kereta♥ ¸.•'´) .• ☆◦˚.♥♥





 



Ini bukanlah kisah tentang kereta yang berjalan diatas rel panjang.
Ini adalah untaian kata tentang apa itu arti dari sebuah kesabaran.

Saat seorang sahabat bertutur:

"Malam ini seperti bercumbu dengan cerahnya kelam
Sementara dinginnya merasuk ke tulang sumsumku
Mungkin benar,luka adalah cintaku yg paling setia
karena aku telah mencintai mata pisau....

Mengenalmu adalah...
Saat di mana aku mendapatkan kelemahan dalam hidupku...
Mencintaimu adalah...
kesempatan dimana aku menjadikan diriku terkurung teralis besi...
Dan menyayangimu adalah
satu ketika dimana aku membunuh kebahagiaanku sendiri..

Tak ada kereta berbalik ke stasiun
dengan alasan masih ada penumpang yg tertinggal...
Pun tak ada penumpang yg berlari..
mengejar sejauh kereta melaju...
Yang terdengar,penumpang itu berkata,

Sudahlah...aku akan menunggu kereta berikutnya..."

-------------------------------------------------------------

Dalam nuansa syahdu itu, aku berucap menimpali ceritanya:

"Keretaku telah pergi...
Dan tak mungkin akan kembali...

Ia telah menemukan jalur tujuan nya,
sementara aku tertinggal disini saat ia berkata,
"tak ada ruang yang cukup untuk menampungmu"

ia berlalu pergi tanpa membawa aba-aba sebelumnya,
padahal tiket telah ku miliki,
antrian panjang pun ku lalui..

Kini aku berdiri di lorong lain nya,
berharap ada kereta lain yang mau menampungku,
namun tak jua ada yg menghampiri,

aku pun bergumam dalam hati,
"mungkin tiket yg ku pegang bukan untuk kereta hari ini"

----------------------------------------------------------------

Ia pun menjawab dengan manis:

"Kereta yang telah pergi,bukan kereta yang pantas kau naiki

Sang masinis,bukanlah seorang yang akan membawamu ke tujuan dengan cinta sejati

Gerbong yang ia bawa ,bukan tempat yg dapat memberimu kedamaian hakiki

Kereta yang kau nanti...
Sedang berjalan ke arahmu
Perlahan namun pasti

Sang masinis tak membawa beribu janji
Tak jua menulis seribu puisi
Tapi ia berbenah hati
Agar nanti,dari segala yang terbaik yang ia miliki
Pantas 'tuk ia persembahkan

Padamu....Bidadari idaman hati.."

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Ya, kereta yang telah lewat mungkin memang bukan kereta yang akan kita naiki.
Mungkin beberapa kali kereta datang menghampiri.
Saat aku duduk di tepian rel, aku memandang sebuah kereta dari kejauhan.
Aku bahagia, hingga terlupa membawa banyak bekal yang bermanfaat.

Tas ku terisi penuh, namun ternyata tak ada isi yang pantas untuk ku bawa.

Mungkin pernah saat suatu ketika kereta itu melintas dihadapanmu, namun sang masinis berkata:
"maaf, keretaku hanya membawa penumpang dengan tiket berkelas A"

Kau, bahkan aku, mungkin hanya diam mendengar ucapan sang masinis.

Namun setelah kita sadar, baru kita tahu jika selama ini bekal yang kita bawa belum lah cukup untuk untuk menanti kedatangan kereta yang kita impikan.

Aku pun kembali pulang, membongkar segala isi bekal yang ku punya, membuang segala yang tak perlu, dan membawa banyak lagi bekal yang bermanfaat, agar ketika kereta selanjutnya tiba menghampiri,
sang masinis pun berkata dengan manis,
"Naiklah ke keretaku, keretaku sangat beruntung memperoleh penumpang Bidadari sepertimu".

=======================================================

♥ pelangi ♥

¸.*•´.•♥♥•.Hidayah Sepotong Cokelat.•♥♥•.*




13 Februari,

Mentari sudah mulai menyingsing,
sinarnya pun sudah menembus masuk melalui celah-celah jendela kamar ber horden biru itu.